Pahlawan-pahlawan Terlupakan

Oleh: Andi Nursaiful (Administrator) - 10 November 2013
Buku karya Harry Poeze mungkin yang paling terang menggambarkan sosok sekaligus nasib tokoh besar satu ini. Buku tiga jilid berjudul Dihujat dan Dilupakan: Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia 1945-1949 (terbit 8 Juni 2007 di Belanda), ini, menggunakan dokumen Indonesia, Belanda, hingga arsip Rusia sebagai referensi penulisan salah satu tokoh revolusi kiri, Tan Malaka.

Tan Malaka memang justru sangat berkibar di Eropa ketimbang di negerinya sendiri. Tak heran jika Poeze, peneliti senior sekaligus Direktur KITLV Belanda, menulis disertasi mengenai Tan Malaka pada tahun 1976, lalu menulis buku kisah perjalanan hidup Tan Malaka hingga akhir hayatnya pada 1949, termasuk mengungkap lokasi tewasnya Tan Malaka di Jawa Timur, dan juga penembaknya.

Apa yang membuat Tan Malaka begitu menarik? Itu semua lantaran kisah perjuangannya yang sungguh luar biasa untuk kemerdekaan Tanah Air-nya, namun justru berujung pada pembunuhan oleh bangsanya sendiri. Padahal, lebih dari tiga dekade Tan Malaka mencoba merealisasikan gagasannya dalam kancah perjuangan Indonesia. Perjuangannya bersifat lintas bangsa dan lintas benua.

Lahir di Pandan Gadang, Suliki, Sumatera Barat, pada 1896, Sutan Ibrahim bergelar Datuk Tan Malaka menempuh pendidikan Kweekschool di Bukittinggi sebelum melanjutkan pendidikan ke Belanda. Pulang ke Indonesia tahun 1919 ia bekerja di perkebunan Tanjung Morawa, Deli.

Penindasan terhadap buruh membuatnya berhenti dan pindah ke Jawa tahun 1921. Ia mendirikan sekolah di Semarang dan kemudian di Bandung. Aktivitasnya menyebabkan ia diasingkan ke negeri Belanda. Ia lantas pergi ke Moskwa dan bergerak sebagai agen komunis internasional (Komintern) untuk wilayah Asia Timur. Namun, ia berselisih paham karena tidak setuju dengan sikap Komintern yang menentang pan-Islamisme.

Ia berjuang menentang kolonialisme tanpa henti selama 30 tahun, dari Pandan Gadang, Bukittinggi, Batavia, Semarang, Yogya, Bandung, Kediri, Surabaya, hingga Amsterdam, Berlin, Moskow, Amoy, Shanghai, Kanton, Manila, Saigon, Bangkok, Hongkong, Singapura, Rangon, dan Penang. Tan Malaka sesungguhnya seorang ...