Pahlawan-pahlawan Terlupakan

Oleh: Andi Nursaiful (Administrator) - 10 November 2013
Inilah murid utama Tirto Adhi Soerjo (TAS), baik dalam dunia jurnalistik perjuangan maupoun sebagai tokoh pergerakan kebangkitan nasional. Seperti TAS, Mas Marco juga berjuang dengan penanya untuk menyadarkan bangsanya untuk bangkit merdeka.

Dalam salah satu tulisannya pada di harian Panca Warta, awal Februari 1917, Sama Rata-Sama Rasa, ia menuntut persamaan hak kaum bumiputera dan orang Eropa. Membuatnya ditangkap pemerintah kolonial. Seperti tokoh pergerakan lain, Marco juga sudah langganan keluar masuk penjara dan lokasi pengasingan.

Pada masanya, Marco merupakan salah satu tokoh kunci perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sejarawan Jepang-Amerika Takashi Shirashi pernah menuliskan masalah ini. Jika kemudian ideologi Marco memilih lebih ke kiri, bukan berarti jasa-jasanya kepada bangsa ini hilang. Bukan berarti harus meniadakan pengorbanan serta perlawanan pada kolonial Belanda. Ia menjadi salah satu simbol perjuangan sejati melawan penjajahan di masanya.

Marco dilahirkan menjelang akhir abad 19 di Cepu, Jawa Tengah. Pendidikannya terbatas pada Sekolah Rakyat, tetapi belajar bahasa Belanda secara otodidak dan membaca banyak literatur Barat.

Ia terjun ke dunia pergerakan pada usia 22 tahun. Ketika Dr. Cipto Mangunkusumo, Douwes Dekker, dan Suwardi Suryaningrat dibuang ke pengasingan pada 1913, kemarahannya memuncak lalu mendirikan Indlandsche Journalisten Bond (Surakarta 1914) dan surat kabar Doenia Bergerak sebagai alat ...