The Best Lawyers

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 01 July 2013
Naskah: Cucun Hendriana, Foto: Fikar Azmy, Dok. Pribadi

Memasuki fakultas hukum menjadi pertaruhannya sejak awal. Pada 1980-an, ketika arus besar menyeret banyak orang masuk pada fakultas teknik, ia malah meretas jalan lain di dunia hukum.Namun, kini jalur yang ia pilih itu berbuah berkah. Ia menjadi salah satu lawyer fenomenal dan ternama dalam bidang commercial dispute. Kliennya beragam, dari dalam negeri hingga manca negara

Sebelum euphoria reformasi 1998 terjadi, berkarier di bidang hukum masih buram dan suram. Tahun 1980-an, hampir jarang para orang tua atau anak yang berkeinginan untuk menjadi seorang ahli hukum. Umumnya, trend yang terjadi adalah, mereka berburu untuk masuk fakultas teknik dan kemudian menyandang gelar insinyur. Tak aneh, jika di era itu, fakultas hukum menjadi fakultas ‘buangan’. Tapi tidak bagi Pheo M. Hutabarat, pria kelahiran 30 Januari 1966. Malah, pria berkacamata ini berani menantang arus utama dengan memasuki fakultas hukum di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. Meski belum memiliki niat untuk menjadi seorang lawyer, tapi hukum telah membuatnya terpikat. “Dulu itu, sarjana hukum tidak dianggap. Meski begitu, saya tetap ingin masuk ke jalur ini,” sebut Pheo.

Pada 1995, ia bersama beberapa rekannya mendirikan law firm bernama Hutabarat, Halim & Rekan (HHR). Ia bermimpi untuk membuat law firm bercirikan Indonesia dengan kiprah yang mendunia. Di HHR, ada tiga pilar utama yang selalu dikedepankan, yakni klien, lawyer, dan kualitas kerja. Hal itu selaras dengan visi besarnya yang ingin menjadi ‘The best client, the best lawyer, and the best work’. Saat ini HHR setidaknya telah memiliki 30 lawyer dengan 20-an staff pembantu.

Selama berkiprah lebih dari 17 tahun, Pheo mampu membuktikan itu. Untuk pencapaian semua visinya, sejak awal ia concern dalam membentuk strategi diferensiasi dengan law firm lain yang makin bertaburan. Garis komitmennya jelas, menjadi lawyer domestik yang memiliki kemampuan transaksi tingkat internasional. “Karena itulah kami sangat berhati-hati dalam memilih kerjasama dengan lawyer asing. Memperkuat diri sendiri agar sejajar dengan law firm asing lebih merupakan fokus kami. Lawyer itu adalah asset,” terangnya.