The Best Lawyers

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 01 July 2013
Naskah: Sahrudi, Foto: Dok. Pribadi

Awalnya ia ingin jadi wartawan. Tapi perjalanan hidup menuntunnya menjadi seorang lawyer. “Tadinya saya pikir saya bisa lebih mudah menyuarakan protes saya atas berbagai ketidakadilan di muka bumi ini bila saya menjadi wartawan,” kenang Tony Budidjaja. Dengan menjadi lawyer justru sekarang Tony merasa idealisme dalam dirinya dapat dijaga dan dikembangkan. Ia memutuskan menjadi advokat karena ingin membuat perubahan dan perbaikan dalam dunia hukum yang gelap ini.

“We serve with excellence and integrity” bagi Tony bukan sekadar slogan dalam kantor hukumnya, Budidjaja & Associates (B&A), tapi adalah sebuah budaya kerja yang dibangun dan dipertahankannya sejak ia mulai berkarir sebagai seorang advokat di tahun 1996 hingga sekarang tatkala ia memiliki kantor hukum sendiri. Pengalamannya bekerja di beberapa kantor hukum Internasional terkemuka, termasuk Baker & McKenzie, membuat Tony paham betul apa artinya profesionalisme dankepercayaan (trust).

Soal integritas, bagi Tony adalah ‘harga mati’ yang tak bisa ditawar bagi seorang advokat. Alumnus Fakultas Hukum Universitas Tarumanagara, Jakarta, yang meraih Magister Hukum (LL.M) di Universitas Leiden, ini menilai advokat sebagai seorang manusia yang diutus Tuhan untuk menjadi pelayan bagi masyarakat dengan bersemboyankan “Berani bersuara akan ketidakadilan. ”Dengan kata lain, bagi Tony kejujuran adalah nyawa dan modal terbesar bagi seorang lawyer. “Jika kejujuran sudah hilang, maka seorang lawyer tidak ada gunanya dan bahkan dapat menjadi sampah masyarakat,” tegasnya.

Itulah kenapa Tony selalu berusaha menjadikan para lawyers di kantornya (B&A) orang-orang yang dapat dipercaya karena kompetensi dan karakternya. “Benar lawyers harus cerdik dan panjang akal tetapi harus tulus dan jujur, cakap dan takut akan Tuhan. Orang yang hidup benar dan jujur akan tidur enak dan merasa aman. Tidak perlu lari dan merasa dikejar-kejar atau dibuntuti hidupnya karena menyembunyikan pelanggaran-pelanggarannya. Lebih baik kalah karena kejujuran daripada menang karena kepalsuan,” tuturnya lagi. Karena itu, Tony tak pernah takut menghadapi seburuk apapun instansi atau pejabat. Ia juga selalu berhasil membuktikan kepada kliennya bahwa sebesar atau serumit apapun suatu kasus yang ditanganinya, ia mampu menolong kliennya menemukan jalan keluarnya, asalkan kliennya sepakat untuk melakukan dengan cara yang benar.