Konsultan Politik: Dari Image Branding Hingga Spin Doctor

Oleh: Andi Nursaiful (Administrator) - 07 August 2014
Kita tinggalkan Pilpres 2014, dan kontroversi seputar siapa sesungguhnya konsultan politik asing yang berada di kedua kubu. Artikel ini lebih ingin mengupas fenomena bisnis marketing dan konsultan politik di era modern, dan efektivitasnya yang sudah teruji.

Di era ini, politisi yang tengah berkontestasi untuk sebuah jabatan, mutlak membutuhkan data survei tentang tingkat keterpilihannya. Selain itu, untuk meningkatkan elektabilitas, diperlukan lembaga konsultan komunikasi politik yang ahli dalam hal personal branding demi mengangkat citra.

Menurut Ipang Wahid, komunikasi politik adalah satu dari tiga komponen utama dalam pemenangan seorang kandidat. Pencitraan politik bisa dilakukan dengan dua cara, yakni serangan udara dan serangan darat. “Udara itu lebih pada iklan-iklan besar seperti radio, televisi, dan media cetak. Serangan darat berupa spanduk, dan brosur, itu sudah paling efektif,” ujarnya, seperti dikutip detik.com.

Untuk memoles satu klien, biasanya Ipang menurunkan minimal 15 orang anggota tim. Terdiri dari tim account, desain, dan perencanaan. Namun jika si klien juga memesan untuk kegiatan publikasi, tim yang diturunkan bisa mencapai puluhan bahkan ratusan orang.

Jasa konsultan politik bukan hanya komunikasi, melainkan menyediakan data identifikasi suara atau pemetaan, intervensi suara, hingga pemenangan dan menjaga suara. Ini antata lain dilakukan
oleh lembaga Indo Barometer milik Muhammad Qodari. Identifikasi dilakukan melalui survei untuk memetakan kekuatan calon, alasan orang memilih, isu-isu di masyarakat setempat yang jadi daerah pemilihan.

Dari pemetaan kelemahan dan tingkat pengenalannya, disusunlah kegiatan untuk program pemenangan atau intervensi suara. Selanjutnya adalah kegiatan menjaga suara, termasuk menyusun jaringan saksi untuk quickcount.

Survei dan pemetaan memang mutlak diperlukan. Seperti kata Saiful Mujani dari lembaga SMRC, tanpa survey ibarat berperang tapi buta, tidak tahu kekuatan peta masing-masing, bahkan kekuatan diri sendiri pun tidak tahu.

Cara kerja tim konsultan lebih pada peran supervisi, seperti, mulai dari struktur organisasi, alur kerja, dan evaluasi kekurangannya. Setelah itu memberi saran dan arahan agar klien lebih efisien. Eksekusi bisa dilakukan oleh tim konsultan, dan bisa dilakukan sendiri oleh tim sukses calon yang bersangkutan. Di tangan para eksekutor inilah yang menentukan sukses tidaknya sebuah pemenangan dan kampanye politik.

Bersambung ke: Spin Doctor