Tokoh Inspiratif

Oleh: Iqbal Ramdani () - 27 March 2019

Naskah: Subhan Husaen Albari Foto: Edwin B./Istimewa

Keberhasilannya menata Kota Bandung membuat rakyat Jawa Barat menaruh simpati dan meminangnya untuk memimpin Tanah Pasundan. Kini, selaksa cita menata Jawa Barat menjadi tantangan tersendiri bagi M. Ridwan Kamil.

 

“Saya orang yang gelisah. Saya suka imajinasi sehingga saya tinggalkan profesi saya (arsitek). Takdir membawa saya dilantik jadi Walikota Bandung.” Itulah sepenggal kalimat yang diutarakan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat menjabat sebagai Wali Kota Bandung. Sejak awal, pria kelahiran Bandung 4 Oktober 1971 ini memang memiliki impian besar untuk mengembangkan Bandung menjadi kota yang maju, indah, bersih, dan nyaman. Berbekal segudang pengalamannya sebagai seorang arsitek, Ridwan kerap membanding-bandingkan kondisi tanah air dengan sejumlah negara yang pernah ia kunjungi. Hal itu yang membuatnya semakin gelisah untuk mewujudkan imajinasinya di Kota Bandung. Lima tahun menjabat sebagai Wali Kota Bandung, publik kini sudah bisa meraskan berbagai perubahan besar di Kota Kembang itu. Melihat sosok pria yang akrab disapa Emil ini, tentu tidak bisa dilepaskan dari cerita perjalanan panjang dirinya yang memutuskan terjun di dunia politik dari seorang arsitek andal.

 

Namanya samakin dikenal publik karena ia dinilai sukses membangun Kota Bandung. Bahkan kemenangannya menjadi Gubernur Jawa Barat pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2018 lalu, disebut-sebut karena masyarakat Jabar bisa merasakan dan melihat langsung kerja nyata Emil dalam membangun Kota Bandung sehingga mayoritas masyarakat Jabar mempercayakan Emil dan pasangannya Uu Ruzhanul Ulum untuk menduduki jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur menggantikan Ahmad Heryawan dan Wakil-nya Deddy Mizwar.  Meski mengaku tidak terpikirkan menjadi seorang wali kota apalagi sampai gubernur, Emil sejatinya sudah terbiasa dengan kerja keras dan kreatif. Putra dari pasangan Atje Misbach dan Tjutju Sukaesih ini dalam ceritanya pernah berjualan es mambo untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Perjalanan karier Emil bisa terekam saat ia mendirikan firma arsitek bernama Urbane bersama teman-temannya.

 

Dari sanalah kiprah Emil sebagai arsitek semakin menonjol. Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut sukses meraih berbagai penghargaan bergengsi baik lokal maupun internasional. Di awal-awal kariernya, keahlian Emil sebagai perencana tata kota kerap membuatnya mengisi acara bertajuk Solusi Kamil di stasiun TV lokal Bandung. Acara tersebut menampilkan solusisolusi yang ditawarkan Emil untuk setiap permasalahan yang dihadapi Kota Bandung di bidang tata kota. Konsep Emil tersebut ternyata mampu menarik perhatian warga Bandung. Singkat cerita, ia kemudian terpilih menjadi Wali Kota Bandung didampingi wakilnya, Oded M Danial, setelah memenangi Pilwalkot Bandung 2013. Di tangan Emil saat itu, nama Bandung semakin menggaung. Satu persatu solusi yang pernah ia tawarkan kemudian diaplikasikan. Salah satunya adalah penataan taman kota serta konsep kota pintar yang kini banyak ditiru di daerah lain. Terobosan teknologi berbasis aplikasi layanan publik yang dimiliki Bandung, mengantarkan kota itu meraih penghargaan Smart City sebanyak dua kali. Diakui menjadi seorang pejabat kata Emil, memang tidak semudah yang dibayangkan. 

 

Setiap hari ia harus memutar otak untuk menuntaskan permasalah fundamental, seperti banjir, macet, dan sebagainya. Namun di sisi lain, tuntutan perubahan  ke arah yang lebih baik untuk warganya juga harus menjadi prioritas utama yang tidak bisa ditinggalkan. Misalnya, ia melakukan kebijakan kreatif dengan membuat tema berbeda setiap harinya di Kota Bandung, yaitu Senin sebagai Hari Damri Gratis, Selasa Hari No Smoking, Rabu Hari Berbahasa Sunda, Kamis Berbahasa Inggris, Jumat Hari Sepeda, Sabtu Hari Festival, dan Minggu Lonely Day. “Paling tidak kita bisa bahagia. Saya berlakukan Indeks of Happines Project. Mungkin kami belum bisa seperti Singapura, tapi paling tidak kami bahagia,” kata Emil mengenang kepemimpinannya sebagai Wali Kota Bandung. Satu hal yang menjadi catatan Emil bahwa bekerja di dunia politik dan dunia profesional seperti arsitek dirasakan jauh beda. Terkadang impian dan gagasannya dalam membangun Kota Bandung tidak bisa secara cepat terlaksana karena terhalang dengan berbagai benturan kepentingan. Namun, ia menilai bergelut di dunia politik dengan memegang kekuasaan itu penting untuk mempermudah merealisasikan gagasan pembaharuannya kepada masyarakat.

 

“Politik ini bagi saya sangat penting. Berpolitik saya jadikan pilihan untuk memberikan manfaat kepada manusia lain. Politik dalam arti sebenarnya adalah politik melayani," ujar pria humoris tersebut. Pada prinsipnya, Emil selalu menekankan bahwa di mana pun ia ditempatkan maka sebisa mungkin dirinya harus menjadi yang terbaik sehingga meski awalnya sempat canggung menggeluti dunia politik, terbukti Emil mampu menjadi salah satu kepala daerah terbaik di negeri ini. Prinsip lain yang diterapkan Emil dalam membangun Tanah Pasundan adalah politik akal sehat. Jika menurutnya akal sehat mengatakan iya maka Emil akan mengikutinya. Namun, sebaliknya jika akal sehat mengatakan tidak maka ia akan menolaknya. Dalam berdemokrasi Emil lebih senang berargumentasi dengan akal sehat, bukan dengan makian apalagi sampai menggunakan bahasa hewan, seperti Cebong dan Kampret.

 

Menurutnya itu sangat tidak mendidik bagi generasi penerus. “Yang jadi masalah, ini akan ditiru anak-anak, disangka mengejek dengan menggunakan nama hewan itu biasa. Kalau ini sampai disebut budaya kita kan bahaya. Jadi apapun itu, dalam berpolitik bekerja membangun daerah kita masingmasing kita harus mengendepankan nurani dan akal sehat kita, bukan ambisi atau nafsu sesaat,” tandas Emil serius. 

 

Ikhtiar untuk Jabar Satu

“Kalau niat maju, saya kira enggak bisa saya hindari lagi. Belum bulat, artinya kalau ada dukungan (pasti mencalonkan).” Begitu bunyi pernyataan Emil ketika disinggung mengenai kemungkinan dirinya maju dalam Pilkada Jawa Barat 2018 pada Maret 2017 lalu. Tahun 2017 menjadi tahun penting bagi Emil untuk melanjutkan perjalanan karier politiknya ke fase yang lebih tinggi. Sukses membangun Kota Bandung membuat namanya masuk dalam radar orang yang layak dicalonkan sebagai Gubernur Jabar. Bahkan dalam berbagai survei awal, elektabilitas Emil sudah menujukan tren positif dibanding nama-nama lain. Hal ini yang membuat kepercayaan diri Emil naik dan mantap untuk maju sebagai calon gubernur. Meski sudah mengungkapkan hasratnya untuk bertarung dalam Pilkada Jabar. Namun, saat itu belum ada partai yang serius membantunya mewujudkan ambisi tersebut. Emil memang bukan kader dari salah satu partai politik. Pada saat maju sebagai calon wali kota, ia diusung oleh Gerindra dan PKS. 

 

Partai pengusungnya sebagai wali kota itu juga belum secara sungguh-sungguh mendukung Emil. “Banyak yang naksir, tapi belum ada yang melamar. Saya kan tidak punya partai. Jadi, hanya akan maju jika memang ada dukungan,” kata Emil.  Dibandingkan dengan figur Cagub lain, Emil dianggap sosok yang paling siap mencalonkan diri dalam pertarungan Pilkada Jabar 2018. Pengamat politik Universitas Padjadjaran Firman Manan menyatakan, Emil dianggap paling siap maju sebagai cagub karena ia memilik modal kerja dan karakter kepemimpinan yang kuat. Emil juga gencar melakukan sosialisasi terkait gagasannya membangun Jabar ke masyarakat dengan berbagai strategi komunikasi baik darat maupun komunikasi melalui media sosial. Emil optimis gagasannya membangun Jabar tidak hanya diterima masyarakat, tapi juga partai politik.  

 

Di samping intens melakukan komunikasi dengan masyarakat, Emil juga intens membanguun komunikasi dengan partai politik. Kehadiran Emil di acara penutupan Rakernas Relawan Pejuang Demokrasi (Repdem), organisasi sayap PDI Perjuangan pada Maret 2017 sempat memunculkan spekulasi dirinya sedang merapat ke PDI Perjuangan demi pencalonannya di Pilgub Jabar. Namun, ia juga membuka  komunikasi dengan partai-partai lain yang disebut siap mengusungnya, seperti Demokrat, Golkar, NasDem, Hanura, PKB, dan juga PPP.  Dengan berbagai pertimbangan yang ada, NasDem menjadi partai pertama yang menyatakan siap mencalonkan Emil sebagai cagub Jabar. NasDem menilai Emil sosok orang yang visioner, jangkuan pikirannya jauh ke depan, kreatif, inovatif dan berkearater dalam memimpin. Sebab itu, Emil harus diberikan tantangan untuk diberi tanggung jawab yang lebih besar yakni menjadi Gubernur Jabar selanjutnya.

 

Deklarasi dukungan NasDem untuk Emil dilaksanakan di Lapangan Tegalega, Kota Bandung, Minggu 19 Maret 2017. Dukungan itu disampaikan langsung oleh Ketua Umum NasDem Surya Paloh. “Setelah melihat gerak-gerik langkah upaya perbuatan yang terelam oleh partai ini, akhirnya kita memutuskan pilihan kita. Dengan memohon ridha Allah SWT hari ini kita menyatakan Ridwan Kamil sebagai calon gubernur Provinsi Jawa Barat pada Pilkada 2018 yang akan datang,” ujar Surya saat itu di Lapangan Tegalega.  

 

Setelah NasDem, dukungan terhadap Emil semakin kuat dengan bertambahnya dukungan dari Hanura, PKB, PPP, serta partai baru, yakni Partai Berkarya, dan PSI. Partai Golkar awalnya sempat memberikan surat rekomendasi dukungan untuk Emil. Namun, saat Setya Novanto lengser dari Ketua Umum Partai Golkar karena tersandung kasus korupsi e-KTP di KPK rekomendasi untuk Emil dicabut. Golkar akhirnya memilih dukungan kepada kadernya sendiri Dedi Mulyadi sebagai cawagub berpasangan dengan Deddy Mizwar yang juga didukung oleh Demokrat.  Sedangkan, Gerindra, PKS dan PAN  mengusung pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu. Adapun PDI Perjuangan memilik calon sendiri, yakni mantan Perwira TNI Tubagus Hasanuddin bersama dengan Mantan Perwira Polri yang pernah menjabat Kapolda Jabar Anton Charliyan. Pilkada Jabar berlangsung pada 27 Juni 2018, pasangannya Rindu singkatan dari Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum itu akhirnya tampil sebagai pemenang. KPU Jabar menetapkan kedua pasangan itu sebagai gubernur dan wakil gubernur terpilih untuk periode 2018-2023 pada 24 Juli 2018. Pasangan Rindu mendapatkan 7.226.254 suara atau 32,88 persen.

 

Menatap Jabar dengan Program Kerja

Setelah melalui perjuangan pajang hari bahagia itu pun akhirnya datang, pada 4 September 2018 Menteri Sekretaris Negara Pratikno menghubungi Sekretaris Daerah (Sekda) Jabar Iwa Karniwa untuk meminta Emil dan Uu mempersiapkan diri karena pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Jabar oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan berlangsung di Istana Negara pada 5 September 2018. Tiba waktunya, dengan memakai pakaian Dinas Upacara Gubernur lengkap, Emil terlihat sangat gagah dan berwibawa. Ia seolah tak mampu menahan kebahagiaan karena ikhtiarnya menjadi orang nomor satu di Jabar terwujud. 

 

Usai pelantikan, dengan rona bahagia Emil sempat selfie dengan sembilan gubernur yang baru dilantik. Tentu saja sebagai anak muda visioner dengan gagasan brilliantnya, Emil punya cara pandang yang lebih luas untuk memajukan Jabar sebagai provinsi yang maju. Sesuai dengan visinya “Terwujudnya Jawa Barat Juara Lahir Batin dengan Inovasi dan Kolaborasi” setidaknya ada 17 program utama yang akan diselesaikan di awal kepemimpinannya. Beberapa di antaranya ada Jabar Quick Response (Jabar QR). Ini adalah kanal aduan kemanusiaan bagi masyarakat Jawa Barat yang bisa memberikan solusi atau pertolongan pertama bagi permasalahan yang bersifat kemanusiaan dan darurat. Warga yang ingin melapor cukup menghubungi nomor aduan 08111357777 atau bisa juga menghubungi lewat sejumlah akun media sosial, seperti facebook, twitter, dan instagram, dengan kata kunci Jabar Quick Response. Lalu ada program Layad Rawat dan Public Safety Center (PSC) 119. Layad Rawat adalah salah satu program di bidang kesehatan dengan menghadirkan layanan kesehatan yang datang langsung ke rumah-rumah warga.

 

Kemudian, ada program Kredit BJB Mesra. Peminjam nantinya tidak dikenakan beban bunga dan tanpa agunan, hanya biaya administrasi ringan. Sasaran dari program ini adalah para UKM. Ada juga program Jabar Saber Hoaks. Secara singkat, tim di bawah naungan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Pemprov Jabar itu bertugas untuk memverifikasi segala bentuk informasi yang meresahkan masyarakat, khususnya di ranah digital. Sejalan dengan itu, Emil juga punya program Desa Digital yang sudah diluncurkan di Desa Puntang Kecamatan Losarang, Indramayu. Desa Digital merupakan program pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan teknologi digital dan internet dalam pengembangan potensi desa, pemasaran, serta percepatan akses serta pelayanan informasi.

 

“Hari ini sebagai pemimpin kerja harus cepat. Cepat juga tidak cukup kalau tidak diketahui orang maka setiap program kita rilis. Dari sejumlah program yang sudah disebutkan tadi saya ingin memberi tahu warga bahwa setiap jaman baru ada cara baru, setiap pemimpin baru ada semangat baru,” ujar Emil saat ditemui Men’s Obsession di kawasan Jakarta Pusat. 

 

Emil menjelaskan, program fisik yang dicanangkan Pemprov Jabar ditargetkan selesai pada Desember 2019. Seperti pembangunan Sungai Kalimalang, mengaktifkan kembali jalur kereta api Pangandaran, mengubah Pantai Pangandaran menjadi wisata berkelas dunia, lalu pembangunan danau. Setidaknya ada 30 program fisik yang akan diselesaikan tahun 2019 yang juga menyasar pada ketahanan pangan. Adapun program non fisik sebagian sudah mulai dijalankan, seperti Kredit BJB Mesra, Pendikan Karakter, dan juga Desa Digital. Emil pun tengah menggarap Smart City di Kabupaten Garut, Pangandaran, Bogor, Cirebon, Tasik, serta kota-kota lain.  “Konsep Smatt City di Kota Bandung akan kita terapkan di kota-kota lain. Tugas gubernur memang ada dua. Satu, mengurusi dapur sendiri di provinsi; dua, mengurusi 27 kabupaten/kota di Jabar. Jadi, kalau hanya kita yang keren, sementara kabupaten/kota tidak ada progres sebenarnya tidak berhasil. Saya mewajibkan e-budgeting sekarang harus menggunakan teknologi,” tutur Emil.

 

Emil dikenal memiliki komitmen tinggi terhadap pengembangan Islam di Jabar. Dengan memiliki 9.000 pondok pesantren, Emil memilik program One Pesantren One Product (OPOP), yang sudah diluncurkan di Pondok Pesantren Al Ittifaq Kampung Ciburial Desa Alam Endah, Rancabali, Kabupaten Bandung. Dari jumlah 9.000 persantren, sebagai tahap awal akan dimulai pada 600 persantren. Lalu ada digitalisasi kitab-kitab kuning, pembuatan Perda Pesantren, pengiriman kiai-kiai sebagai duta perdamaian di luar negeri. Kemudian ada pembangunan 20 Islamic Center, Maghrib Mengaji, Subuh Berjamaah, serta masih banyak yang lain. “Sesuai visi kami Terwujudnya Jawa Barat Juara Lahir Batin dengan Inovasi dan Kolaborasi, itu maksudnya pembangunan di Jabar tidak boleh hanya sekadar fisik, tapi juga batinnya harus terisi. Makanya setiap hari kita gelar Maghrib Mengaji dan Subuh Berjamaah. Harapannya kalau pemimpin memberikan contoh yang baik, masyarakatnya akan mengikuti atau melakukan hal yang sama,” jelasnya. Emil aktif mensosialisasikan program kerjanya di media sosial. 

 

Dengan jumlah followers 14 juta dari twitter, facebook  dan instagram Emil selalu memposting kegiatannya sebagai gubernur minimal tiga kali sehari. Tak lupa, Emil membagi tips kepada anak muda yang ingin menjadi seorang pemimpin. Pertama, jadilah anak muda pencari solusi bukan pemakimaki. Menurutnya kalau memaki semua orang bisa. Namun, untuk mencari solusi tidak semua bisa. Kedua, pemuda yang turun tangan, jika ada masalah harus turun ke masyarakat, bukan angkat tangan. Ketiga, memberikan manfaat kepada orang lain karena ukuran kemulian seseorang ini itu diukur dari sejauh mana mereka bisa memberikan manfaat kepada orang lain.