Tokoh Inspiratif

Oleh: Iqbal Ramdani () - 27 March 2019

Naskah: Arif Rahman Hakim Foto: Dok. pribadi & Istimewa

PERSIB Bandung merupakan salah satu klub sepak bola tertua di Indonesia. Persib didirikan di Bandung pada 14 Maret 1933. Klub ini menghasilkan banyak pemain yang fenomenal. Tak sedikit pemain Persib yang memperkuat tim nasional (timnas) dan ikut andil mengharumkan nama Indonesia di kejuaraan internasional.

 

Salah seorang pemain Persib yang spektakuler adalah Atep Rizal. Ia dilahirkan di Cianjur, Jawa Barat, 5 Juni 1985. Hobi bermain sepak bola sejak kecil, ia bergabung dengan PS UNI yang merupakan salah satu klub anggota Persib. Ia berposisi sebagai gelandang serang yang memiliki kelebihan berupa tendangan yang keras dan terarah. Saat berada di Persib Junior (U-18) Atep bermain gemilang. Ia mengantarkan klub ini menjadi juara Piala Suratin pada 2003. Setelah bermain untuk Persib U-18, ia melanjutkan kariernya ke Persiba Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Saat merumput di Persiba, Atep menunjukan penampilan yang apik sehingga dipanggil memperkuat skuat Indonesia U-20 pada 2003. Atep ikut andil mengantarkan PSSI U-20 menjadi runner-up Piala Gubernur Kalimantan Timur pada 2003.

 

Berkat prestasinya itu Persija Jakarta meliriknya. Setelah menjalani musim yang cukup bagus dengan Persiba, Atep dikontrak oleh Persija tahun 2004. Tak memerlukan waktu lama, ia memperoleh jatah bermain di tim utama. Di Jakarta, permainan Atep semakin berkembang. Ia membawa Persija menduduki peringkat III Divisi Utama Liga Indonesia 2004, runner-up Divisi Utama Liga Indonesia 2005, runner-up Copa Indonesia 2005, dan menembus semifinal Liga Indonesia 2007-2008. Prestasinya yang begitu cemerlang di Persija membuka kesempatan lebar untuk karier internasionalnya. Pada 2005, ia terpilih masuk ke dalam skuat Timnas Indonesia di Piala AFF (ASEAN Football Federation) dan ia berhasil mencetak gol. Maka tak ayal, banyak klub yang menginginkannya, termasuk Persib yang mencoba mengontraknya pada musim 20072008. Atep bertahan di Persija hingga akhir musim 2007-2008.

 

Obsesi Persib memperoleh tanda tangan Atep akhirnya terwujud. Pada musim 20082009, klub berjulukan Maung Bandung tersebut akhirnya berhasil mengontraknya, setelah gagal mendapatkannya di musim sebelumnya. Kedatangan Atep disambut meriah oleh para bobotoh, sebutan suporter Persib. Persaingan di Persib begitu kompetitif. Di awal musim Atep tidak mendapat begitu banyak kesempatan untuk bermain sehingga banyak yang memprediksi ia akan angkat kaki pada musim transfer di jeda kompetisi. Namun, ia bertahan dan akhirnya mulai mendapatkan kesempatan bermain, walaupun hanya sebagai pemain cadangan. Pada 6 Mei 2009 ketika Persib kalah 1-2 melawan Pelita Jaya, Atep masuk dalam skuat utama. Ia mencetak satu-satunya gol Persib dan merupakan gol pertamanya di Liga Super bersama Persib Bandung. Atep merupakan ikon bagi bobotoh dengan julukan “Lord Atep”. Di saat ia mencetak gol, bobotoh selalu melakukan push up tanda apresiasi terhadap golnya. 

 

Di musim 2014, penampilan Atep menimbulkan decak kagum bagi para penonton. Ia menjadi pahlawan Persib setelah mencetak gol spektakuler ke gawang Arema Cronous, yang mengantarkan Persib ke final Indonesia Super League (ISL) 2014. Final Persib melawan Persipura di final ISL digelar di Stadion Gelora Sriwijaya, Palembang, Sumatera Selatan, 2014 lalu. Atep duduk di bangku cadangan. Ia baru diturunkan di babak kedua pada menit ke-66 menggantikan Tantan. Secara mengejutkan Persib menaklukkan sang juara bertahan dengan skor 5-3 melalui drama adu penalti. Kedua tim melakoni adu penalti setelah bermain imbang 2-2 hingga babak tambahan waktu. 

 

Keberhasilan menjuarai ISL 2014 tersebut mengakhiri penantian panjang Persib yang sudah 19 tahun menunggu gelar juara. Sementara, Persipura memperpanjang catatan buruknya yang gagal mempertahankan gelar juara sejak ISL digelar pada tahun 2008.   Kota Bandung seketika menjadi lautan biru setelah Persib keluar sebagai juara ISL 2014. Kembang api menghiasi langitlangit Bandung. Ribuan bobotoh serempak memakai atribut biru turun ke jalan. Mereka melampiaskan kebahagiannya menyambut kemenangan klub kesayangannya. Dengan menggunakan kendaraan roda dua dan empat, bobotoh berkonvoi mengelilingi ruas jalan di Bandung. Klakson kendaraan pun terus dibunyikan. “Juara, juara, juara, juara, juara!” teriak para bobotoh bersahut-sahutan.

 

Sesekali mereka berhenti dan berjoget. Bahkan tak sedikit yang membuka baju. Mereka meneriakkan yel-yel dan menyanyikan lagu Halo - Halo Bandung. “Malam ini kita bahagia, Persib juara lagi. Setelah ini, Persib juara selamanya. Persib Bandung bangkit!” teriak para bobotoh. Musim 2015 ISL ditunda sehingga Persib menjalani kompetisi AFC Cup 2015 sebelum liga dimulai. Di kompetisi ini Atep selalu mencetak gol, dengan rasio gol 1 per pertandingan AFC Cup. Di Piala Presiden 2015 Atep dipercaya menjadi Kapten Persib. Di final Persib mengalahkan Sriwijaya FC dengan skor 2-0 di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (18/10/2015). Dua gol kemenangan Persib dicetak bek tengah Ahmad Jufriyanto pada menit keenam dan gelandang Makan Konate di pengujung babak pertama. Publik Bandung berpesta merayakan kemenangan ini. Bobotoh larut dalam kegembiraan. Pantauan kompas.com, mereka berkonvoi mengelilingi sejumlah ruas jalan di pusat Kota Bandung.

 

Ada yang menggunakan roda dua dan ada juga roda empat, tua maupun muda larut dalam kegembiraan ini. “Hidup Persib!” teriak mereka serempak dengan mengenakan seragam biru. Bandung pun menjadi lautan biru. Bobotoh meneriakkan berbagai macam yel. “Persib Juara, Persib Juara, Persib Juara” dan Halohalo Bandung terus berkumandang. Dalam konvoi tersebut mereka juga serempak memainkan tuas gas motornya. Jalanan pun menjadi bising akibat suara knalpot para bobotoh itu. Tak ada yang melarang. Ini yang membuat ramai. Macam-macam atraksi diperagakan. Mereka bernyanyi-nyanyi bahkan menari-nari. Bendera kebesaran Persib pun terus di kibar-kibarkan.

 

Tak Protes Meski Jadi Pemain Cadangan

Salah satu sisi menarik dari Atep adalah ia menghormati pelatih. Ia patuh pada keputusan pelatih. Ia tidak melancarkan protes ketika ditaruh di bangku cadangan. Nama Atep jarang masuk ke starting lie-up Persib sejak putaran kedua Gojek Traveloka Liga 1 bergulir tahun 2017. Memulai laga dari bangku cadangan jelas bukan obsesi seorang pemain sepak bola. Kendati demikian, pengguna nomor punggung 7 itu tidak memprotes keputusan pelatih Emral Abus. “Kita hormati semua keputusan pelatih, harus kita hormati termasuk cadangan atau starter. Bagi saya tidak masalah, bagi saya yang penting tim kami (Persib) yang terbaik,” ungkap Atep seperti dikutip situs resmi Persib, Kamis (28/9/2017). Mantan punggawa Timnas Indonesia tersebut merupakan ruh permainan Maung Bandung sepanjang putaran pertama Go-Jek Traveloka 2017.  

 

Namun, pada putaran kedua, terutama sejak Persib dipimpin bergantian Herrie Setiawan dan Emral Abus, Atep lebih sering memulai laga dari bangku cadangan. Dua pelatih yang melanjutkan tongkat estafet kepelatihan Djadjang itu lebih kerap memainkan Febri Haryadi dan Matsunaga Shoei sebagai starter. Bahkan dari delapan laga terakhir Persib, Atep hanya sekali menjadi starter, yakni pada pertandingan melawan Arema FC.  Sisanya di tujuh pertandingan lain, Atep selalu berstatus pemain cadangan. Tujuh pertandingan yang dimaksud, yakni saat Persib bersua Bhayangkara FC, Bali United, Semen Padang, Persipura Jayapura, Gresik United, Sriwijaya FC, dan PS TNI. Atep menuturkan, bermain dari awal atau masuk sebagai pemain pengganti sama saja. Baginya, yang terpenting Persib dapat tampil apik dan meraih kemenangan.“Saya selalu mendukung, mau main pertama atau lima menit menjelang akhir, yang terpenting tim ini meraih hasil maksimal,” tegasnya.

 

Menikah dengan The Jakmania

Sepak bola telah mengorbitkan popularitas Atep Rizal. Berkat sepak bola itu Atep mendapatkan pujaan hatinya. Saat memperkuat Persija pada periode 2004-2008 ia jatuh cinta pada Lilis Yamaini, seorang The Jakmania, sebutan untuk suporter Persija. Lilis adalah orang asli Jakarta. “Saya dulu kerja dan sering menonton Persija karena asli Jakarta dan suporter Persija juga. Saya juga ngefans sama Bepe (Bambang Pamungkas). Waktu itu kebetulan katanya ada pemain muda sekaligus pemain baru, katanya dari Bandung, dan saya datang ke stadion untuk lihat,” tutur Lilis. Lilis bercerita, ia bisa berkenalan dengan Atep lewat teman Atep. Perkenalannya itu berlangsung setelah ia menjalankan salat Magrib. “Tadinya saya tolak, tapi atas saran pengurus Persija, akhirnya saya kenalan sama Atep,” ujar perempuan ayu itu.

 

Dari situlah pertemuan mereka terjalin. Mulai kenalan, berbincang, bertemu, kemudian menjalin kasih dan akhirnya menikah. “Setelah perkenalan itu, saya jadi sering bertemu di mes Persija dan semakin dekat,” ujarnya sembari mengenang. Kisah cinta mereka ibarat film yang mengisahkan percintaan seorang bobotoh dan seorang The Jak di awal 2000-an. “Ya, mirip gitu, tapi ini mah antara pemain dan The Jak,” ujar Lilis seraya tertawa. Atep kemudian diminta pulang untuk membela klub Kota Bandung, Persib. Mereka pun harus menjalani hubungan jarak jauh untuk sementara waktu. Namun, rupanya Atep tidak membiarkan gadis pujaannya menunggu lama di Jakarta. “Dia bilang kalau pulang ke Bandung akan segera menikahi saya,” ujar perempuan berkulit putih ini. Atep menetapi janjinya. Ketika ia bermain di Persib, ia langsung meminang Lilis. “Saya menikahi Lilis waktu bermain setengah musim pertama di Persib,” kata Atep seraya tersenyum. Lilis semringah, sang pujaan hati menepati janjinya. Pernikahan pun berlangsung. Pernikahan mereka membuahkan dua anak, yakni Nakesya Amira Grabiela dan Alicia Zakira Ramadhani. 

 

Lilis merasakan suka-duka menjadi seorang pendamping seumur hidup “Lord Atep”. Suasana getir dan sedih jika Persib kalah selalu mewarnai kehidupan rumah tangga mereka. “Sebagai istri, saya kasih semangat dia melebihi apa pun. Saya sering wanti-wanti dia jaga kesehatan, jangan terlalu capek karena di Bandung beda dengan yang lain,” ujar Lilis. Kekalahan Persib dalam sebuah laga jelas adalah hal duka bagi Lilis. “Dukanya enggak ada sih sebenarnya, cuma saya suka ikut sedih kalau Persib kalah. Kalau Persib kalah dan dia pulang ke rumah, dia sering merasa sedih. Sebagai istri saya juga turut merasakannya,” tandasnya. Kehadiran Lilis dan anak-anak sudah tentu jadi pelipur lara bagi Atep jika timnya kalah. “Keluarga, khususnya anakanak,  membangkitkan mental dia. Dia bisa seharian di rumah sama anak-anak kalau lagi di rumah, main PS,” kata perempuan kelahiran 1984 itu.

 

Meski sudah menjadi bagian Maung Bandung sejak 2008, Atep dan istri tetap menjaga hubungan dengan The Jakmania. “Tentu ada karena komunikasi masih terus terjalin sama teman-teman dulu, seperti Rico (Larico Ranggamone) atau Richard (Achmad). Hubungan harus terus dijaga,” tegasnya.

 

Berakhir Kebersamaan Atep dengan Persib

Manusia hanya bisa berusaha dan berdoa. Sedangkan, Allah yang menentukan segalanya. Demikian juga yang dialami Atep. Ia berkeinginan bertahan lama di Persib. Namun, obsesinya tidak terwujud. Manajemen Persib memutuskan menghentikan kebersamaannya dengan Atep pada musim 2019. Dengan demikian, 10 tahun kebersamaan Atep dengan Persib berakhir. Keputusan tersebut diungkapkan Komisaris PT Persib Bandung Bermartabat Kuswara S Taryono kepada awak media di Graha Persib, Jalan Sulanjana, Kota Bandung, Minggu (13/1/2019). Selain Atep, manajemen Persib juga mencoret nama-nama lain, seperti Tony Sucipto, Airlangga Sucipto, Imam Arif Fadhilah, dan Eka Ramdani. Ia tak merinci alasan Persib mencoret Atep. 

 

Menurutnya, pencoretan tersebut berdasarkan pertimbangan juga dari pelatih Persib Miljan Radovic dan manajemen. “Mohon maaf tentang alasannya apa saya kira kurang tepat disampaikan, tapi yang pasti pelatih sudah mempertimbangkan dari berbagai sudut, “ katanya.  Keputusan tersebut membuat Atep terperanjat. Ia mengatakan kepada wartawan di mes Persib, Senin (14/1/2019), ia sudah bisa memprediksi kontraknya tak akan diperpanjang. “Saya juga sudah prediksi sudah ke arah sana, tapi mengejutkannya di detik terakhir keputusan seperti itu. Saya juga mendapat keputusan ini di hari Sabtu jam 10 pagi,” Atep menuturkan. Ketika menerima kabar itu, Atep kebetulan sedang berada di Sukabumi bersama keluarganya. Orang pertama yang ia beri tahu adalah istrinya. Ia menuturkan, istrinya sangat shock menerima informasi itu. Terlebih ia sudah cukup lama bermain di tim kebanggaan bobotoh tersebut. Ya, mungkin istri juga berat. Apalagi saya, ya, berada di sini cukup lama karena buat saya merasa di satu keluarga,” kata Atep di Bandung, Selasa (15/1/2019). Bukan hanya istrinya yang terkejut, tapi juga rekan-rekan Atep di Persib. Pemain Persib Supardi Nasir menyebut Atep orang yang baik. “Tapi inilah sepak bola. Sekarang Atep? Tahun besok enggak menutup kemungkinan saya sendiri atau mungkin pemain lain. Enggak juga menjamin pemain muda aman di sini. Itulah sepak bola, profesionalitas,” ujar Supardi.

 

Sebagai sesama pemain senior Supardi memberikan pesan kepada Atep untuk tetap sabar. Ia mengakui meninggalkan Persib Bandung merupakan langkah yang sangat berat. “Saya pesan ke Atep di mana pun berkarier bahwa Atep sudah identik dengan Persib Bandung. Saya katakan kemarin, Atep, di mana pun berkarier sama semua, mungkin bagi Atep belum terbiasa jauh dari keluarga terutama,” katanya. Semua pemain, lanjut Supardi, harus terbiasa dengan keluar masuk di sebuah tim. Sebab, dunia sepak bola profesional merupakan hal lumrah bagi pemain untuk pergi dan datang. “Jadi, harus terbiasa dengan pola seperti ini, pelatih pergi, pemain pergi, tapi persib tetap Persib. Saya selalu berdoa untuk Atep, kesuksesan dia di manapun saya yakin dia bisa beradaptasi dengan cepat di mana pun,” ucapnya. 

 

Saat ini Atep masih mempertimbangkan untuk mencari pelabuhan baru. Namun demikian, ia memiliki sebuah komitmen andai nantinya ia mendapatkan klub baru, yakni ia berjanji tidak ingin bermain melawan Persib ketika membela klub anyarnya. Baginya, komitmen ini merupakan bentuk rasa cintanya kepada Maung Bandung. “Saya akan bertahan untuk tetap bermain, harapannya tidak di tim Indonesia. Saya tidak mau nanti harus ketemu dengan Persib. Itu sangat berat. Saya terlalu identik dengan Persib. Ketika nanti harus menjadi musuh di lapangan itu sangat berat,” tambahnya. “Rencana saya ke depan setelah tidak di Persib, tentunya saya masih ingin bermain kalaupun ada klub yang menginginkan jasa saya,” tutur Atep kepada Men’s Obsession via WhatsApp, Sabtu (9/2/2019). Namun, lanjutnya, jika tidak ada klub yang cocok dengan dirinya ia ingin menjadi pelatih. “Saya ingin membina anakanak muda potensial yang ada di Jawa Barat,” tandasnya. Ia bersyukur telah ada beberapa klub yang menawarinya bergabung sebagai pemain. “Alhamdulilah, beberapa klub sudah menawarkan kerja sama dengan saya,dari tim Liga 1 dan beberapa klub dari Liga 2,” ujar ayah dua putri tersebut.

 

Atep berobesi jika nanti merumput lagi, ia ingin mencetak banyak gol untuk klubnya dan mengangkat prestasi klub tersebut. Ketika ditanya apa yang paling berkesan baginya saat bersama Persib, pria berposter tergap ini menjawab, “Ketika kami juara 2014, sekaligus mengakhiri puasa gelar 19 tahun. Dukungan bobotoh terhadap tim ini sangat luar biasa. Di manapun Persib bermain, bobotoh selalu ada memberikan dukungan. Ini kesan yang tentu akan selalu saya ingat.”