Tokoh Inspiratif

Oleh: Iqbal Ramdani () - 27 March 2019

Naskah: Purnomo/Sahrudi Foto: Istimewa

“Dalam hidup, aku harus punya sikap dan berani memilih. Dalam memilih, aku menghindari kebencian dan mereka yang menebarkannya. Hidup terlalu indah untuk dikotori dengan kebencian”, begitu tulis Addie Muljadi Sumaatmadja atau lebih dikenal dengan Addie MS di akun twitternya pada 13 Januari 2019. Dan, Addie memilih musik sebagai sikap hidupnya. Kesetiaannya bersama musik telah mengantarkan pria kelahiran Jakarta, 7 Oktober 1959 sebagai salah satu maestro musik Indonesia saat ini.

 

Pendiri Twilite Orchestra yang sampai sekarang masih memegang tampuk konduktor orkestra ini juga dikenal sebagai pianis, pencipta lagu, komponis, arranger, dan sekaligus produser musik. Tak terhitung perjalanan sukses plus prestasi musiknya dari awal hingga sekarang. Namun yang pasti, dia pernah mengantarkan orkes simfoni Indonesia tampil di Sydney Opera House pada tahun 2009 dengan tajuk “Indonesia-A Touch of Harmony”. Di event bergengsi itu, selain memboyong musisi asal Indonesia, Addie juga berkolaborasi dengan musisi Australia, seperti Stephen Smith dan juara Australian Idol 2008, Jessica Mauboy. Twilite Orchestra juga menjadi orkes simfoni Indonesia pertama yang tampil di Eropa ketika pada tahun 2012 berkonser di Bratislava, Slowakia, dan Berlin, Jerman atas prakarsa Kemenparekraf RI, KBRI di Slowakia, dan KBRI di Jerman. Di sana Addie MS memimpin 57 musisi serta 40 penyanyi Twilite Chorus.

 

Sikap nasionalismenya yang mengalir dari darah sang ayah yang juga tokoh pejuang, Bandi Sumaatmadja, muncul beriringan dengan reputasi musiknya. Pada tahun 2012, Addie membuat rekaman lagu-lagu daerah Indonesia yang digubah secara simfonik, bersama maskapai Garuda Indonesia dengan judul ‘The Sounds of Indonesia’. Kecintaan terhadap negerinya, membuat pria yang pernah diberi kepercayaan oleh Panglima TNI untuk menciptakan lagu Mars dan Himne TNI pada tahun 2003 ini juga bersemangat melakukan regenerasi di bidang musik. Banyak cara dia lakukan untuk itu. Sebutlah salah satunya adalah dengan mengajak musisi-musisi muda menggelar “Bangkit! Musisi Indonesia” di tahun 2018. Sebuah sajian menarik yang menyuguhkan perpaduan kemegahan orkestra dengan alat tradisional gamelan. Dari konser ini ia ingin membawa gamelan lebih dihargai dan dicintai oleh masyarakat Indonesia, khususnya kaum milenial.

 

Kepeduliannya pada musik dalam negeri juga diwujudkan dalam karyanya pada event regional seperti Asian Games 2018. Di mana dalam kesempatan itu dia sukses memadukan musik tradisional dan lagu daerah dari Indonesia, musik orkestra, dan musik elektronik Dia merasa bangga dan bersyukur bisa menjadi salah satu orang yang berada di balik layar kemegahan upacara pembukaam Asian Games 2018, yang berlangsung pada Sabtu (18/8/2019) malam di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat. Dedikasi Addie dalam bermusik mendapat apresiasi dari pemerintah. Dia diganjar Anugerah Kebudayaan dan Maestro Seni 2017 dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Muhadjir Effendi. Penghargaan yang disematkan kepadanya bertitelkan Pencipta, Pelopor, dan Pembaru Seni Musik (Orkestra dan Paduan Suara). Addie menyusul konduktor Avip Priatna yang sebelumnya mendapatkan penghargaan yang sama dua tahun lalu.  Penghargaan ini adalah upaya pemerintah mengapresiasi pelaku seni di Tanah Air, mulai dari tradisi hingga seni urban. Yang menarik adalah mereka yang berjasa adalah mereka yang berkarya di bidang seni dan telah menjadi tokoh di dalam komunitas tersebut. Sebuah upaya yang perlu diapresiasi. 

 

Namun, juga perlu dicermati untuk melihat seberapa menjangkau seniman di pedalaman dan mereka yang sungguh berdedikasi total di bidangnya, meski bukanlah seorang figur publik yang dieluelukan. Dalam perjalanannya kemudian, semangat nasionalisme Addie tak hanya dilepaskan di wilayah dunia musik semata. Belakangan, masyarakat melihat pria kelahiran Jakarta, 7 Oktober 1959 ini juga rajin memberikan dukungan bagi upaya memajukan pembangunan negeri ini melalui pemikiran yang disampaikan lewat media sosial. Sebagai tokoh yang aktif dalam memberikan dukungan pada kinerja Presiden Joko Widodo, diakui Addie bahwa itu dilakukannya tidak hanya untuk kepentingan sektor musik semata. “Terus terang saya tidak terlalu memperhatikan kinerja pak Jokowi dalam bidang saya sendiri. Buat saya itu perioritas ke dua untuk bidang saya,” ucap pria berkacamata tersebut kepada Men’s Obsession sebelum acara deklarasi dukungan alumni UI kepada Jokowi. 

Addie justru berharap, kalau Jokowi terpilih lagi di periode ke dua maka yang harus lebih diperhatikan adalah bidang sumber daya manusia (SDM). “Kalau di periode pertama kan lebih kepada pembangunan infrastruktur yang diprioritaskan maka jika kelak rakyat memercayakan Pak Jokowi memimpin lagi maka kita harus dukung upaya beliau dalam meningkatkan SDM bangsa ini,” tambahnya. Dia melanjutkan, kalau di periode pertama Jokowi memprioritaskan sektor infrastruktur itu adalah kebijakan yang tepat. “Menurut saya memang harus menjadi prioritas infrastruktur di periode pertama, kita belajar dari negeri Cina misalnya, dulu jalan tol dan infrastruktur dibangun gila-gilaan sedemikian rupa sehingga negeri yang sangat luas itu tersambung. Begitu tersambung, energinya, produktifitasnya luar biasa pesat,” paparnya.

 

Karenanya, dia yakin sektor infrastruktur memegang peranan penting dalam memajukan berbagai sektor kehidupan di negeri ini. Dia kemudian memberikan ilustrasi tentang masih adanya anak-anak yang sulit ke sekolah karena infrastruktur di daerahnya rusak. “Jadi, kita juga ngomong masalah pendidikan, tapi kita masih melihat murid untuk ke sekolahnya itu masih menyeberang jembatan yang hanya satu tapak,” dia menggambarkan. Kemudian, terkait harga bahan bakar minyak (BBM) yang masih mahal di pelosok daerah Indonesia, menurutnya bisa diatasi dengan pembangunan infrastruktur. “Bensin di Timur Indonesia masih mahal sekali, karena menuju kota-kota ke dalamnya saja orang kadang harus menyambung nyawa, belum lagi medan jalannya bukan rata, tetapi jeblog-jeblog (rusak-red), bagaimana tidak mahal?” ujarnya retoris.

 

Oleh sebab itu, Addie mengingatkan bahwa membangun negara seluas Indonesia tidak boleh dilakukan secara egois. “Ya, kita nggak bisa egois. Menurut saya meniru apa yang dilakukan Cina, yaitu infrastruktur kita bereskan dulu sehingga kita bersambung kaya aliran darah lancar, baru kita beralih ke SDM, soal membangun manusianya,” simpul suami Memes ini. Nah, terkait pembangunan SDM ini, Addie punya pendapat tersendiri. Menurutnya, profesi guru adalah profesi yang patut diprioritaskan dalam pembangunan SDM. “Khususnya guru kesenian, kebudayaan itu mesti menjadi perhatian yang besar buat Pak Jokowi. Kalau untuk itu, saya akan kritis kepada Pak Jokowi jika itu tak dilaksanakan oleh Pak Jokowi bila kelak terpilih untuk kedua kalinya,” pria murah senyum itu mengingatkan.

 

Dalam pandangan Addie, membangun pendidikan adalah membangun gurunya. “Pokonya membangun manusianya lebih di tingkatkan. Yang pertamakan hardware, yang kedua lebih software,” Addie memberikan perumpamaan. Kalau untuk saat ini, dia mengaku memahami kondisi yang ada dan dia tak mau terlalu kritis terhadap Presiden. Apalagi belakangan ini, lanjutnya, begitu deras datangnya fitnah kepada Jokowi. “Beliau digoyang dengan isu yang macam-macam jahatnya karenanya saya tak banyak mau kritis terhadap Pak Jokowi, tapi lebih mendukung membela beliau,” jelasnya. Keengganannya mengritisi Presiden Jokowi saat ini, dikatakan Addie bukan karena Jokowi itu sosok yang serba benar dan sempurna karena dia yakin tak ada manusia yang sempurna. “Sekali lagi bukan karena Pak Jokowi maha benar dan sempurna, tidak ada manusia yang sempurna didunia ini, tapi kita sebagai warga patut, memperingatkan, memberi saran, sebaiknya begitu. Namun, di kepemimpinan yang pertama ini karena beliau terlalu banyak mendapat serangan yang luar biasa, tugas saya menjaga beliau. Kecuali kalau beliau melakukan hal yang fatal sedemikian rupa sehingga harus dihentikan, tapi ini jauh dan tak ada sama sekali karena ada saingan kekuasaanlah sehingga dia terus-menerus dirongrong,” argumen Addie tentang dukungannya kepada Jokowi. 

 

Namun jika Jokowi terpilih kembali, Addie mengaku akan bersikap kritis. “Jika nanti beliau terpilih kembali, Insya Allah saya akan kritis. Tentunya ke bidang saya,” janjinya. Salah satunya adalah menagih kepada Jokowi untuk membangun concert hall untuk orkestra. “Orkes simponi di mana-man butuh gedung. Orkes itu butuh concert hall, di Indonesia kurang lebih 260 juta jiwa tidak punya satupun concert hall yang dibangun oleh pemerintah, itu keterlaluan, dari zaman Pak Soeharto sampai sekarang nggak ada,” tuturnya. Bandingkan dengan Singapura, negeri dengan luas lebih kecil dari Indonesia itu justru memiliki empat concert hall yang ruangannya bisa dipakai untuk konser simponi. Begitu juga di Malaysia, sambung Addie, punya Petronas Hall di bawah twin tower yang di dalamnya ada gedung concert hall. “Thailand apa lagi. Sementara, kita yang jauh lebih besar, hanya punya satu di Kemayoran. Itu pun yang bangun swasta, bukan pemerintah. Dari zaman Presiden Soeharto, saya sudah sering bilang, kebetulan setiap presiden saya sudah pernah tampil, kecuali Bung Karno. Saya selalu menyinggung hal itu (gedung Concert Hallred), tapi belum juga dibangun. Ya sudah lah, saya hanya mengelus dada saja,” protesnya. 

 

Baginya, pembangunan gedung konser itu lebih bermakna dibanding jabatan yang diberikan kepadanya jika Jokowi terpilih lagi. “Soal pembangunan concert hall jika Jokowi terpilih kembali, saya akan lebih cerewet. Mati-matian ikut dukung Jokowi, saya tak masalah tak mendapatkan apa-apa. Maksudnya hal yang sensitif, aku dukung pemerintah, bela pemerintah harus minta ini itu. Justru aku terbalik, beberapa mungkin dukung pemerintah vokal terus selepas itu minta jadi komisaris, pejabat. Saya kebalik, malah saya jadi sungkan, kalau ngomong soal kepentingan saya. Ada juga yang nawarin mau jadi ini itu. Saya tidak tertarik mau menjadi menteri, anggota DPR. Saya suka di musik, melalui jalur musik saya bisa kritis. Saya bisa kritisi siapa saja yang menurut saya nggak suka saya bisa kritisi itu,” tegasnya. Menurut Addie mengritisi lewat musik justru lebih enak karena dia tak membawa bendera siapa-siapa. “Tapi membawa hati nurani saja, saya bukan buzzer yang dibayar untuk kritik orang dan dukung Jokowi,” tegasnya.

 

Addie juga pernah mengingatkan bahwa lewat seni budaya khususnya musik bisa memperhalus sebuah bangsa untuk bersikap toleran. “Bila bangsa tidak diperhalus dengan seni budaya maka menyebabkan minimnya toleransi terhadap perbedaan,” ujarnya. Bagi Addie, musik mempunyai peran besar dalam membentuk sebuah bangsa. “Secara tidak langsung musik simfoni mengajarkan bagaimana kita mengelola perbedaan, bahkan membuat perbedaan—bayangkan: biola digesek, yang satu ditiup, yang di belakang dipukul—perbedaan itu bisa dikelola menjadi satu sinergi yang dahsyat. “Kalau bangsa-bangsa maju, anak mudanya dilatih dengan seni, sehingga bisa mengapresiasi perbedaan. Sedangkan, pada tahun 1998 kita dipertontonkan bahwa perbedaan itu menghancurkan. Yang berbeda harus dihancurkan,” tandas Addie. 

 

Menyuarakan Kerukunan

Kepeduliannya kepada kerukunan berbangsa dan bernegara, termasuk ranah yang mendapatkan perhatian serius Addie setelah musik. Simak saja cuitan-cuitannya di akun twitternya. Bahkan di saat Hari Musik Nasional pun dia malah menyelipkan pesan kerukunan bangsa. Tengok cuitannya pada Hari Musik Nasional, 9 Maret 2018, dia mengungkapkan harapannya bahwa melalui musik bisa mengharmonisasikan perbedaan. “Dalam orkes simfoni, beragam instrumen dengan bermacam bunyinya dimainkan oleh puluhan musisi dari latar belakang yang berbeda menghasilkan 1 (satu) musik yang dahsyat,” tulis Addie di akun twitter-nya. “Melalui musik kita HARMONISASIKAN PERBEDAAN. Selamat Hari Musik Nasional 2018!” tulisnya. Ikhtiar merawat persatuan dan kesatuan bangsa juga dilakukan Addie melalui gelaran konser-konsernya belakangan ini. Salah satunya adalah gelaran menyanyi lagu nasional massal bertajuk Harmoni Indonesia 2018 yang dipusatkan di Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta.

 

cara ini diharapkan bisa menggugah rakyat Indonesia tentang pentingnya persatuan dan semangat perjuangan. “Ini adalah pergelaran untuk menyelaraskan semangat perjuangan dan kebangsaan kita melalui bernyanyi bersama. Tidak hanya di Senayan, tapi sinkron dengan beberapa kota lain,” katanya saat jumpa pers Harmoni Indonesia 2018 di Gedung Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek-Dikti) Jakarta, beberapa waktu lalu. Harmoni Indonesia merupakan kegiatan yang digelar pemerintah menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI pada 17 Agustus serta gelaran Asian Games 2018. Sekitar 7 juta mahasiswa di berbagai daerah akan dilibatkan bernyanyi bersamaan. Mereka terhubung melalui siaran langsung di televisi.

 

“Ini juga merupakan suatu wadah pernyataan kebangsaan bersama. Presiden berkali-kali menegaskan, persatuan dan kebinekaan bangsa ini harus dirawat,” tutur ayah dari Kevin Aprilio dan Tristan Julianto tersebut. Presiden Jokowi juga menyampaikan pesan agar melalui acara Harmoni Indonesia 2018 semangat persatuan, kerukunan, dan kebangsaan bisa terjaga. “Karena itulah aset terbesar bangsa ini, bisa kita berikan, kita semangat semuanya agar kita sadar agar kita paham bahwa persatuan dan kerukunan nasionalisme adalah aset terbesar bangsa kita,” tegas Kepala Negara.