Tokoh Berpengaruh 2017

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 12 August 2017

Memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat, serta mempunyai jaringan pergaulan yang luas di Indonesia dan luar negeri, Luhut Binsar Pandjaitan menjadi salah seorang kepercayaan Presiden Joko Widodo (Jokowi).


Setelah pensiun dari dunia militer, Luhut terjun ke gelanggang bisnis dan politik. Pensiunan jenderal bintang empat ini bergabung dengan Partai Golkar. Ketika Aburizal Bakrie atau Ical terpilih menjadi Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar pada tahun 1999, Luhut diberi posisi sebagai Wakil Ketua Dewan Pertimbangan.


Ical gagal mendapat tiket Pilpres 2014, karena perolehan suara Golkar tak cukup untuk mengusungnya sebagai capres. Ical kemudian membawa gerbong Golkar bergabung dengan Koalisi Merah Putih (KMP) yang mengusung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Semula KMP terdiri dari Partai Gerindra, PAN, PPP, dan PKS. Dengan bergabungnya Golkar ke KMP, diharapkan Prabowo-Hatta dapat menaklukkan duet Jokowi-Jusuf Kalla (JK) yang disung Koalisi Indonesia Hebat (KIH) yang terdiri dari PDI-P, Nasdem, Hanura, dan PKB.


Luhut tidak setuju pada keputusan Golkar tersebut. Ia mengambil langkah berseberangan dengan partainya, yakni menjadi tim sukses Jokowi-JK. Keputusan Luhut itu tepat, karena Jokowi-JK memenangkan Pilpres 2014.


Jokowi-JK dilantik sebagai Presiden RI dan Wakil Presiden RI periode 2014-2019 pada 20 Oktober 2014. Setelah menduduki kursi RI-1 Jokowi langsung memasukkan Luhut di barisan orang kepercayaannya. Jokowi mengangkat Luhut sebagai Kepala Staf Kepresidenan RI pada 31 Desember 2014. Di sinilah Luhut mulai menebarkan pengaruhnya dalam membantu kelancaran tugas-tugas Presiden.


Belum genap menjadi Kepala Staf Kepresidenan, Luhut ditugasi menjadi Menko Koordinator (Menko) Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Polhukam) pada 12 Agustus 2015. Dalam reshuffle kabinet jilid I tersebut Luhut menggantikan Tedjo Edhy Purdijanto.


Pada 27 Juli 2016 Jokowi melakukan reshuffle kabinet jilid II. Menko Kemaritiman Rizal Ramli tergusur. Dalam pemberitaan di media disebutkan terpentalnya Rizal itu karena ia menolak reklamasi Teluk Jakarta yang digagas Gubernur DKI Jakarta saat itu Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Rizal digantikan oleh Luhut Pandjaitan. Berbeda dengan Rizal, Luhut mendukung proyek reklamasi. Kursi Menko Polhukam yang ditinggalkan Luhut kemudian diisi oleh Wiranto.


Salah satu sisi menarik dari sosok Luhut adalah sepak terjangnya yang sering kali tak sesuai dengan jabatannya sebagai Menko Kemaritiman. Presiden Jokowi menugasinya menemui tokoh-tokoh nasional yang berpengaruh untuk meredam aksi-aksi unjuk rasa menentang Jokowi dan Ahok. Sejatinya itu merupakan tugas Menko Polhukam.