Laporan Khusus Jokowi-JK (Part 8): Berjalan Menuju Istana

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 16 June 2014
Naskah: Giattri FP Foto: Fikar Azmy
Sebanyak 1.500 orang dari berbagai daerah seperti Tasikmalaya, Bandung, Padang, Jakarta, dan Tangerang menghadiri deklarasi dan aspirasi dukungan Keluarga Besar Pecinta Ka’bah (KBPK) bagi pasangan Capres-Cawapres/Jokowi-Jusuf Kalla pada 6 Juni 2014 lalu di Posko Cokro 100 Menteng, Jakarta.

Keluarga Besar Pecinta Ka’bah adalah suatu forum komunikasi lintas ormas dan silahturahmi ummat Islam, yang datang dari berbagai komponen ummat, mulai dari kalangan santri, mahasiswa, pemuda, aktivis pergerakan islam, cendekiawan, ustadz dan ulama, serta kaum muslimin dan muslimah.

Koordinator Keluarga Besar Pecinta Ka’bah, Drs. H. Usamah Hisyam mengemukakan pihaknya mendukung Jokowi-JK tidak sembarang lantaran sebelumnya telah diadakan kajian, pengamatan, serta musyawarah bersama Dewan Syariah Keluarga Besar Pecinta Ka’bah yang terdiri dari Ketua MUI Jakarta KH. Hamdan Rasyid, Mantan Rektor Al Khairat Palu Sulawesi Tengah Dr. H. Faisal Mahmud, Sekretaris Dewan Pertimbangan PPP KH. Drs. Lukman Hakiem Hasibuan, Habieb Noval Al Habsyi, serta mantan sekertaris NU Provinsi Padang KH. Mahfud Abdullah.

“Kami melihat pasangan Jokowi-JK memang sejak awal dikehendaki oleh rakyat, sederhana, jujur, apa adanya, serta memiliki perhatian dan komitmen kepada rakyat, dengan sifat dan karakter kerakyatan,” jelas Usamah.

Lebih lanjut Usamah memaparkan bahwa Jokowi, maju sebagai calon presiden atas kehendak dan arus besar keinginan rakyat, dan bukan ambisi pribadinya. Padahal Jokowi bukan pimpinan partai politik. Dukungan rakyat tersebut bisa dibuktikan pula oleh hasil lembaga survey, baik di dalam maupun di luar negeri. “Hingga saat ini Bapak Haji Joko Widodo masih menempati urutan pertama hasil survei seluruh lembaga,” tandasnya.

Sedangkan, JK, dikenal sebagai Ketua Dewan Masjid Indonesia, yang mewadahi sekitar 700.000 masjid di Indonesia, serta merupakan kader Nahdlatul Ulama, yang merupakan ormas terbesar ummat Islam di Indonesia. Saat ini JK juga bukan pimpinan partai politik mana pun.

“Atas dasar pertimbangan tersebut, Keluarga Besar Pecinta Ka’bah, bersama 1.500 jamaah, mendeklarasikan dan mengimbau seluruh ummat Islam untuk bersatu mendukung dan memenangkan Bapak Haji Joko Widodo dan Bapak Haji Muhammad Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI 2014-2019” seru Usamah yang langsung disambut oleh seruan Islam Agamaku, Ka’bah Kiblatku, Jokowi Presidenku, Allahu Akbar (3x).

Dalam kesempatan tersebut, Keluarga Besar Pecinta Ka’bah juga menyampaikan aspirasi kepada kedua pasangan tersebut apabila terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden, yaitu pertama membentuk Kementerian Haji dan Wakaf Republik Indonesia, dalam rangka mengelola biaya dan pelaksanaan ibadah haji secara transparan, professional, dan akuntabel yang sangat diharapkan oleh ummat.

Kedua, menekankan pendidikan budi pekerti (akhlaqul karimah) dalam kurikulum pendidikan nasional dari tingkat SD, SLTP, SLTA. Ketiga, memberikan perhatian khusus bagi upaya peningkatan kualitas pendidikan pondok pesantren (Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah). Keempat, memberikan perhatian bagi lulusan madrasah untuk memperoleh beasiswa melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri.

Jokowi yang tak bisa menghadiri acara tersebut mengirimkan pernyataan apresiasinya melalui VT (Video Tape). “Assalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh kepada seluruh pendukung Relawan Keluarga Besar Pecinta Ka’bah Dukung Jokowi-JK, saya mohon maaf tidak bisa hadir di dalam pertemuan karena posisi saya masih di Papua. Oleh sebab itu, saya ingin mengajak dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan yang diberikan kepada saya serta Pak JK dan kita semuanya berharap agar dukungan ini memberikan manfaat juga berkontribusi besar terhadap pembangunan bangsa dan negara ini,” ungkap mantan Walikota Solo itu.

Koordinator Posko Relawan Cokro 100, Iwan Piliang juga menyambut baik atas pendeklarasian Keluarga Besar Pecinta Ka’bah. “Ia mengatakan karisma yang dibangun oleh Jokowi adalah karisma kerakyatan bukan karisma kepemimpinan. Karisma kepemimpinan mungkin milik lawan dan gak bisa digapai oleh Jokowi, gak dapat body languages. Tapi kalau kerakyatan itu acuannya humanist dan human interest nah di situ harusnya. Dengan deklarasi ini bisa dijadikan momentum, itu diangkat kembali, jangan diubah seorang Jokowi,” tegasnya.

Ia juga menghimbau ummat islam, kehadiran Keluarga Besar Pecinta Ka’bah bisa meredam black campaign terhadap Jokowi terkait isu SARA. “Selama ini kan banyak pihak yang memfitnah Jokowi. Jokowi dibilang kurang islami. Beragama itu kan urusan personal. Masa misalnya, Joko puasa Nabi Daud harus diumumkan oleh dia, kan gak begitu,” pungkasnya.