Yaqut Cholil Qoumas (Menteri Agama RI), Menjaga Marwah Agar Disegani

Oleh: Syulianita (Editor) - 24 September 2021

Menjaga Marwah Agar Disegani

Naskah: Sahrudi Foto: Dok. Humas Kemenag RI

Ada pernyataan tegas yang disampaikan Yaqut Cholil Qoumas saat pertama kali memberikan sambutan sebagai Menteri Agama RI di depan para pejabat internal yang dipimpinnya. Dia mengatakan, “Problem Kementerian Agama itu hanya dua; pertama korupsi, dan kedua, layanan publik". Wajar tokoh Banser yang kini akrab disapa Gus Men alias Gus Menteri itu mewanti-wanti dua hal tersebut. Pasalnya dia tidak ingin dua problema itu menyertai kepemimpinannya. Menurutnya, jika dua hal itu bisa diselesaikan, maka Kementerian Agama akan menjadi lembaga yang sangat disegani. Ya, Gus Men harus menjaga marwah agar lembaganya disegani. Karena, katanya lagi, “Hal itu yang selama ini dikeluhkan masyarakat". Masalah korupsi terkait dengan integritas SDM. Sementara, layanan publik berhubungan dengan manajemen (tata kelola) birokrasi.

Pria humoris, familiar tapi tegas itu tak mau beretorika semata. Dia langsung membuat SE 01 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Tata Kelola Birokrasi yang Baik dan Bersih serta Bebas dari Korupsi. Selain itu, juga telah mendatangi KPK dan menjalin kerja sama terkait penanganan pengaduan dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi.

Pada saat yang sama, putra kyai kharismatik ini secara konsisten menjaga integritas pribadi dan komitmen pemberantasan korupsi dengan selalu berpesan kepada seluruh perangkat di lingkungan kementeriannya untuk menjauhi praktik-praktik transaksional, baik dalam urusan penempatan jabatan maupun pelaksanaan tugas dan fungsi.

Sementara untuk menyelesaikan masalah layanan publik, Gus Men merancang berbagai kebijakan untuk meningkatkan tata kelola birokrasi yang kredibel, bersih, dan berwibawa. Dia sangat mendorong penyediaan layanan publik berbasis digital.

Memang tidak semudah membalik telapak tangan, tapi setidaknya Gus Men tak lelah membenahi. Dia sadar Kementerian Agama itu ibarat meja tanpa tepi yang di atasnya penuh masalah. “Dari ujung hingga hilir, Kementerian Agama itu ada masalahnya. Berat sekali memang tugas sebagai Menag,” akunya pada suatu kesempatan.

Karena itulah dia menerapkan manajemen dalam mengatasinya. “Di birokrasi, ada seni kepemimpinan dengan berbagi kewenangan (power sharing). Kalau semua pihak bahu-membahu, saling bersinergi, Insya Allah masalah akan terurai satu persatu,” tambahnya. Untuk itu, dia telah membuat sejumlah kebijakan prioritas untuk Kemenag Baru dengan selalu mengingatkan kepada seluruh pimpinan di bawahnya agar memahami, menginternalisasi, mensupport, dan mengimplementasikannya dengan kesungguhan.