Ceo Tangguh 2018

Oleh: Iqbal Ramdani () - 26 December 2018

Naskah: Suci Yulianita Foto: Istimewa

Resmi menjabat Direktur Utama PT Waskita Karya (Persero) Tbk pada April 2018 lalu, I Gusti Ngurah Putra langsung tancap gas bekerja ekstra memperkuat kinerja Waskita Karya. Beberapa pencapaian membanggakan berhasil diraih di bawah kepemimpinannya. Tengok saja laba bersih Waskita Karya yang tumbuh 53,77 persen secara tahunan pada kuartal III/2018 ini.

 

Ya, memang tak salah jika ia dipercaya menjabat Direktur Utama Waskita Karya karena kinerja dan prestasinya memimpin perusahaan-perusahaan sebelumnya kian kinclong. Seperti saat memimpin PT Hutama Karya (Persero) Tbk, Putra berhasil menggarap beberapa proyekproyek strategis, antara lain proyek jalan tol Trans Sumatera dengan baik. Kemudian pada perusahaan sebelumnya, PT Nindya Karya, Putra berhasil membenahi Nindya Karya menjadi perusahaan yang sehat dari yang sebelumnya memiliki setumpuk utang sehingga statusnya diawasi PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). Melalui tangan dinginnya, Nindya Karya juga berhasil mendapatkan proyek-proyek konstruksi yang cukup besar. Mengemban amanah sebagai Direktur Utama Waskita Karya sejak April 2018 lalu, tugas berat menantinya.

 

Selain meningkatkan laba perusahaan, Putra juga diharapkan dapat membawa angin segar untuk memperkuat dan memperbaiki kinerja Waskita Karya, terutama menyelesaikan proyek konstruksi tepat waktu, dan yang juga penting, diharapkan dapat menekan angka kecelakaan kerja terutama pada proyek-proyek berisiko tinggi. Tantangan baginya adalah bagaimana bisa mengelola proyek yang begitu banyak dengan standar pengerjaan yang optimal, serta menjaga laba perusahaan tetap tinggi di tengah kondisi bisnis kontruksi yang memiliki marjin tipis. 

 

Pria yang lahir di Gianyar, Bali pada 30 Juli 1959 ini sebetulnya bukan orang baru di Waskita Karya. Setelah menamatkan pendidikan S1 Teknik Sipil dari Universitas Brawijaya Malang pada 1984, Putra langsung bekerja di Waskita Karya sebagai staf teknis proyek. Berkat kerja kerasnya, kariernya pun terus meningkat hingga kira-kira tiga tahun kemudian, ia dipromosi menjadi Kepala Proyek Waskita untuk Waepare-Larantuka. Kariernya pun terus meningkat setahap demi setahap. Ia dipercaya menangani banyak proyek strategis di Indonesia bagian Timur selama kurun waktu 1992 – 1999. Kemudian ia dimutasi ke Jakarta dan di Jakarta kariernya terus meroket hingga meraih jabatan sebagai Direktur Operasi pada Juni 2008. Namun pada 2011, ia diberi amanah untuk memperbaiki PT Nindya Karya dengan menjabat Direktur Utama.

 

Putra mampu memperbaiki kondisi Nindya Karya yang tengah terpuruk dengan beberapa kebijakan strategis, antara lain memulai program restrukturisasi dengan menyasar sektor keuangan, sistem, dan sumber daya manusia. Kariernya di Nindya Karya hanya tiga tahun. Setelah Nindya Karya berhasil bangkit kembali dan menjadi perusahaan sehat, Putra diberi tantangan baru memimpin Hutama Karya pada 2014 lalu. Pada masa kepemimpinannya, Hutama Karya berhasil mengerjakan sejumlah proyek besar, antara lain Bandara Kualanamu Medan, Tol Bandara Ngurah Rai – Tanjung Benoa Bali, Jalan Akses Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, dan jalan tol Trans Sumatera. Pencapaian yang berhasil ditorehkan itulah yang membuatnya pada akhirnya dipercaya untuk kembali lagi ke Waskita Karya sebagai pucuk pimpinan. 

 

Laba Bersih Tumbuh

Belum lama menjabat, Putra sudah menorehkan prestasi membanggakan untuk Waskita Karya. Satu contoh nyata, ia berhasil membawa perusahaan mengantongi laba bersih sebesar Rp4,49 triliun yang bertumbuh sebanyak 53,77 persen pada kuartal III 2018 ini. Cukup membanggakan jika melihat jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar 26,99 persen, dari Rp28,53 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Tak hanya itu, total asset yang dimiliki Waskita Karya juga mengalami pertumbuhan asset sebanyak 47,38 persen secara tahunan, dengan angka sebesar Rp129,24 triliun per 30 September 2018. Kemudian, total ekuitas yang dimiliki juga naik 23,05 persen secara tahunan pada kuartal III/2018.

 

Ekuitas yang dimiliki naik dari posisi Rp21,95 triliun pada kuartal III/2017 menjadi Rp27,01 triliun. Pencapaian kinerja triwulan III 2018 pun tak kalah membanggakan, perusahaan berhasil mencatatkan kinerja positifnya dengan meraup laba bersih sebesar Rp3,938 triliun. Angka ini meningkat 176 persen dibandingkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya Rp1,426 triliun.Tingginya laba bersih tersebut didukung oleh peningkatan usaha perseroan. Selama triwulan III 2018, perusahaan dengan kode emiten WSKT ini mampu meraup pendapatan usaha sebesar Rp22,90 triliun atau naik 47,26 persen dibandingkan capaian tahun lalu sebesar Rp15,55 triliun. Kenaikan laba bersih tersebut berasal dari laba pada anak perusahaan sebesar 30 perseroan dan dan sisanya dari operasional perseroan.

 

Waskita Karya juga mencatat perolehan kontrak baru Rp9,2 triliun secara year to date dari bulan Januari hingga Agustus 2018. Angka ini naik 2,22 persen atau sekitar Rp200 miliar dari bulan Juli 2018 yang tercatat sebesar Rp9 triliun. Sementara itu, rasio utang berbunga terhadap ekuitas (DER) pada posisi Juni 2018 adalah 2,13 kali. Menurut covenant credit WSKT kepada pihak ketiga, maksimal rasio utang berbunga kepada ekuitas yang diperbolehkan sebesar 3 kali. Sehingga bisa dikatakan rasio keuangan WSKT masih cukup baik, dengan angka current ratio sebesar 1,2 kali dan Debt Service Coverage Ratio sebesar 3,6 kali. Tahun 2018 ini Waskita Karya telah menyelesaikan sejumlah proyek infrastruktur, antara lain proyek light rail transit (LRT) Sumatra Selatan, jalan tol Pejagan—Pemalang Seksi 3 dan Seksi 4, jalan tol Kartasura—Sragen, Bandar Udara Ahmad Yani Semarang, serta runway Bandar Udara Aji Pangeran Tumenggung (APT) Pranoto Samarinda.