Ceo Tangguh 2018

Oleh: Iqbal Ramdani () - 26 December 2018

Naskah: Iqbal R. Foto: Istimewa

Dipercaya menjadi Direktur Utama PT Bukit Asam (PT BA) sejak April 2016 lalu merupakan tantangan bagi Arviyan Arifin. Sebab, berada di jajaran direksi sebuah perusahaan pertambangan merupakan dunia baru untuknya. Namun, berkat kegigihannya perusahan pelat merah ini terus meraih kinerja postif.

 

PT BA membukukan kinerja positif sepanjang sembilan bulan pertama 2018. Hal itu didukung kenaikan volume produksi dan harga jual rata-rata. Mengutip laporan keuangan perseroan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (14/11/2018), PT Bukit Asam Tbk mencatatkan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp3,92 triliun hingga akhir September 2018. Laba perseroan tumbuh 49,66 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp2,62 triliun. Kenaikan laba didukung pertumbuhan pendapatan usaha sebesar 20,68 persen. Perseroan membukukan pendapatan Rp16,03 triliun hingga akhir September 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp13,28 triliun. Beban pokok pendapatan naik 14,59 persen menjadi Rp9,36 triliun hingga akhir kuartal III 2018. Hal itu mendorong laba kotor tumbuh 30,42 persen menjadi Rp6,66 triliun.

 

Perseroan mencatatkan kenaikan pendapatan lainnya dari Rp13,74 miliar hingga akhir kuartal III 2017 menjadi Rp144,36 miliar hingga akhir kuartal III 2018. Penghasilan keuangan naik menjadi Rp182,41 miliar hingga akhir kuartal III 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp56,69 miliar. Laba dari entitas ventura naik menjadi Rp120,70 miliar. Laba usaha perseroan tumbuh 39,86 persen menjadi Rp5,17 triliun hingga akhir September 2018. Dengan melihat kinerja itu, perseroan mencatatkan laba per saham naik menjadi 373 hingga akhir September 2018 dari periode sama tahun sebelumnya 249. PT BA mencatatkan harga jual rata-rata batu bara dari periode Januari-September 2018 naik 13 persen dari Rp745.775 per ton menjadi Rp841.655 per ton. 

Pria yang hobi kuliner dan bermain golf ini tengah mengembangkan bisnisnya untuk merambah ke pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Meski pengembangan PLTS masih dalam tahap pembahasan, tapi PT BA yakin bisnis ini akan beroperasi pada tahun depan, selain mengembangkan PLTS, perusahaan tambang batu bara ini juga membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Mulut Tambang Banko Tengah Sumsel 8 di Muara Enim, Sumatera Selatan. Konstruksi PLTU dengan kapasitas 2x620 MW ini diharapkan rampung pada 2022. Arviyan juga sudah memikirkan target yang akan dicapai pada tahun 2019, dengan mengestimasi kenaikan volum melampuai 5 persen year-on-year (yoy) dari target tahun ini sejumlah 25,54 juta ton. “Sampai saat ini, panduan produksi 2018 masih sama, walaupun mungkin bisa lebih sedikit dari target.

 

Pada 2019, pertumbuhan produksi akan lebih tinggi dari tahun ini yang sebesar 5 persen,” tuturnya semangat. PT BA juga tengah menyiapkan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) mencapai Rp6,5 triliun untuk tahun depan. Anggaran belanja tersebut sama dengan tahun ini. Tujuan penggunaan capex tahun depan untuk investasi rutin, berupa peremajaan alat produksi pertambangan. Pihaknya juga berencana mencuil capex untuk meningkatkan kapasitas pelabuhan dan membiayai sejumlah proyek strategis. Belanja alat produksi baru di 2019 nanti untuk mendukung target produksi batu bara Bukit Asam yang mencapai 27,3 juta ton. Sebanyak 5 juta ton di antaranya adalah batu bara dengan kalori tinggi.

 

Sebagai catatan, batubara kalori tinggi memiliki harga jual yang lebih stabil ketimbang batu bara kalori rendah. Target volume produksi tahun depan 7,06 persen lebih besar dibanding proyeksi realisasi produksi sepanjang tahun 2018 sebanyak 25,5 juta ton batu bara. Dari Januari hingga Oktober 2018, Bukit Asam sudah mengeduk 22,4 juta ton batubara. Sementara, total volume produksi batubara kalori tinggi per November mereka mencapai 500.000 ton. Selain itu, dari produksi sebesar 27,3 juta ton tersebut sebesar 75 persen akan diekspor ke Tiongkok dan India. Sedangkan, 25 persen dijual ke pasar domestik untuk memenuhi kebutuhan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan industri dalam negeri lainnya. Alokasi ini sesuai dangan kebijakan pemerintah yang mewajibkan perusahaan batu bara memasok batu bara untuk kebutuhan dalam negeri (Domestic Market Obligation/DMO) sebesar 25 persen.

 

Dengan target produksi batu bara yang meningkat, PT BA bakal lebih leluasa memasarkan produk. Mereka ingin memperluas pasar ekspor dari pasar tradisional, seperti China dan India. Sementara, proyek strategis yang akan kecipratan dana capex 2019 adalah pabrik gasifikasi. PT BA berencana membangun dua pabrik gasifikasi batubara di Tanjung Enim, Sumatra Selatan, dan Peranap, Riau. Biaya investasi pabrik di Tanjung Enim sekitar USD3 miliar. Sedangkan, untuk pabrik Peranap kurang lebih sebesar USD2 miliar. Apa yang menjadi moto dan filosofi hidupnya bukan sekadar jargon semata. Sebagai seorang pemimpin, pria yang dinobatkan sebagai The Best CEO BUMN kategori Strategic Orientation pada Anugerah BUMN 2018 ini sadar untuk melakukannya terlebih dahulu agar menjadi contoh bagi seluruh karyawannya. Sebab bagi Arviyan, CEO adalah role model.

 

“Kerjakanlah apa yang kita katakan, seperti yang diserukan di dalam Al-Quran Surat As-Shaff ayat 2-3, di mana Allah sangat membenci orang-orang yang mengatakan sesuatu. Namun, tidak mengerjakannya. Jadi Walk the Talk, lakukan apa yang dikatakan,” kata pria yang menganut gaya kepemimpinan egaliter ini seraya mengingatkan. Selain diterapkan di dunia kerja, prinsip tersebut juga berlaku di keluarga. Suami dari Farida ini juga kerap memberi contoh kepada kedua buah hatinya agar menjadi teladan. Sementara untuk menjaga keseimbangan antara waktu pekerjaan, hobi dan keluarga, Arviyan memiliki skala prioritas.