Ceo Tangguh 2018

Oleh: Iqbal Ramdani () - 26 December 2018

Naskah: Giattri Foto: Istimewa

Di bawah nakhoda Arie Prabowo, PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) masih mampu menjaga kemonceran operasional produksinya. Hal ini juga yang membuat emiten pelat merah tersebut mampu mencetak kinerja keuangan yang kinclong sepanjang sembilan bulan tahun ini.

 

Perusahaan berkode emiten ANTM ini mencatatkan laba bersih periode Januari-September tahun 2018 mencapai Rp631,12 miliar. Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan periode yang sama tahun lalu yang mengalami kerugian bersih Rp331,47 miliar.  Laba usaha ANTM mencapai Rp1,93 triliun atau naik 732 persen dibandingkan dengan laba usaha tahun sebelumnya Rp232,89 miliar. Penjualan bersih yang dibukukan oleh ANTM pun melonjak 187 persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi RP19,95 triliun. Peningkatan profitabilitas juga tercermin dengan pertumbuhan Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) mencapai 96 persen menjadi Rp2,14 triliun pada 9M18 dibandingkan dengan capaian EBITDA 9M17 sebesar Rp1,09 triliun. Nilai penjualan bersih ANTAM di 9M18 tercatat sebesar Rp19,95 triliun, tumbuh signifikan 187 persen dibandingkan capaian penjualan 9M17 sebesar Rp6,96 triliun. Posisi keuangan ANTAM pada 9M18 juga tercatat solid dengan nilai kas dan setara kas sebesar Rp5,81 triliun.

 

Peningkatan profitabilitas juga didukung tingkat efisiensi yang tercatat sebesar Rp15,67 miliar pada 9M18 atau 97 persen dari target efisiensi tahun 2018. Pertumbuhan Kinerja Keuangan ANTAM yang positif pada 9M18 terutama disebabkan pertumbuhan signifikan kinerja produksi dan penjualan komoditas utama ANTAM serta peningkatan efisiensi yang berujung pada stabilnya level biaya tunai operasi ANTAM.  Pertumbuhan positif kinerja operasi dan penjualan komoditas utama Perusahaan pada 9M18 tercermin pada volume produksi feronikel yang mencapai 19.264 ton nikel dalam feronikel (TNi), naik 21 persen dibandingkan capaian produksi pada 9M17 sebesar 15.813 TNi.

 

Sementara, penjualan feronikel pada 9M18 tercatat sebesar 19.149 TNi atau naik sebesar 49 persen dibandingkan periode 9M17 sebesar 12.816 TNi. Penjualan feronikel pada 9M18 merupakan kontributor terbesar kedua dari total penjualan bersih ANTAM, dengan kontribusi sebesar Rp3,85 triliun atau 19 persen dari total penjualan bersih Perusahaan. Sementara pendapatan utama ANTAM dari penjualan emas yang tercatat  sebesar Rp13,37 triliun pada 9M18, tumbuh 248 persen dibandingkan nilai penjualan emas pada 9M17. Perusahaan yang meraih penghargaan Top 50 ASEAN Public Listed Companies dalam ajang 2nd ASEAN Corporate Governance Awards tersebut melihat saat ini animo dari masyarakat untuk membeli emas sebagai altenatif dalam berinvestasi meningkat. Apalagi sekarang penjualan emas ANTAM sudah melalui perdagangan e-commerce atupun melalui website yang baru dirilis, memudahkan orang untuk membeli emas milik ANTAM.

 

ANTAM terus berupaya mengembangkan strategi melalui proyek-proyek hilirisasi. Proyek strategi pengembangan ANTAM saat ini mencakup proyek kunci yang mencakup Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) dengan kapasitas produksi sebesar 13.500 TNi (Line 1). Hingga periode September 2018 realisasi konstruksi P3FH telah mencapai 80 persen dan direncanakan konstruksi pabrik akan selesai pada akhir tahun 2018. Nantinya dengan selesainya proyek pembangunan pabrik feronikel Haltim (Line 1) akan meningkatkan kapasitas total terpasang feronikel ANTAM sebesar 50 persen dari kapasitas produksi feronikel terpasang saat ini sebesar 27.000 TNi menjadi 40.500 TNi per tahun. Sejalan dengan strategi ANTAM untuk meningkatkan nilai tambah komoditas mineral, terutama untuk mengolah cadangan bijih nikel kadar rendah (<1,7% Ni), pada bulan Oktober 2018 Perusahaan menandatangani Head of Agreement (HoA) Proyek Pengembangan Pabrik Nickel Pig Iron (NPI) Blast Furnace Halmahera Timur dengan mitra strategis Ocean Energy Nickel International Pte. Ltd (OENI). 

 

Dalam kerjasama ini, ANTAM akan menjamin ketersediaan bahan baku bijih nikel di proyek Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) Blast Furnace. Sedangkan, OENI akan memastikan sumber pendanaan dan penyelesaian konstruksi proyek tepat waktu. Proyek NPI Blast Furnace memiliki total kapasitas produksi mencapai 320.000 ton NPI atau setara dengan 30.000 ton nikel dalam NPI yang terdiri dari 8 line dengan total investasi sekitar USD320 juta. Dua line pertama diharapkan dapat memulai produksi pada kuartal 4 tahun 2020. Sementara, secara keseluruhan ditargetkan beroperasi tahun 2023. 

 

Dalam hal pengembangan komoditas bauksit, saat ini ANTAM terus berfokus pada pembangunan pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) bekerja sama dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) (Inalum) yang memiliki kapasitas pengolahan sebesar 1 juta ton SGA per tahun (Tahap 1). Pada bulan Oktober 2018, telah dilakukan penandatangan Kerja sama antara Inalum Group (Inalum & ANTAM) dengan Aluminum Corporation of China Ltd. (CHALCO) terkait Pembangunan SGAR.   Sampai dengan periode Oktober 2018 harga penutupan saham ANTAM mencapai Rp680 per saham, meningkat 10 persen dibandingkan harga penutupan pada bulan Oktober 2017 sebesar Rp645 per saham. Saham ANTAM setiap harinya aktif diperdagangkan di BEI.

 

Tercatat pada akhir periode 10M18, jumlah investor yang menginvestasikan sahamnya di ANTAM mencapai 45.925 investor, meningkat 23 persen dibandingkan jumlah investor pada akhir Oktober 2017 sebesar 37.269 investor. Sepanjang periode 3Q18, saham ANTAM menjadi bagian dari Indeks IDX Small-Mid Cap (SMC) Composite, Indeks IDX SMC Liquid, Indeks PEFINDO Investment Grade (i-Grade), Jakarta Islamic Index dan Indeks Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham ANTAM juga tetap menjadi bagian dari indeks IDX LQ45 dan Indeks IDX30 yang merupakan kelompok saham dengan tingkat likuiditas tertinggi di BEI.