Oleh: -

Naskah: Giattri F.P. / Sahrudi, Foto: Dok. Pribadi

Cerdas dan memahami persoalan yang dihadapi sebagai anggota parlemen, bagitulah sosok Zulkieflimansyah, anggota Fraksi PKS DPR RI. Harapan besarnya adalah lembaga perwakilan rakyat diisi oleh orang-orang yang kompeten sehingga perannya menjadi lebih berbobot.

 

Niatnya setelah meraih gelar doktor dari Strathlyde Business School, University of Strathclyde di United Kingdom, pria yang akrab disapa Bang Zul ini ingin mengajar di kampus. Di usia 29 tahun dan menjadi doktor termuda kala itu adalah sebuah kebanggaan baginya.  “Pilihan utama saya ketika itu adalah ngajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,” kenangnya. Sempat tercapai, meski kemudian dunia politik ternyata lebih memikat hatinya.


Ceritanya berawal dari era reformasi yang ditandai dengan tumbangnya rezim Orde Baru dan bermunculannya partai-partai baru. Salah satunya adalah Partai Keadilan Sejahtera, waktu itu masih bernama Partai Keadilan. Kebetulan yang aktif di PKS kebanyakan aktivis mahasiswa. “Saya dulu Ketua BEM di UI tahun 1994/1995. Setelah bertransformasi menjadi partai politik dilihatlah mantan-mantan aktivis ini untuk masuk ke politik. Terutama yang tidak pegawai negeri, termasuk saya, Pak Fahri Hamzah, dan lainnya. Itulah alasan utama dari teman-teman aktivis itu menjadi aktivis partai politik. Dan menurut kami jadi aktivis mahasiswa dan aktivis partai politik sama saja nggak ada bedanya, di kampus juga kita ada politik kampus. Jadi tidak ada yang baru, biasa-biasa saja. Kami dari aktivis kampus ganti baju menjadi aktivis partai, artinya bertransformasi menjadi aktivis partai politik,” tutur politisi yang juga Senior Research Fellow, Kennedy School of Government, Harvard University, Amerika Serikat ini.


Menyinggung Hari Parlemen dikaitkan dengan peran dan kinerja parlemen saat ini, anggota DPR RI 3 periode ini mengaku melihat perbedaan yang sangat menyolok. Khususnya terkait personal anggota yang ada sekarang ini. “Saya ini kan sudah periode ketiga, periode yang lalu dengan yang sekarang itu sangat berbeda. Sekarang ini nampaknya yang menjadi anggota DPR itu adalah yang mampu secara finansial, keluarga yang berada. Jadi kadang cara berpikir, cara pandang itu dipengaruhi oleh asal-usul, pengalaman, pendidikan, ekonomi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu sekarang inilah demokrasi kita kalau misalnya dengan sistem pemilu saat ini yang terpilih yang suaranya banyak,” tuturnya.