News Maker 2016

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 30 December 2016

Nama Jenderal (Pol) M. Tito Karnavan menjadi pusat pemberitaan ketika pertama kali namanya muncul sebagai calon Kapolri di bulan Juni 2016. Hal itu membuat terkejut banyak pihak. Setidaknya, itu disuarakan oleh Ketua Bidang Hukum DPP PDI Perjuangan Trimedya Panjaitan mengatakan, partainya terkejut atas keputusan Presiden Joko Widodo menunjuk Komjen Tito Karnavian sebagai calon tunggal kepala Polri. Sebab, nama Tito tidak masuk daftar nama yang diajukan Dewan Jabatan Kepangkatan Tinggi Polri ataupun Komisi Kepolisian Nasional. “Dari dua nama yang awalnya diberikan dan kemudian diberikan satu lagi, enggak ada namanya Pak Tito. Makanya kita surprise,” kata Trimedya seperti dikutip Kompas.com, Kamis (16/6/2016). Kompolnas mengikuti nama yang diajukan Wanjakti itu, tetapi Istana meminta satu nama alternatif lainnya dan kemudian dikirim satu nama lagi, yakni Komjen Syafruddin.


Tito sendiri kala itu sempat menolak. Selain karena faktor angkatan Tito yang terbilang masih muda, yakni lulusan Akpol tahun 1987, ia juga mengaku ingin fokus dalam jabatan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teror yang baru diemban sejak Maret 2016. Sementara Presiden Jokowi tertarik dengan prestasi Tito di Polri, khususnya dalam menangani tindak pidana luar biasa. Ketika itu, namanya pun menjadi bahan berita yang sangat menarik untuk diulas media massa.


Nama Tito pertama kali menjadi pemberitaan yang massif ketika ia berperan sebagai pemimpin tim yang menangkap Hutomo Mandala Putra, anak dari mantan Presiden Soeharto. Penangkapan Tommy saat itu terkait pembunuhan Hakim Agung Safiuddin Kartasasmita. Tito saat itu menjabat Kepala Satuan Reserse Umum dengan pangkat Ajun Komisaris Besar dengan memiliki 23 anggota. Tim Kobra berhasil menangkap Tommy di tempat persembunyian Jalan Maleo II Blok JB, Bintaro Jaya, Tangerang, Banten, pada 28 November 2001.


Jauh sebelumnya, nama Tito mulai dikenal luas saat ia bergabung di tim Detasemen Khusus 88. Pada 2005, Ia dan tim Densus saat itu berhasil membekuk teroris kakap Dr Azahari. Pada tahun 2007, Tito dan unit Densus 88 Antiteror kembali berhasil menangkap puluhan tersangka yang masuk ke dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) di Kecamatan Poso. Pada 2009, ia berhasil melumpuhkan Noordin M Top di Solo. Ia kemudian dipromosikan menjadi Kepala Densus 88 setelah penangkapan tersebut.