News Maker 2016

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 30 December 2016

Popularitas dan kedekatan Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dengan berbagai kalangan sempat membuat banyak orang memberikan penilaian khusus kepada jenderal satu ini. ‘’Banyak suara yang menyebut jenderal cocok jadi presiden,’‘ ujar Karni Ilyas dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) tvOne, Selasa (8/11/2016). Sontak saja, ini membuat Sang Panglima harus meluruskan pandangan tersebut. Dengan tegas, dalam forum itu ia menegaskan bahwa Presiden Joko Widodo sebagai Panglima Tertinggi sudah memerintahkan TNI untuk menjaga kebhineka tunggal ika-an. Itu memang komitmennya, menjaga persatuan Republik Indonesia. Tapi tak bisa dipungkiri bahwa pemberitaan tentang Gatot membuat namanya berkibar. Terlebih ketika ia tampil bersama Kapolri Jenderal Tito Karnavian di tengah-tengah masa aksi damai yang daiakan pada 4 November 2016 dan 12 Desember 2016 lalu.


Memang, kalau kita merunut ke belakang, ketika Presiden Joko Widodo mengirim surat tentang pengajuan calon Panglima TNI kepada DPR, sontak nama Jenderal Gatot Nurmantyo yang diajukan untuk menggantikan Panglima TNI Jendral TNI Moeldoko langsung melesat. Ketika itu ia  menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat.


Tentu saja pencalonan Jendral TNI Gatot Nurmantyo sebagai Panglima TNI diputuskan Presiden dengan memperhatikan kepentingan penguatan organisasi TNI untuk menghadapi perubahan geopolitik, geoekonomi, dan geostrategi kawasan. Disamping tentu saja  pergantian jabatan bukan hanya suatu kelaziman, melainkan kebutuhan dan keharusan bagi regenerasi TNI, dalam rangka melakukan perubahan sebagai akselerasi dan respons terhadap pemenuhan kebutuhan lingkungan eksternal dan pencapaian pelaksanaan peran dan tugas pokok TNI serta tugas-tugas lainnya, sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang.


Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dipercaya akan dapat berbuat lebih dalam menjadikan TNI lebih professional modern, solid, militan lebih sejahtera dan lebih dicintai rakyat, sebagai suatu indikator adanya kemajuan pembangunan.


Sementara itu, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menyampaikan, selaku penerus kepemimpinan dan atas nama segenap prajurit serta PNS TNI, mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Jenderal TNI Dr. Moeldoko atas segala pemikiran dan usaha, dalam menjadikan TNI lebih handal untuk setiap jenis tugas, efektif dengan segala kapasitas dan kesejahteraan yang menyertainya, serta modern dengan peningkatan kebutuhan materiil.


Gatot Nurmantyo adalah sosok yang cerdas dan dapat menterjemahkan program Nawacita Presiden Joko Widodo dan mengembangkan program Saptacita penggantinya, Jenderal TNI Dr. Moeldoko ke dalam langkah-langkah strategis dan sistematis.


Kemampuan Gatot diakui oleh Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo yang menilai keputusan presiden menampilkan Gatot sebagai pucuk pimpinan TNI tersebut dianggap tepat. “Dari aspek strategis dalam rangka menunjang wawasan kemaritiman yang akan didukung dengan dibentuknya 3 komando pertahanan, yaitu barat, tengah dan timur seperti rencana panglima TNI Jenderal Moeldoko,” kata Tjahjo. Menurut Tjahjo, dari aspek taktis penunjukan KSAD sebagai calon penglima justru untuk memuluskan pembentukan komando wilayah pertahanan tersebut yang idenya dari angkatan darat, sehingga ada kesinambungan diantara gagasan dan pelaksanaan.


Tjahjo juga melihat hubungan Gatot dengan Kepala staf dari Matra TNI AU dan AL serta Kapolri sangat dekat dari aspek pemikiran pertahanan keamanan selama ini akan membangun sinergitas yang semakin baik dan kompak mendukung Pemerintahan Presiden Jokowi dengan program pembangunan Nawacitanya.


Sehingga wajar kalau kemudian nama Gatot Nurmantyo secara aklamasi disetujui oleh Komisi I DPR RI sebagai Panglima TNI menggantikan Jenderal Moeldoko.  


Gatot sendiri menyatakan bahwa ia menjabat panglima bukan karena ingin meraih popularitas tapi ia ingin menjadi panglima karena amanah. Dan terbukti, dalam tempo relatif singkat ia mampu melakukan pembenahan serta pembinaan kesatuan. Konsolidasi dengan tujuan terciptanya keterpadauan antar matra dengan matra yang lainnya di lingkungan TNI. Pasalnya, kerterpaduan dalam tubuh TNI merupakan faktor terpenting.