executive Leadership Talk UMKM, Bintang yang sulit berkembang

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 28 September 2015

Dosen Fakultas Ekonomi Unjani, Dian Indiyati melihat persoalan UMKM tidak hanya di permodalan, tapi juga banyak permasalahan selain di pasar. Hal itu diketahuinya dari riset yang banyak dilakukan kalangan perguruan tinggi.  
Dari data yang ada, persoalan SDM ternyata menjadi persoalan penting dalam pengembangan UMKM. “Kalau saya menyoroti persoalan di SDM-nya itu sendiri, modal adalah dampak dari SDM,” katanya. Terbukti, UMKM yang berhasil adalah UMKM yang tidak menggunakan fasilitas bank, karena dalam pengelolaan keuangannya betul-betul manajemen keuangan yang sederhana tapi lebih tepat ke sasaran. Kalau pelaku UMKM tidak mampu mengelola keuangannya, tentunya bank tidak akan memberikan kepercayaan.


“Jadi kalau mau berhasil harus dengan modal pinjaman, tapi bukan berarti dengan pengelolaan yang nekad. Itu harus dengan pengelolaan manajemen keuangan yang efektif dan efisien yang tentunya memenuhi syarat dari perbankan itu sendiri,” ia menambahkan.


Dian sendiri melihat sektor UMKM yang harus diperhatikan adalah ketidakvalidan data karena keberadaan UMKM yang kerap menjual produk musiman. Misalnya dari fashion pindah ke makanan. Sementara dari sisi pemerintah, sering terjadi ketidakonsistenan dalam menjalankan sebuah program. “Misalnya saat pejabatnya ganti, ia tidak mengerti program yang lalu, jadi lepas, tidak kontuinitas, jadi pembinaan dimulai dari awal lagi,” ungkapnya.


Peran perguruan tinggi yang tak kalah penting dalam sektor ini adalah dituntut untuk menciptakan para entrepreneur muda. Karena itu diciptakan kurikulumnya. “Sebetulnya dari kementrian pendidikan nasional, DIKTI, itu sudah diwajibkan semua Perguruan Tinggi itu ada kurikulum kewirausahaan. Jadi awareness dari Perguruan Tinggi itu sudah ada. Cuma selalu masalahnya di monitoring atau pengendalian, jadi diwajibkan hanya sekadar sks jadi tidak aplikatif di dalam UMKM itu sendiri,” tegasnya. Ia menyebutkan, kalau di Dirjen Dikti sudah ada program namanya MP3EI, khusus untuk desa tertinggal. “Nah, harusnya ada UMKM. Kalau saya sendiri inginnya ada penelitian khusus tentang UMKM dari Dirjen DIKTI itu sendiri. Kalau data dari kami, dosen yang sekian ratus ribu orang hanya 1,4% yang rajin melakukan penelitian dan itu tidak semua tentang UMKM,” terangnya. Mereka, beralasan UMKM dianggap masalah klasik jadi tidak banyak dukungan dari Dirjen Dikti.