APEC Fashion: Dari Batik hingga Thangzuang

Oleh: Andi Nursaiful (Administrator) - 11 November 2014
Sesungguhnya, pakaian tradisional negara-negara dari kawasan Asia dan Amerika Latin sama sekali tidak konyol. Semua hanya karena persepsi dan sudut pandang berlatar budaya dan tradisi masing-masing.

Defenisi indah tak seharusnya menjadi monopoli Barat. Sebab, busana Barat bagi sebagian masyarakat di kawasan Timur sebaliknya mungkin terlihat aneh dan tak kalah “konyol”.

Misalnya, jaket pelaut yang menjadi outfits pada KTT APEC 1999 di Auckland, Selandia Baru, atau busana drizabones dan topi akubra yang lebih menyerupai jas hujan pada KTT APEC di Sydney, Australia pada 2007.  Jadi, seharusnya memang it’s all about tradition, sebagaimana niat awalnya, yaitu untuk menampilkan kesan non formil tetapi kuat berakar pada tradisi busana negara tuan rumah.















Yang seharusnya dikritisi adalah AS, negara yang pertama kali melontarkan ide busana informil pada 1993. Ternyata, saat menjadi tuan rumah kedua kalinya pada KTT APEC 2011, busana para pemimpin justru formil dengan jas dan dasi.  Padahal, lokasi KTT di Honolulu, Hawaii, yang kuat dengan akar tradisi. Kenapa saat itu AS tidak mensyaratkan kemeja khas Hawaii yang penuh motif kembang?

Begitu juga dengan Russia yang menjadi tuan rumah KTT APEC 2012 di Vladivostok. Para pemimpin juga tak mengenakan busana tradisional Rusia, dan tampil sangat formil dengan stelan jas lengkap. Jepang yang juga dua kali jadi tuan rumah (Osaka 1995 dan Yokohama 2010), juga tak mensyaratkan busana tradisional, dan memilih busana semi jas non formil.

Baru pada perhelatan berikutnya di Bali tahun lalu, tradisi menarik ini dilangsungkan lagi, dan berlanjut pada KTT yang sedang berlangsung di Beijing, China, saat ini. Nah, berikut ini foto-foto APEC Outfits lainnya yang mengakar pada tradisi kuat negara penyelenggara.