APEC Fashion: Dari Batik hingga Thangzuang

Oleh: Andi Nursaiful (Administrator) - 11 November 2014
Anti-tie Outfits
Tradisi mengenakan busana khas negara penyelenggara sudah berlangsung sejak kali pertama forum APEC menggelar KTT yang dihadiri para pemimpin negara anggota pada 1993. Pada KTT yang berlangsung di Seattle, AS, ketika itu, Presiden Bill Clinton meminta para pemimpin untuk tidak mengenakan dasi. Tujuannya, untuk menciptakan kesan informal.

Belum ada penyeragaman ketika itu. Clinton mengenakan jaket pilot pesawat pengebom, sementara pemimpin negara lainnya ada yang mengenakan semi jas bahkan PM Malaysia Mahathir Mohammad mengenakan jaket olah raga. Presiden Soeharto yang juga hadir di Seattle memilih mengenakan jas tanpa dasi.

Baru pada KTT tahun berikutnya di Bogor, para pemimpin negara sudah mengenakan busana yang seragam dan mulai terlihat kompak. Tahun-tahun berikutnya, para pemimpin negara anggota meneruskan tradisi keseragaman gaya busana.

Silly-Shirts?

Hanya saja, tidak semua busana tradisional setiap negara terlihat “normal” atau familiar di mata dunia. Terutama busana tradisional negara-negara di Asia atau Amerika Selatan yang kerap dianggap konyol bagi mata publik Barat.

Maka istilah “Silly-Shirts” pun kerap muncul dalam pemberitaan setiap penyelenggaraan KTT APEC berlangsung di kawasan Asia dan Amerika Latin. Misalnya, pakaian tradisional guayabera pada KTT APEC di Los Cabos, Meksiko (2002), busana chamantos di Santiago, Chile (2004), dan busana poncho di Lima, Peru (2008).














Begitu juga dengan pakaian khas Korea Selatan yang dikenal dengan nama hanboks atau durumagi pada KTT di Busan (2005), pakaian tradisional ao dai pada KTT 2006 di Hanoi, Vietnam, atau busana khas barong yang menjadi seragam KTT APEC di Manila, Filipina pada 1996.

Dua busana tradisional Indonesia (Batik dan Tenun Ikat Bali) maupun China (Zhongshan dan Thangzuang), bahkan batik ala Malaysia (Kuala Lumpur, 1998) dan Tenun Melayu ala Brunei (Bandar Seri Begawan, 2000), juga dikategorikan silly-shirts oleh sebagian media Barat.













Sesungguhnya, pakaian tradisional negara-negara dari kawasan Asia dan Amerika Latin sama sekali tidak konyol. Semua hanya karena persepsi dan sudut pandang berlatar budaya dan tradisi masing-masing. next