Moyo, Pulau untuk Semua

Oleh: Andi Nursaiful (Administrator) - 10 October 2014
Naskah: Andi Nursaiful/berbagai sumber, Foto: Istimewa

Jangan bayangkan keriuhan turis di Pulau Bali atau Lombok. Di Pulau Moyo, waktu seolah berhenti berputar. Hanya alam yang bernyanyi, Anda tinggal menikmatinya lalu melebur dalam nuansa keindahan alami yang mungkin tidak pernah terbayangkan.

Tinggal pilih, mau membenamkan diri di kehangatan air laut berwarna turquoise di tengah keterasingan pantai Ai Manis, menjelajah dunia bawah laut nan indah penuh kehidupan, atau sekadar berendam di kesunyian kolam alami Mata Jitu di tengah hutan.

Pun, Anda yang memutuskan, mau benar-benar terasing di kemewahan resor Amanwana yang pernah dirasakan Lady Di dan Pangeran William dari Belanda, atau mendirikan tenda di pesisir indah Pantai Ai Manis.

Diapit oleh Gili Matra  di Pulau Lombok, Pulau Satonda di Bima-Dompu, dan Taman Nasional Komodo di NTT, Pulau Moyo berada di sebelah utara Sumbawa Besar, NTB. Di pulau seluas 32.044 ha ini ada enam dusun berpenduduk yang senantiasa menyambut pendatang dengan tangan terbuka dan senyum polos. Secara administratif, Pulau Moyo masuk wilayah Desa Labuan Aji dan Desa Sebotok, Kecamatan Labuhan Badas, Sumbawa, NTB.

Pulau ini sejak 1986 ditunjuk sebagai kawasan Konservasi Taman Buru dan Taman Wisata Alam Laut oleh Kementerian Kehutanan RI. Sebagian besar lansekap Pulau Moyo yang terdiri dari savanah dan hutan tropis merupakan cagar alam yang disebut taman berburu. Cagar alam dan lokasi perburuan rakyat ini dihuni kera liar, babi hutan, rusa, sapi liar dan ragam jenis burung.

Di taman lautnya sendiri terdapat banyak situs selam, seperti Labuan Aji Reef dan Panjang Reef, Tanjung Pasir, Ai Manis, dan Rajasua. Untuk aktivitas snorkeling, Brang Sedo, Labu Aji, Ai Manis dan Tanjung Pasir juga menawarkan pemandangan di kejernihan laut yang tak kalah indahnya.

Untuk mengunjungi Pulau Moyo, Anda bisa menempuh jalan darat selama lebih kurang enam jam dari kota Mataram, Lombok, ditambah penyeberangan feri dari Pelabuhan Khayangan menuju Poto Tano di Sumbawa Barat. Pilihan yang lebih singkat adalah jalan udara setiap hari dari Mataram-Sumbawa Besar menggunakan pesawat Fokker 50, yang memakan waktu hanya 35 menit menuju Bandara Sultan Kaharuddin di Sumbawa Besar.