Inspirational Companies

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 01 July 2013
Naskah: Sahrudi, Foto: Fikar Azmy / Dok. PT KAI (Persero)

Perjalanan sejarah kereta api di Indonesia sejak tahun 1864 hingga saat ini memang tidak semulus rel yang dilaluinya. Ada saja saat pasang dan surut. Saat ini, mungkin adalah waktu yang tepat untuk menilai bahwa PT Kereta Api Indonesia (Persero) sedang berada dalam posisi yang mengkilat. Betapa tidak, langkah yang telah dilakukan PT Kereta Api Indonesia (Persero) dibawah kepemimpinan Ignasius Jonan selaku Direktur Utama telah berhasil meningkatkan berbagai hal mulai dari infrastruktur, fasilitas kereta yang nyaman dan kemudahan untuk mendapatkan tiket.

Tengok saja sejumlah langkah maju yang telah diraih dan tengah ditempuh perusahaan transportasi milik negeri ini. Dalam pembenahan infrastruktur, misalnya pembangunan jalur kereta api ganda (double track) terus mengalami penambahan seperti Cirebon-Surabaya yang terus digenjot agar dapat selesai dalam tempo cepat. Begitu juga jalur ganda Purwokerto-Prupuk sudah dapat diselesaikan, sehingga konsentrasi berikutnya adalah pembangunan jalur ganda Prupuk-Cirebon. Dalam tahun anggaran 2013 ini, pembangunan jalur ganda juga dilanjutkan untuk Purwokerto-Kroya. Bahkan dalam waktu dekat ini PT Kereta Api Indonesia bertugas membangun jalur ganda Batu Ceper-Bandara.

Di sisi lain, anak perusahaan PT KAI yaitu PT Kereta Commuter Jakarta (KCJ), juga berkembang signifikan. Pembenahan besar-besaran mulai terjadi di area stasiun seperti pembersihan peron dari pedagang, perpanjangan peron. Hal ini merupakan langkah tepat dalam penambahan kapasitas angkut yang sangat signifikan. Ini membuat kereta commuter di Jakarta sungguh berfungsi sebagai alat transportasi massal yang diharapkan selama ini, ditambah sistem tiket elektronik yang akan menambah perkembangan tersebut. Betapa tidak, Anda bisa membeli tiket tanpa harus datang ke stasiun. Cukup dari belakang meja computer atau bahkan handphone maka tiket pun bisa didapat bahkan jauh hari sebelum keberangkatan. Dan, para calo pun mulai kesulitan mendapatkan celah untuk beraksi. Sementara pembenahan terhadap kondisi gerbong pun terus dilakukan. Pendek kata, penumpang kereta harus diperlakukan selayaknya manusia. Tidak lagi berdesak-desakan bak ikan sarden di dalam kaleng. Langkah menuju perbaikan setapak demi setapak mulai terasa dan rakyat pun mulai terpikat. Optimisme kereta api menjadi transportasi andalan pun mulai terwujud, dimana kita bisa menyaksikan saat ini penumpang kereta api tak hanya dari kalangan menengah ke bawah tetapi juga dari kalangan menengah ke atas.