Prof. Ojat Darojat, M.Bus., Ph.D. (Rektor Universitas Terbuka)

Oleh: Syulianita (Editor) - 25 February 2022

Inovasi di Tengah Pandemi

Covid-19 menjadi tantangan sekaligus kesempatan bagi UT untuk meningkatkan fasilitas pembelajaran yang telah dimiliki. Sang Rektor menyebutkan bahwa UT merupakan pionir dalam pelaksanaan pendidikan jarak jauh (PJJ) di Indonesia. Dalam menghadapi pandemi Covid-19, UT melakukan terobosan dengan menyelenggarakan ujian yang disebut Take Home Exam, ujian dapat dilaksanakan tanpa harus datang ke kantor UPBJJ-UT, sehingga mengurangi interaksi langsung dan mencegah penularan virus Covid-19.

Berbagai terobosan telah dilakukan agar kualitas dan kewibawaan akademik UT tetap berdiri tegak. Tutorial Webinar (Tuweb) merupakan layanan di masa pandemi Covid-19, melengkapi layanan tutorial online secara asynchronous. Selain itu, Learning Management System (LMS) merupakan platform penting layanan pembelajaran jarak jauh juga terus di-upgrade dan customized agar semakin menarik dan berkualitas. “Kami juga memiliki sistem ujian online berbasis web yang bisa diikuti mahasiswa termasuk bagi mahasiswa yang menempuh ujian Tugas Akhir Program selama masa pandemi. Tak ketinggalan, UT juga telah mengembangkan SUO yang dilengkapi dengan online proctoring yang semakin mempermudah mahasiswa mengikuti ujian,” papar Prof. Ojat.

UT juga ditunjuk oleh kementerian membantu perguruan tinggi lain ketika mendapatkan kesulitan saat PJJ. Sebagai institusi rujukan, UT menjalin kerja sama dengan banyak perguruan tinggi baik perguruan tinggi negeri (PTN) maupun perguruan tinggi swasta (PTS). UT diarahkan kementerian agar seluruh bahan ajar digital itu tidak hanya diakses mahasiswa sendiri, tetapi juga bisa diakses oleh dosen dan mahasiswa dari PTN maupun PTS di seluruh Indonesia. Akses sekitar 1.350-an mata kuliah dalam bentuk digital diberikan secara terbuka kepada seluruh dosen dan mahasiswa di seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Sehingga di mana pun dan kapan pun bahan ajar pendidikan tinggi tersebut bisa diakses secara digital. Dengan membuka akses, UT telah membantu perguruan tinggi lainnya untuk bisa melaksanakan PJJ secara lebih efektif.

Pada periode ini, Prof. Ojat menuturkan terdapat dua langkah penting yang sedang dieksekusi. Pertama UT harus naik kelas dari PTN PK-BLU atau Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum menjadi PTNBH atau Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum. Struktur organisasi saat ini tidak pas untuk UT sebagai PTNJJ, sehingga hampir dapat dipastikan performanya tidak akan optimal. Peningkatan status tersebut menjadi satu bagian penting agar UT dapat dikelola dengan otonomi yang lebih luas.

“UT harus naik kelas menjadi PTN-BH, karena UT bisa berkesempatan bergerak lebih lincah dalam merespons setiap dinamika dan perubahan yang ada pada masa kini,” ujar Prof. Ojat. Selama pandemi banyak perguruan tinggi yang mengusung dual mode system, yaitu tatap muka dan pembelajaran jarak jauh. Bermunculan para pemain baru yang membuat UT harus maju bersaing dengan perguruan tinggi konvensional lainnya. Untuk bisa survive maka UT harus meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan. Melalui PTNBH, UT memiliki otonomi yang lebih luas dalam bidang akademik, otonomi dalam rekrutmen dan sumber daya manusia, serta tata kelola perguruan tinggi bisa lebih mandiri. Operasionalisasi UT secara penuh sebagai PTNBH masih harus menunggu keluarnya payung hukum berupa Peraturan Pemerintah (PP).

Raihan Prestasi dan Harapan

Beberapa waktu silam pada saat dalam Dies Natalis ke-37, Universitas Terbuka meraih rekor dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). Ada tiga kategori yang diraih UT, yakni perguruan tinggi dengan alumni terbanyak, perguruan tinggi dengan jangkauan layanan terluas, dan perguruan tinggi dengan lulusan terbanyak yang lulus seleksi CPNS formasi 2019.

“Sebanyak 9436 lulusan yang lolos membuat UT menjadi urutan pertama dalam tes CPNS tersebut. Itu merupakan torehan rekor gemilang yang membuktikan lulusan UT mampu bersaing secara ketat dengan lulusan dari perguruan tinggi lain. Kemudian, walaupun UT baru berusia 37 tahun, jumlah alumninya sudah lebih dari 1,89 juta. Saya kira tidak ada perguruan tinggi lain yang jumlah alumninya sebanyak alumni UT. Itulah salah satu kebanggan kami,” tuturnya berbesar hati.

Namun, Prof. Ojat tak memungkiri Pendidikan Jarak Jauh di Indonesia belum menjadi pilihan pertama masyarakat. “Kita semua berharap bahwa UT bisa sejajar dengan perguruan tinggi konvensional yang sudah maju di Tanah Air. Pendidikan Jarak Jauh di negeri ini terbebani oleh persepsi sebagai pendidikan kelas dua, tidak menjadi alternatif atau pilihan pertama masyarakat umum. Tapi saya optimis, seiring dengan kemajuan teknologi dan literasi masyarakat yang semakin meningkat, PJJ akan menjadi tren Pendidikan masa depan," ungkapnya.

Prof. Ojat mengakui memang masih ada anggapan UT hanya diperuntukkan bagi para guru atau karyawan, padahal kampus ini juga melayani para lulusan SMA, SMK, dan setara. Diharapkan semoga UT semakin diterima masyarakat dan menjadi alternatif masyarakat ketika ingin menyekolahkan anak-anaknya di perguruan tinggi. Memang tidak semua hal bisa diselesaikan dengan jarak jauh, tetapi dalam rangka mendukung program pemerintah meningkatkan SDM UT membuka berbagai program studi dengan cara berkolaborasi untuk berbagai mata kuliah yang membutuhkan praktikum. UT bersinergi dengan perguruan tinggi lain yang bertatap muka, tanpa perlu membuat laboratorium atau gedung kuliah sendiri supaya biaya UKT tetap terjangkau.

Di akhir pertemuan, ayah dua anak ini menuturkan harapannya. “Obsesi ke depan, harapan saya UT bisa membantu lebih strategis peningkatan angka partisipasi kasar pendidikan tinggi di Tanah Air, sesuai dengan mandat pemerintah saat UT didirikan 37 tahun lalu, yaitu pemerataan akses pendidikan tinggi berkualitas bagi masyarakat sesuai dengan visi misi UT, menjadi institusi PTTJJ berkualitas dunia dalam menghasilkan lulusan pendidikan tinggi yang memiliki daya saing tinggi serta dalam pengembangan teori dan praktek PTTJJ,” pungkasnya optimis.

https://mensobsession.com/e-mag/218-s-4w6h9v/