DR. H. KRH. Henry Yosodiningrat, SH., MH. (Founder Law Firm Henry Yosodiningrat & Partners)

Oleh: Syulianita (Editor) - 31 May 2021

DR. Radhitya Yosodiningrat, SH., MH.

Jangan Jadi Pengacara ‘Hitam’

“Saya bersyukur bisa meraih gelar doktor dengan predikat cum laude. Teman-teman saja sampai tidak yakin. Kalau diingat-ingat, sekolah saya dulu berantakan, Alhamdulillah, sekarang S3 dan cum laude.”

Adhit mengisahkan, ia sempat melanglang buana ke mana-mana, pernah mondok pesantren, masuk Akabri, hingga mengenyam pendidikan ke luar negeri jurusan IT. “Dulu saya nakal, tapi di satu titik saya akhirnya memutuskan untuk menekuni dunia advokat. Alasannya karena bahasa hukum selalu Papa terapkan sehari-hari sehingga mudah kami terima. Setelah 10 tahun kuliah, akhirnya saya menjadi sarjana hukum,” kenang pria berpostur tinggi ini.

Adhit menganggap sang ayah adalah panutan di hidupnya. Ia menilai belum ada advokat yang lebih baik dari pendiri Law Firm Henry Yosodiningrat & Partners dan Pendiri Granat (Gerakan Nasional Anti Narkotika) tersebut. “Apa yang beliau ucapkan selalu beliau lakukan di dalam pekerjaan maupun sehari-hari. Itulah yang kami lihat dan tiru,” ungkapnya.

Di Law Firm Henry Yosodiningrat & Partners, Adhit diamanahi sang ayah memegang perkara keras, seperti sengketa tanah dan tambang, yang menguras pikiran, tenaga, waktu, bahkan mempertaruhkan nyama. “Papa bilang, kalau kita ditugasi di perkara keras, bisa menjadi orang yang struggle. Saya pernah menghadapi kasus yang sangat pelik saat berhadapan dengan mafia hukum. Belasan tahun saya menjadi advokat, saya kalahnya dengan praktik mafia hukum. Namun, yang terpenting kita lakukan secara profesional dan terbaik, sehingga meskipun kalah klien puas,” tandasnya.

Pesan Henry yang begitu membekas di hati Adhit untuk menjadi advokat yang andal. “Advokat itu harus punya warna. Papa selalu bilang, ketika kau di pengadilan tampilah sebagai bintang, dengan menunjukkan sikap yang profesional dan mumpuni. Jangan hanya menjadi penumpang, tetapi harus bisa menge-lead,” tegasnya.

Menutup pembicaraan Adhit berharap bisa menjaga reputasi yang telah dibangun oleh sang ayah. “Papa sering mengatajan, 43 tahun kantor ini papa jaga namanya, jangan kamu rusak karena hal-hal yang kecil. Jadi, kami pegang teguh pesan papa, yakni menjadi advokat yang jujur, punya warna dan sikap, serta bermartabat dan mengedepankan etika profesi. Artinya tidak menjadi advokat yang hitam, melainkan putih. Insya Allah etika profesi tetap kami jaga. Uang mudah dicari, tetapi harga diri dan intregitas tidak bisa dibeli,” pungkasnya. (Gia)

 

DR. S. Ragahdo Yosodiningrat, SH., LLM

Doktor Termuda di Keluarga Yosodiningrat

Ragahdo Yosodiningrat atau yang akrab disapa Aga merupakan sosok milenial yang menginspirasi. Ia berhasil menyelesaikan gelar doktornya di bidang hukum dengan predikat cum laude saat usianya 24 tahun.

“Di ulang tahun saya ke-67 tahun, saya mendapat hadiah kebahagiaan yang luar biasa, dua orang anak saya Adhit dan Aga ujian terbuka promosi doktor hukum di Universitas Trisakti. Keduanya lulus dengan predikat cum laude. Papah bangga dengan kalian berdua,” ungkap Henry di laman instagram @henryyosodiningrat.

Aga mengaku dirinya memilih jalan hidup sebagai advokat bukan karena paksaan sang ayah yang dikenal sebagai advokat andal di negeri ini.

“Papa nggak pernah mengarahkan saya untuk terjun ke dunia hukum. Bahkan, saya sempat mengikuti tes di akademi polisi. Tetapi, tidak diterima. Hingga akhirnya, saya ingat banget tanggal 24 Juli, papa menawarkan saya mengikuti les bahasa asing untuk kuliah di luar negeri, saya bilang mau kuliah di sini saja. Saya pun langsung daftar di UPH jurusan Hukum,” kenangnya.

Banyak hal menarik dan berkesan saat Aga beracara, terlebih ia masih terbilang muda dan baru terjun di dunia lawyer. “Akhir tahun 2020, saya baru diangkat menjadi advokat. Tetapi terjun ke lawyering sejak 2018. Belum banyak pencapaian yang saya torehkan, tetapi ada pengalaman berharga yang saya dapatkan. Kami pernah disodori uang miliaran rupiah di depan mata, tetapi kami tolak. Karena, kami memegang teguh prinsip yang papa ajarkan, yaitu harus menjadi advokat yang bermartabat, profesional, dan selalu jujur. Beliau juga mendidik kami bagaimana mengatasi masalah dan menghadapi klien,” papar pria yang hobi bersepeda ini.

Ilmu yang bertambah dan bisa bermanfaat untuk khalayak banyak adalah obsesi pria ini. Sementara, kesuksesan baginya adalah jika klien puas dengan apa yang dikerjakan dan kepercayaan klien itu nomor satu.

Menutup pembicaraan, Aga mengatakan kelak ia ingin seperti sang ayah. “Papa adalah role model saya sejak kecil. Saya ingin menjadi seperti beliau meskipun sulit. Saya berharap semoga ilmu dan pengalaman semakin bertambah, bisa menjadi orang yang lebih bermanfaat bagi banyak orang, menjalani hidup dengan bahagia, dan mencapai financial freedom di usia muda,” pungkas Aga. (Gia)