Obsession Awards 2020; Best University Leaders

Oleh: Syulianita (Editor) - 16 April 2020

Naskah: Gia Putri Foto: Sutanto

 

Dipercaya menjadi Rektor Universitas Lambung Mangkurat (ULM) selama dua periode, Prof. Dr. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc. mampu menjalankan amanahnya dengan baik, ia berhasil menyulap kampus kebanggaan urang Banua ini menjadi universitas terkemuka dan bercitarasa internasional.

 

Tilik saja pencapaian besar yang ditorehkan ULM pada 19 Maret lalu, perguruan tinggi di Kalimantan Selatan ini mendapat akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT). Dari 4.500 perguruan tinggi seluruh Indonesia, hanya ada 94 universitas yang institusinya meraih akreditasi A. “Target saya, di periode kedua ini ULM mendapat akreditasi internasional, seperti dari AUN-QA (Asean University Network- Quality Assurance),” ungkap Sutarto belum lama ini. Di bawah komandonya sejumlah prestasi pun dipatri civitas akademika, di antaranya 15 hak paten inovasi dan penemuan sepanjang 2019.

 

“Peraih paten mendapat penghargaan sekaligus uang Rp15 juta per paten. Saya sangat senang karena dari target 5 paten sesuai kontrak saya dengan Pak Menteri, Alhamdulillah berhasil tercipta 15 paten,” ungkap Sutarto. Prestasi lainnya yang tak kalah membanggakan adalah dari mahasiswi ULM, Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) ULM, Aida Fitriah.

 

Aida berhasil lulus sebagai delegasi Kalimantan Selatan untuk Indonesian Youth Marine Debris Summit (IYMDS) 2019. Terpilih menjadi satu-satunya delegasi di Provinsi Kalsel pada ajang dua tahunan ini tentu bukanlah hal yang mudah. Apalagi sampah laut khususnya sampah plastik memang telah menjadi permasalahan selama ini, yang mana Indonesia sendiri menjadi penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia. Aplikasi yang digagas Aida dengan sistem menjemput sampah ini membuat masyarakat lebih praktis membuang sampah tanpa harus repot-repot keluar rumah.

 

Tidak hanya itu, aplikasi ini juga menyajikan edukasi yang menambah pengetahuan masyarakat terkait sampah. Belum lagi sejumlah prestasi lainnya yang berhasil dipatri dari hasil dibina dan dididik di kampus yang berdiri sejak 21 September 1958, sebut saja mahasiswa kedokteran yang langganan meraih juara di tingkat ASEAN.

 

Untuk menciptakan SDM unggul, sambung Sutarto, ULM menggagas kerja sama dengan kampus lainnya, seperti dengan University of Colorado, Denver, Amerika Serikat, Universitas Padjadjaran (Unpad), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan MIT dalam riset di bidang teknologi transportasi, dan beberapa perguruan tinggi dalam negeri menerima hibah untuk mendirikan sebuah pusat penelitian kolaboratif (Center for Collaborative Research/CCR), dari program kerja sama Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dan US Agency for International Development (USAID), yakni The Sustainable Higher Education Research Alliances (USAID SHERA). “Selain itu, kami juga bekerja sama dengan Utsunomiya University (Jepang), Newcastle University (Australia), Universiti Kebangsaan Malaysia, dan Philippine Women’s University,” tambahnya.

 

Di bawah kepemimpinan Sutarto, ULM juga memiliki terobosan inovatif dengan membuat aplikasi Siperkasa atau singkatan dari Sistem Informasi Permohonan Kerja Sama. Menurutnya, ULM sebagai lembaga pendidikan tinggi terkemuka dengan akreditas A, tentu saja banyak menarik para mitra untuk bekerja sama dalam berbagai bidang. “Aplikasi ini dapat mempermudah calon mitra yang ingin menjalin kerja sama dengan kami,” tuturnya.

Kampus Ramah Difabel

 

ULM terus berkomitmen memperhatikan hak mahasiswa difabel guna memastikan perguruan tinggi negeri terbesar di Kalimantan itu ramah terhadap civitas akademika berkebutuhan khusus.

 

Segala fasilitas penunjang untuk mahasiswa difabel juga dilengkapi dan diusahakan up to date. Melalui Unit Layanan Difabel (ULD) yang merupakan satu-satunya perguruan tinggi di Kalimantan yang memilikinya, mahasiswa berkebutuhan khusus akan merasa nyaman belajar di ULM. Pada tahun 2019-2020, ULM menerima sebanyak delapan orang mahasiswa difabel, di antaranya terdiri dari tuna netra dan tuli.

 

Songsong Indonesia Emas

 

Dalam menyongsong Indonesia Emas pada 2045, perguruan tinggi menjadi salah satu tumpuan. Ini menjadi sebuah tantangan, di mana lulusan perguruan tinggi diharapkan tidak hanya kompeten secara akademik, tapi juga memiliki karakter unggul serta kreatif dan inovatif. Menjawab tantangan tersebut, Sutarto pun menjuruskan berbagai program peningkatan mutu pendidikan. Dari peningkatan kualitas tenaga pendidik hingga mendorong lulusan berdaya saing. 

 

Sejalan dengan program tersebut, pihaknya akan mendorong dosen ULM untuk menulis jurnal internasional. Semakin banyak jurnal internasional yang diterbitkan, sambung Sutarto, otomatis kualitas tenaga pendidik ULM tak perlu diragukan lagi. Salah satu yang membanggakan adalah dosen muda ULM Amalia Rezeki pada 2019 lalu menerima penghargaan Internasional dibidang lingkungan ASEAN Youth Eco Champions (AYECA) Award, di Sokhalay Angkor Phokeethra Golf & Spa Resort, Vithei Charles De Gaulle, Khum Svay Dang Kum, Siem Reap, Cambodia.

 

“Prestasi ini menjadi bukti bahwa ULM telah menjadi universitas yang terkemuka dan berdaya saing. Saya berharap capaian ini menjadi motivasi bagi dosen lainnya. Demikian pula mahasiswa dan generasi muda dapat menarik pelajaran. Jangan lelah untuk berjuang untuk masa depan lingkungan dan kehidupan yang lebih baik,” ungkap Sutarto. Ia juga menyinggung aktivitas Amel goes global, dalam kurun waktu beberapa bulan ini sudah beberapa kali berbicara di forum Internasional, seperti di Australia, Finlandia, Estonia dan Cambodia. Ini semua sangat membanggakan bagi almamater Untuk meningkatkan kualitas dosen di bidang penelitian, khususnya dalam lingkungan lahan basah, Sutarto menganggarkan sekitar Rp20 miliar untuk membantu mendukung kegiatan penelitian, termasuk mendorong jumlah dosen yang bergelar doktor dan profesor.

 

“Kami bertekad bahwa ULM ini satu prodi minimal satu guru besar terus kami gaungkan karena diyakini semakin banyak guru besar akan semakin meningkatkan kinerja lembaga,” tegas pria ramah ini. Menutup pembicaraan, Sutarto mengungkapkan obsesinya adalah menjadikan ULM harus menjadi pusat unggulan IPTEK dalam bidang lahan basah di Asia Pasifik 2023-2027.