Obsession Awards 2020; Best Companies

Oleh: Syulianita (Editor) - 08 April 2020

Naskah: Gia Putri Foto: Istimewa

 

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk membukukan laba sebesar Rp34,41 triliun atau tumbuh 6,15 persen sepanjang 2019. Pencapaian laba ini sejalan dengan penyaluran kredit BRI sebesar Rp908,88 triliun atau tumbuh 8,44 persen. Perseroan mampu menorehkan kinerja positif di tengah gejolak ekonomi dunia.

“Aset Bank BRI terbaik tumbuh 9,41 persen menjadi Rp1.418,95 triliun dibandingkan akhir 2018 sebesar Rp1.296,90 triliun. Semua aset produktif,” ungkap Direktur Utama BRI Sunarso. Ia merinci Dana Pihak Ketiga (DPK) menembus angka di atas Rp1.000 triliun, yakni menyentuh Rp1.021,39 triliun atau naik sebesar 8,17 persen year on year (yoy). Dana murah (CASA) masih mendominasi portofolio simpanan Bank BRI, mencapai 57,71 persen dari total DPK atau senilai Rp589,46 triliun.

 

Ke depan, Sunarso mengajak seluruh masyarakat untuk mengoleksi saham Bank BRI lantaran kinerjanya yang tumbuh positif. BRI hadir sampai pelosok dan tercatat ada sekitar 9.635 outlet yang melayani masyarakat di Indonesia. “Sekarang transaksi mayoritas bergeser ke online, transaksi di cabang 10 persen, sebesar 90 persen sudah bergeser ke online atau mobile. Sejak IPO 2003, layak dikoleksi BBRI ke depan,” ucap Sunarso.

 

Hal senada pun diungkapkan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir. Menteri kelahiran Jakarta, 30 Mei 1970 ini menyebut bakal terjadi sinergi antara Bank BRI dengan PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) pada Juni 2020. Karenanya, ia mengajak pelaku pasar dan masyarakat untuk membeli saham BRI.

 

Kalau sinergi tersebut terjadi, kata Erick, Bank BRI akan menjadi bank luar biasa. “Jadi, cepat-cepat beli sahamnya,” ucap Erick pada acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2020, belum lama silam. Sebagai gambaran, harga saham emiten berkode BBRI saat ini bertengger di level 4.500 atau menguat 13,64 persen secara tahunan. Lebih lanjut Erick menuturkan, capaian Bank BRI sudah sangat baik saat ini. Selain itu, ia juga memastikan Bank BRI akan memiliki kualitas kebijakan yang lebih baik dan pangsa pasar yang jelas apabila sinergi diterapkan.

 

Bank BRI juga banyak melakukan terobosan untuk meningkatkan pelayanan kepada nasabah, sehingga tetap bertahan hingga saat ini. Salah satu terobosan tersebut adalah gencar melakukan inovasi-inovasi untuk mendorong layanan digital banking. Menyorot perkembangan digitalisasi Bank BRI, pada 2018 perseroan sudah mendapatkan ISO 27001 untuk Big Data.

 

Bank BRI kembali mendapatkan ISO 27001 untuk product Open Banking BRI pada tahun 2019, yaitu BRIAPI (BRI Application Programming Interface) yang merupakan produk perseroan yang memungkinkan pihak ketiga menggunakan fitur atau fungsi layanan finansial dari BRI dalam platform milik mereka dengan cepat dan aman.

 

Tak hanya itu, dampak digitalisasi tersebut bisa dirasakan secara nyata dalam proses bisnis Bank BRI. Pengajuan pinjaman di Bank BRI di segmen mikro bisa dicairkan dalam hitungan jam di hari yang sama alias satu hari melalui aplikasi BRISPOT. Atas upaya tersebut, Bank BRI menjadi satu-satunya bank di Indonesia yang meraih dua penghargaan bergengsi sekaligus dari The Asian Banker, yakni 'Best Retail' dan 'Best Digital Bank in Indonesia'. Penghargaan ini diperoleh lantaran BRI disebut telah melakukan sejumlah transformasi digital di layanan mereka, khususnya kalangan segmen ritel.

Bank BRI pun sempat berkolaborasi dengan e-commerce, melalui program Innovation Lab untuk mendorong sektor UMKM. Melalui program ini diharapkan mampu menumbuhkan inovasi dan bisa menciptakan network effect yang ke depannya turut mendukung pertumbuhan ekonomi digital Tanah Air. Dengan inisiatif ini, Bank BRI sadar bahwa ide-ide hebat itu tak berbatas.

 

Bank BRI menggabungkan potensi yang ada di BRI Grup dan tap in dengan ide-ide dari mitra startup yang inovatif dan kreatif agar bisa tumbuh bersama. Lebih lanjut Sunarso menuturkan, Bank BRI akan masuk ke segmen yang tak tersentuh oleh perbankan (unbanked). Ia menuturkan, jika bank yang berdiri sejak 16 Desember 1985 tersebut memiliki peluang besar untuk masuk ke segmen ini.

 

“Hal ini sesuai dengan keinginan Bank BRI untuk menyasar kalangan bawah. Kami lebih baik turun lebih ke bawah lagi, go smaller, faster, shorter, dan mudah-mudahan go cheaper. Kami memang ingin melayani rakyat sebanyak mungkin dengan biaya serendah mungkin,” terang Sunarso.

 

Menurutnya, jika ingin bersaing untuk level dengan ceruk yang besar, sudah menjadi hal yang lumrah. Terlebih, penyaluran kredit untuk skala besar, kata Sunarso, tidaklah mudah. “Menyalurkan kredit 1 tahun Rp100 triliun, kalau disalurkan ke korporasi yang layak susah. Mau tumbuh Rp200 triliun hanya menyerap target pertumbuhan dua tahun. Peluang besar adalah unbanked society. Bank BRI kalau mau main di atas, sudah banyak yang bermain di sana. Untuk apa bertanding yang kami tidak kuasai, kalau perlu kami tarik lawan ke cabang tersebut,” imbuh Sunarso.

 

Bank BRI menjadi bank yang bisa masuk ke kalangan bawah. Apalagi, Bank BRI sudah memiliki cukup modal untuk bisa menyasar kalangan tersebut. Terbukti, bank yang dikenal sebagai bank wong cilik ini tetap fokus pada segmen Mikro Kecil Menengah (MKM) dengan share 78,9 persen. Sedangkan, share non-MKM mencapai 21,1 persen.

 

Tak hanya itu, fakta juga menerangkan jika 6 dari 100 Rukun Tetangga (RT) di seluruh Indonesia mendapatkan fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank BRI. Nilai plafon untuk KUR tersebut juga tak main-main, mencapai Rp 100 triliun. Hingga saat ini, Bank BRI memiliki lebih dari 9.600 unit kerja yang tersebar di seluruh Indonesia. Bank plat merah ini juga dibantu oleh 467 kantor cabang, 611 Kantor Cabang Pembantu, 952 kantor kas dan 5.382 BRI Unit.

 

Jumlah tersebut belum termasuk 2.049 teras BRI, 422.160 Agen BRILink, Mesin EDC yang tersebar di seluruh Indonesia, serta Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Belum lagi Jaringan E-Channel, serta Mesin CRM yang memudahkan nasabah Bank BRI untuk melakukan transaksi perbankan.