Dr. Henry Yosodiningrat S.H., M.H. (Founder of Law Firm Henry Yosodiningrat & Partners)

Oleh: Syulianita (Editor) - 25 December 2019

Ada hal menarik ketika menyambangi Law Firm Henry Yosodiningrat & Partners yang berada di Twin Plaza Hotel & Office Tower, Jakarta Barat, yakni ketiga buah hati Henry membantu membesarkan firma hukum yang dibidaninya. Namun, ayah empat anak ini menggarisbawahi, jalan hidup yang dipilih oleh buah hatinya tersebut tidak ada campur tangannya sama sekali. “Mereka itu jangankan untuk menjadi advokat, masuk Fakultas Hukum saja tidak saya arahkan,” ungkapnya.

 

Putri sulungnya, Tika Yosodiningrat, ketika baru selesai ujian dan menunggu pengumuman kelulusan sekolah menengah atas (SMA), pergi ke Australia untuk berlibur bersama keluarga besar sekaligus mengunjungi beberapa perguruan tinggi yang sudah diincarnya. “Dia sudah memutuskan mau kuliah di Fakulitas Ekonomi di Australia, bahkan tempat tinggal sudah oke. Tiba-tiba begitu sampai di Jakarta, anak saya bilang, Pa saya tidak jadi masuk Fakultas Ekonomi, saya mau ambil Fakultas Hukum. Lalu saya jelaskan, Fakultas Hukum S1-nya harus di Indonesia. Dia pun tidak masalah. Kemudian, dia melanjutkan S2-nya di Inggris. Saat pulang, dia membantu saya,” terang Henry.

 

Begitu pun dengan putra keduanya, Adhitya Yosodiningrat yang mengikuti jejaknya. “Kalau yang ketiga, Aga Yosodiningrat, tadinya setelah lulus dari SMA Taruna Nusantara di Magelang, dia mengikuti tes di Akademisi Polisi. Lulus, tetapi tidak terpilih. Lalu, saya tanya, apakah akan mendaftar tes Akpol lagi tahun depannya atau tidak, dia bilang, beri saya kesempatan berpikir selama tiga hari. Tiga hari kemudian, dia kembali ke Jakarta dan mengatakan, pah aku mau kuliah di Jakarta saja, sudah diterima di Fakultas Hukum di Universitas Pelita Harapan (UPH),” kenang Henry. Selepas meraih gelar sarjana hukum di UPH, putranya lalu melanjutkan S2 di Belanda. Begitu selesai, ia menyampaikan niat untuk bergabung di kantor Henry.

 

Namun, Henry bilang, ia harus merasakan bagaimana bekerja di tempat orang. "Tiga bulan kemudian, baru ia bergabung bersama saya,” tuturnya. Henry menegaskan, meskipun mereka bekerja di firma hukum miliknya harus tahan banting. “Ternyata alhamdulillah mereka bisa mengikuti ritme saya. Saya punya cerita, waktu putri saya baru praktik, dia saya suruh mendampingi klien di salah satu polsek di Banten, pulang pukul 02.00 pagi. Lalu, saya tugaskan dia ke Pengadilan Negeri Kudus dan dia melakukannya dengan senang hati,” kenang Henry.

 

Ia juga berpesan kepada anak-anaknya bahwa sukses seseorang tak bisa dilepaskan dari bagaimana dia mencintai pekerjaannya. “Kalau tidak mencintai pekerjaan, pasti tidak akan sukses, tetapi alhamdulillah mereka mampu bekerja dengan passion,” pungkasnya