Mohammad Nuh, Pers Harus Mencerahkan

Oleh: Syulianita (Editor) - 24 June 2019

Naskah: Giattri F.P. Foto: Sutanto

Dipercaya menjadi Ketua Dewan Pers periode 2019/2022, Mohammad Nuh menegaskan, ia ingin memperkuat fungsi media, yang ia formulasikan ke dalam konsep 3E+N, yakni Education, Empowering, Enlightening, dan Nationalism.

 

"Media itu posisinya in between, di antara, di tengah-tengah. Tidak berada di salah satu pihak sehingga tidak terkooptasi oleh pihak yang satu atau pihak yang lain,” ungkap Guru Besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya tersebut kepada Men’s Obsession di Gedung Dewan Pers, Jakarta, belum lama ini.

 

Karena itu, pria yang sebelumnya pernah menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Menteri Komunikasi dan Informasi Indonesia tersebut, dalam tiga tahun ke depan bersama delapan anggota Dewan Pers lainnya akan memperkuat tiga fungsi pers. Pertama, fungsi edukasi (to educate). Dengan pemberitaan pers, masyarakat semakin cerdas dan dewasa. “Karena cerdas dan dewasa ini masyarakat dapat melakukan self censoring dan selffiltering. Jadi, masyarakat mampu membedakan mana berita yang benar dan mana yang hoaks,”terang Majelis Wali Amanat ITS ini.

 

Ketiga, fungsi empowering. Media harus memperkuat lembaga atau tatanan yang sudah ada di masyarakat. Bukan malah melemahkannya. “Termasuk media harus memperkuat resources dan hubungan antarmasyarakat sehingga semakin kokoh,” tegas rektor ITS pada periode 2003-2007 tersebut. Ia menggarisbawahi, yang tak kalah penting, yaitu fungsi mencerahkan (enlightening). “Di tengah berseliwerannya beragam informasi menerpa masyarakat harus ada media yang memberikan pencerahan dan menjelaskan duduk permasalahan sehingga memperkuat nasionalisme bangsa Indonesia,” terang suami dari dokter gigi Laily Rachmawati ini.

 

Dalam kepemimpinannya di Dewan Pers, ia pun ingin melakukan penguatan kompetensi jurnalistik. “Zaman terus berubah. Dulu, media massa itu modelnya masih analog atau sifatnya tangible, sekarang sudah masuk ke wilayah digital. Prinsipnya berubah menjadi ubiquitous, kapan dan di mana saja at the same time bisa diakses. Oleh karena itu, salah satu program kami adalah ingin mempersiapkan, memberikan pelatihan-pelatihan, dan kompetensi kawan-kawan jurnalis yang sesuai dengan era zaman sekarang, yakni Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 sehingga mereka bisa enjoy melakukan perubahan itu,” paparnya. 

 

Ketika ditanya apa yang mendorong dirinya duduk di Dewan Pers, Pria kelahiran Surabaya 17 Juni 1959 ini menuturkan, ia tidak melamar apalagi melakukan gerilya politik. “Saya sampaikan kepada kawan-kawan, saya sudah selesai dan tidak ada ambisi politik,” tegasnya. Jadi, usai mengabdi menjadi pejabat negara selama sepuluh tahun, ia kembali diminta untuk menjadi dosen di almamaternya, ITS bahkan dipercaya menjadi Majelis Wali Amanat. Di tengah kesibukannya tersebut, ia diminta oleh Panitia Seleksi Anggota Dewan Pers periode 2019/2022 untuk turut mengembangkan Dewan Pers. Komisaris Bank Mega Syariah ini lalu menjawab, “Saya sudah banyak pekerjaan, saya juga sudah relatif sepuh. Tapi, ini penting, kata mereka. Akhirnya, saya menyatakan kesediaan. Setelah itu, dilakukan penilaian oleh kawankawan pansel, terpilihlah saya bersama 8 lainnya menjadi Anggota Dewan Pers. Dari situ, kami rapat untuk menentukan siapa ketuanya. Alhamdulilah, tidak sampai 5 menit semua bersepakat secara aklamasi, saya terpilih sebagai Ketua Dewan Pers,” pungkas peraih gelar Gelar S2 dan S3 dari Universite Science et Technique du Languedoc Montpellier Prancis tersebut.