Rektor Inspiratif 2019, Mendidik dan Menginspirasi

Oleh: Syulianita (Editor) - 15 May 2019

Naskah: Subhan Husaen Albari  Foto: Sutanto/Dok. Humas

 

Menjadi profesor adalah cita-cita sejak kecil yang sudah diimpikan oleh Gunawan Suryoputro. Untuk meraih kesuksesannya itu, Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA (UHAMKA)  ini hanya memegang dua kata kunci dalam hidupnya, yakni mandiri dan kerja keras. Sebab, tanpa kemandirian dan kerja keras, pria kelahiran Kediri 26 Juli 1962 ini meyakini impiannya itu sulit terwujud karena dengan kerendahan hatinya, Gunawan menyadari dirinya hanyalah seorang manusia biasa.

 

 

Gunawan terlahir memang bukan dari orang kaya raya. Sehingga, kemandirian dan kerja keras menjadi modal utama untuk meraih kesuksesnya itu. Prinsip kesejatian itu sudah dipraktikan sejak ia duduk di bangku sekolah dasar, untuk bisa memenuhi kebutuhan sekolahnya, Gunawan sudah terbiasa bekerja.

 

Mulai menjadi pengembala kambing di kampung halamannya. Lalu bekerja di pabrik, sampai menjadi guru ketika lulus program S 1, dan dosen selesai program doktor. Ia bersyukur kariernya tidak pernah melenceng dari cita-citanya untuk menjadi seorang profesor, dengan konsisten bergelut di dunia akademik. “Sebetulnya sengaja atau tidak sengaja saya ingat betul waktu saya SMP kelas 1, saya sudah menulis nama saya di buku sekolah Prof. Dr. Gunawan Suryoputro S.H. Alhamdulillah sekarang kesampean, hanya S.H-nya yang meleset. Dari sini saya ingin menekankan kepada semua bahwa cita-cita itu penting, setinggi langit sekalipun karena cita-cita dan keinginan itu kan bagian dari doa kita kepada Allah SWT,” ujar Gunawan saat ditemui Men’s Obsession di ruang kerjanya di Pasar Rebo, Jakarta Timur.

 

Saat masih muda, Gunawan dikenal sebagai seorang aktivis Muhammadiyah. Hal itu ia lakoni untuk mengelola semua kecerdasannya, baik dari sisi kecerdasan komunikasi, kepemimpinan dan, manajerial. Namun, ia konsisten menekuni dunia akademik, tidak beralih ke lain. Kariernya dimulai dari seorang asisten dosen, dosen, sekretaris program studi, ketua program studi, wakil rektor III, wakil rektor I, sampai akhirnya menduduki jabatan tertinggi sebagai rektor. Gunawan dipercaya menjadi Rektor UHAMKA pada Desember 2018 lalu, melanjutkan kepemimpinan Prof. Dr. Suyatno. Dari sinilah tugas-tugas beratnya sebagai seorang rektor menanti. 

 

Kini target utama Gunawan sebagai rektor adalah menjaga mutu kualitas pendidikan UHAMKA yang ditandai dengan prestasi akreditasi A. Lalu, merambah pada akreditasi internasional dan menjaga kompetensi kelulusan yang memiliki daya saing. Untuk mewujudkan itu, ia harus meningkatkan Catur Dharma Perguruan Tinggi, seperti peningkatan pembelajaran, penelitian, pengabdian masyarakat, serta keagamaan. Setidaknya ada lima strategi yang diterapkan. Pertama, kesejahteraan untuk bisa menciptakan inovasi, Gunawan tidak ingin mengabaikan kesejahteraan bawahannya. Kedua, peningkatan kapasitas kualifikasi pendidikan dosen alias doktorisasi. Di mana syarat untuk menjadi dosen di UHAMKA adalah doktor. Ketiga, meningkatkan sistem informasi teknokogi yang terintegrasi baik dari sisi akademik maupun non akademik, semua terhubung dalam teknologi digital. Keempat, peningkatan produk riset dan publikasi. Kelima, penjaminan mutu. Sebagai rektor, Gunawan ingin memastikan mutu kualitas pendidikan di UHAMKA terjaga. Caranya dengan menguatkan lembaga penjaminan mutu di UHAMKA baik dalam hal infrastruktur maupun SDM.

 

“Jika semua itu berjalan tentu ujungnya adalah inovasi dan hilirisasi. Empat tahun berjalan memang tidak mudah, terutama membudayakan riset di lingkup akademik, tapi sebagai pemimpin optimisme dan tangung jawab itu harus dipegang erat,” ujar Gunawan meyakinkan.

 

Di luar itu, Gunawan juga harus memastikan pendapatan akademik terjaga yang diambil dari lembaga usaha mandiri. Di bawah kepemimpinannya, kini UHAMKA sudah memiliki perusahaan, PT. Utama yang bergerak dalam penyediaan perawatan gedung atau kantor, baik itu penyediaan listrik, material, maupun peralatan kantor. Baru berdiri satu tahun ini, PT. Utama sudah mampu mencukupi kebutuhan seluruh keperluaan kampus UHAMKA. “Harus diakui untuk meningkatkan kualitas mutu harus dibarengi dengan biaya yang tinggi, tapi saya tidak mau membebani biaya itu kepada mahasiswa karena pasti berat. Satusatu caranya adalah kami harus punya unit usaha agar mutu itu tetap terjaga.” 

 

Dengan menjaga mutu pendidikan itu, UHAMKA ingin menyelaraskan keinginan Menristekdikti Mohamad Nasir menjadikan setiap perguruan tinggi di Indonesia unggul di tingkat nasional, maupun internasional. Setelah mendapatkan akreditasi nasional, Gunawan tengah fokus mengejar akreditasi internasional. Diawali dengan mendaftarkan akreditasi empat prodi UHAMKA di ASEAN University Network (AUN) atau asosiasi universitas Asia yang sudah diakui Kemenristekdikti. UHAMKA ingin benar-benar unggul bukan hanya di tingkat nasional, tapi juga internasional.

 

“Untuk mengarah ke sana ya tadi, syaratnya kami terus menguatkan program doktorisasi, pengembangan riset, publikasi, pembelajaran, dan pemberdayaan masyarakat. Dengan akreditasi A itu sudah cukup membuktikan kualitas UHAMKA kalau kami itu mampu,” ucapnya.

 

Berbicara soal keunggulan, UHAMKA sebagai bagian dari persyarikatan Muhammadiyah tak perlu diragukan lagi. Sebab sejak awal berdiri, Ormas Islam terbesar di Indonesia ini sudah fokus bergerak di wilayah, pendidikan, sosial, dan kesehatan. Terlebih penyebutan nama Hamka, tokoh legendaris Muhammadiyah ini sudah sangat terkenal. Gunawan percaya masyarakat tak meragukan kualitas pendidikan di Muhammadiyah. 

 

Di UHAMKA sendiri sudah dibuktikan secara akademik. Selain penguatan mental dan kepemimpinan, UHAMKA sudah unggul di pusat studi dengan memiliki pusat studi neurosains, lalu ada pusat pengembangan obat-obatan. “Dari sisi pengembangan keilmuan Islam, kami punya Riset Sains Center yang sekarang terus memantau gerak matahari untuk menentukan waktu shalat. Saya bangga mahasiswa UHAMKA ada yang menciptakan rompi anti peluru, lalu robot, listrik hemat energi dan sebagainya. Itulah yang secara akademik bisa kita pertanggung jawabkan,” tandasnya. Beragam prestasi dan penghargaan juga sudah banyak diraih UHAMKA.

 

Dengan modal itu, Gunawan sangat yakin kualitas mahasiswa UHAMKA mampu menghadapi Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0. Yang perlu ia tekankan adalah selain memiliki kecerdasan intelektual untuk menghadapi revolusi industri, mahasiswa UHAMKA juga harus memiliki kecerdasan sosial, berupa rasa empati, mental, dan keimanan yang tinggi. Sebab, ia percaya hidup manusia tidak cukup hanya mengandalkan kecerdasan intelektual, tapi kecerdasan lain yang bisa saling menguatkan.