Kiprah Terbaik BUMN

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 04 April 2016

Naskah: Giattri F.P., Foto: Dok. SMF

PT. Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF terus mencatatkan kinerja yang cemerlang. Betapa tidak? Sepanjang 2015, SMF mengalirkan dana dari pasar modal ke penyalur KPR di sektor pembiayaan perumahan melalui sekuritisasi dan penyaluran pinjaman yang mencapai Rp3,71 triliun. Tak hanya itu, SMF bahkan berhasil menerbitkan EBA-SP untuk yang pertama di Indonesia.

 

Secara kumulatif total akumulasi dana yang dialirkan sampai dengan 31 Desember 2015, mencapai Rp20,25 triliun meningkat 22% dari tahun sebelumnya yaitu Rp16,54 triliun. Dari total akumulasi dana tersebut, sebanyak Rp5,7triliun digunakan untuk mendukung program KPR-FLPP, satu juta rumah yang dicanangkan pemerintah.


SMF sebagai perusahaan pembiayaan sekunder perumahan, mengemban visi menjadi entitas mandiri yang mendukung kepemilikan rumah layak dan terjangkau bagi setiap keluarga Indonesia, dengan misi di antaranya membangun dan mengembangkan pasar pembiayaan sekunder perumahan, dan meningkatkan tersedianya sumber dana jangka panjang.


“Indikator Kinerja Utama (IKU) SMF diukur dari jumlah dana yang telah tersalurkan dari pasar modal ke sektor pembiayaan perumahan, sehingga tujuan dari pendirian SMF dapat tercapai,” kata Direktur Utama SMF, Raharjo Adisusanto.


Raharjo menjelaskan peningkatan kinerja SMF tahun 2015 dicapai melalui kegiatan sekuritisasi sebesar Rp200 miliar, dan penyaluran pinjaman sebesar Rp3,51 triliun, sehingga aset SMF di tahun 2015 menembus angka Rp10 triliun, yakni sebesar Rp10,06 triliun. Posisi penyaluran pinjaman menjadi Rp7,84 triliun, naik 21% dari tahun sebelumnya sebesar Rp6,50 triliun.


Adapun laba bersih di tahun 2015, mencapai Rp249 miliar, naik 44% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp173 miliar. “Pencapaian tersebut terhitung sangat baik, mengingat kondisi ekonomi dalam negeri yang melambat di tahun 2015. Pendapatan laba yang diperoleh SMF di tahun 2015 begitu signifikan, meskipun bukan merupakan indikator kinerja utama,” tambah Raharjo.


Ya, menghadapi kondisi ekonomi kala itu, Raharjo beserta jajaran memang bekerja ekstra keras, “Dan alhamdulillah lagi kita menyasar masyarakat menengah bawah. Ketika melambat, dampak kepada menengah bawah ini tidak sebesar menengah atas. Beberapa developer lari dari rumah mewah turun ke menengah, itu fakta. BTN yang bermain di menengah ke bawah malah profitnya naik,” terangnya penuh rasa syukur.