Fachmi Idris, Dedikasi Sang Dokter Aktivis

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 23 November 2015

Jangan kaget kalau kita masuk ke halaman Kantor Pusat BPJS Kesehatan di bilangan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, kita akan disambut oleh pin raksasa berbentuk bundar dengan sisi dilingkari frame warna merah bertuliskan ‘Revolusi Mental’ di bagian atas dan frame lingkaran merah di bawahnya bertuliskan ‘Jaminan Kesehatan Nasional-KIS’. Sementara di tengah lingkaran dengan latar belakang warna putih dan hijau di tengah ada tulisan ‘Dengan Gotong Royong Semua Tertolong’. Sengaja dipasang di lapangan parkir halaman kantor tersebut sehingga terlihat sangat mencolok. Tapi, tentu bukan karena ingin masuk rekor MURI sebagai simbol terbesar, tapi lebih dari itu pin raksasa itu merupakan simbol dalam rangka meningkatkan pelayananan kepada masyarakat. Ya, Direksi dan Pegawai BPJS Kesehatan di seluruh Indonesia mendeklarasikan Gerakan Nasional Revolusi Mental, dengan tekad menjunjung tinggi nilai Integritas, Etos Kerja dan Gotong royong untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi dan berkepribadian dalam budaya.


Tak salah kalau Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani dalam Pencanangan Gerakan Nasional Revolusi Mental di Kantor Pusat BPJS Kesehatan, Jakarta pada 23 Oktober 2015 lalu adalah gerakan mengubah mindset dalam pelayanan publik, dimana seluruh Duta BPJS Kesehatan sebagai representasi dari pemerintah dalam memberikan pelayanan publik, dengan struktur yang efisien, kultur budaya kerja yang lebih disiplin, bertanggung jawab, dan berjiwa gotong royong.


“Seperti dikatakan Soekarno, Revolusi Mental bukan pekerjaan satu-dua hari melainkan sebuah gerakan nasional jangka panjang dan terus-menerus. Kerja-kerja yang kita lakukan pada hari ini menentukan nasib anak cucu kita pada masa depan,” ujar Menteri yang ditunjuk Presiden RI Joko Widodo sebagai Koordinator Gerakan Nasional Revolusi Mental.