Page 55 - E-Mag Mensobsession Edisi 195
P. 55
arya-karya mereka sungguh menampilkan capaian
visual yang ‘matang’ baik dari segi teknis (nilai
artistik), maupun dalam hal konten karya sebagai SPEKTRUM TEMA YANG
K bentuk interpretasi terhadap tema pameran. DIDEDAHKAN MELALUI
Masing-masing memiliki cara yang unik dan khas di dalam INTERPRETASI RUPA DARI
menafsirkan tema melalui eksplorasi visual, sesuai karakteristik
dan kecenderungan cara ungkap yang berbeda satu sama TIGA IBU PERUPA DALAM
lainnya. Pertiwi, sebuah pameran yang menghadirkan tiga Ibu PAMERAN INI, SANGATLAH
perupa asal Bali yang memiliki eksplorasi karya yang berbeda LUAS DAN MELEBAR
satu dengan lainnya.
Mereka adalah Ni Nyoman Sani yang berlatar pendidikan SEKALIGUS JUGA MENYEMPIT
Seni Lukis S1 di STSI/ ISI Denpasar, Gusti Ketut Oka Armini MERASUK KE DALAM RELUNG
mengenyam pendidikan S1 khusus Seni Grafis di FSRD PENGALAMAN PERSONAL
ISI Yogyakarta; dan Ni Ketut Ayu Sri Wardani menjalani
pendidikan Seni Lukis di FSRD ITB Bandung. MEREKA MASING-MASING.
Latar belakang pendidikan tersebut dapat menjadi anasir
yang mendasari proses kreatif mereka, dengan pilihan media
dan bahasa ungkap visualnya masing-masing. Meskipun
latar pendidikan kesarjaan yang berbeda institusi, mereka
sama-sama menempuh pendidikan tingkat menengah di
sekolah yang sama, yaitu Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR/
SMK sekarang). Pendidikan awal ini menjadi dasar untuk
mengembangkan bakat dan minat mereka serta memilih
institusi selanjutnya. Serta menentukan media seni rupa yang
ditekuni hingga kelak menjadi perupa dengan kekhasan dan
keunikan karyanya masing-masing.
Kurator Wayan Seriyoga Parta menuturkan, spektrum tema
yang didedahkan melalui interpretasi rupa dari tiga Ibu perupa
dalam pameran ini, sangatlah luas dan melebar sekaligus
juga menyempit merasuk ke dalam relung pengalaman
personal mereka masing-masing. Sedari hal mendasar, seperti
penciptaan, yang dalam pandangan klasik penciptaan terjadi
karena ada dua entitas, yakni Maskulin dan Feminim, Purusa
dan Predana, Laki-laki dan Perempuan, Lingga dan Yoni, Ibu
Pertiwi dan Bapak Matahari, serta berbagai sebutan serta
metafora lainnya dan berbagai kebudayaan dan peradaban.
“Kedua entitas tersebut diselimuti berbagai karakter,
seperti kelembutan dan ketegasan, statik dan dinamis, kasih
dan benci, serta sifat-sifat alamiah yang mendasar lainnya.
Semua hendak dirangkum dalam pilihan bahasa ungkapan
visual mereka masing-masing yang khas dan sangat
mempribadi,” imbuh Wayan.
Dalam kesederhanaan sub tema masing-masing perupa,
seperti “Alam Toba” dari Ayu Sriwardani; “Tetumbuhan Liar”
karya Oka Armini; serta kemulian “Tumbuhan Lotus” oleh
Nyoman Sani, mampu mengungkapkan penghayatan mereka
terhadap nilai-nilai kehidupan yang tengah dijalani sebagai
makhluk biasa. “Namun, dari yang biasa itu sesungguhnya
karya-karya tersebut mengungkap banyak hal perihal pahit,
getir, suka dan cinta, sosok Ibu yang terus berjuang merawat masing. Sebagaimana adigum Latin klasik dari Hippocrates
kehidupan dengan energi kreatif. Dan, tak membiarkan menyatakan “Ars longa, vita bervis” bahwa sesungguhnya
energi itu surut apalagi sampai padam, dengan sadar mereka hidup tidaklah lama, tetapi seni akan senantiasa abadi,”
membagikan spirit tersebut melalui bahasa rupa masing- pungkas Wayan. n
APRIL 2020 | | 55