CFO TANGGUH

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 25 September 2013

Naskah: Giattri FP., Foto: Sutanto

 

Di lingkungan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, sosok Herdy Trisanto tidak asing lagi. Di tangan pria kelahiran Jakarta 25 September 1958  inilah keuangan BPJS Ketenagakerjaan dikelola. Ya, sebagai Direktur Keuangan, kinerjanya patut diacungi jempol karena inovasinya di bidang keuangan yang tak
pernah mati.

 

Transformasi atau perubahan menyeluruh dari PT Jamsostek ke BPJS Ketenagakerjaan tentu, membutuhkan energi yang tak sedikit. Perusahaan yang berkantor pusat di Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta, ini pun melakukan kajian komprehensif lewat berbagai cara. Khusus di bidang keuangan, Herdy mengatakan telah selesai dan saat ini sudah diimplementasikan di perusahaan.


Hasil dari implementasi tersebut cukup menarik terlihat dari torehan kinerja perusahaan di tahun lalu. Aset BPJS Ketenagakerjaan pada 2015 menembus angka Rp210 triliun dan menargetkan memiliki aset lebih dari Rp500 triliun hingga akhir 2019.


“Keberhasilan yang dicapai tahun ini, karena BPJS Ketenagakerjaan menggunakan smart financial management di dalam mengelola keuangannya,” ucap Herdy dengan bangga. Maksud dari smart fiancial ini, cara BPJS Ketenagakerjaan khususnya bagian keuangan bisa mengetahui aliran dana yamg masuk dan yang keluar dengan cepat dan dapat termonitor dengan baik.


Perusahaan yang dipimpin oleh Elvyn G. Masassya, ini juga menerapkan virtual account, yakni perusahaan yang membayar iuran kepada BPJS Ketenagakerjaan bisa langsung terhubung secara online.


UU BPJS menegaskan aset Dana Jaminan Sosial (DJS) bukan aset BPJS. Penegasan ini untuk memastikan DJS merupakan dana amanat milik seluruh peserta dan bukan aset BPJS. Pengelolaan aset jaminan sosial oleh BPJS mencakup sumber aset liabilitas, penggunaan, pengembangan kesehatan keuangan, dan pertanggungjawaban.