Sekali Berarti, Sudah Itu Mati

Oleh: Andi Nursaiful (Administrator) - 28 October 2013
Naskah: Andi Nursaiful Foto: Dok. MO

Seandainya Chairil Anwar masih hidup, ia tidak akan keberatan bahwa kalimatnya yang sangat terkenal itu menjadi judul tulisan utama ini. Apa yang diucapkan sastrawan muda itu memang benar-benar terwujud.

Bukan saja ia sendiri mati muda setelah memberi arti besar, namun puluhan tahun kemudian, kalimatnya tetap berlaku secara universal. Mengenang hari pemuda di bulan ini, kami menyajikan artikel seputar anak-anak muda inspiratif yang mengubah jalannya sejarah, lalu mati dan menjadi legenda.


Dari Chairil Anwar hingga Ustad Jefry (Uje), dari Soe Hok Gie hingga Nuku Sulaiman. Dari Kurt Cobain hingga Nike Ardilla, bahkan dari Joan of Arc hingga JFK, mereka adalah orang-orang muda yang hidupnya singkat namun penuh arti. Umumnya mereka mengalami kematian tragis yang memilukan. Baik itu tewas dalam perang, korban revolusi, pembunuhan, eksekusi mati, kecelakaan, penyakit, overdosis obat-obat terlarang, hingga mati bunuh diri.

Anda mungkin kerap mendengar kalimat live fast, die young. Itulah idiom yang sering digunakan tokoh-tokoh legendaris di masih-masing bidangnya. Kalimat itu seolah menyampaikan pesan: Jika ingin menjadi legenda, inspirasikan banyak orang dan segeralah mati muda. Mungkin saja terdengar ektrem, namun dalam catatan sejarah, seperti itulah yang kerap terjadi.

Bahkan dalam cerita wayang, semua pemuda putra Pandawa tewas dalam perang Bharatayudha. Baik itu ketiga putra Arjuna (Wisanggeni, Antareja, Antasena), maupun kedua putra Bima (Antareja dan Antasena). Semua mati dalam suasana perang, meskipun dikatakan paling sakti dan tidak satupun tokoh dunia pewayangan yang dapat mengalahkan mereka. Mereka semua mati muda, menjadi tumbal perang, kemenangan bagi ayah-ayah mereka, sebab kisah Mahabharata adalah milik para Pandawa.

Dalam dunia nyata, catatan sejarah membuktikan bahwa tak sedikit pemuda yang rela mati untuk kemenangan. Mereka memulai gerakan pembaharuan, mengispirasi banyak orang, dan rela mati untuk sesuatu yang berharga, lalu menjadi pahlawan-pahlawan sejati, tercatat maupun tidak dalam buku-buku sejarah.

Di zaman Mesir Kuno, firaun Tutankhamun bersinar sebagai raja muda yang paling terkenal sepanjang sejarah. Ia memerintah dari 1334-1323 SM, periode yang dikenal sebagai Kerajaan Baru. Di puncak kejayaannya, Tutankhamun meninggal pada usia 19 tahun. Sejumlah ilmuwan Mesir yang menyelidiki muminya menemukan parasit malaria dalam DNA darahnya, seperti dimuat dalam Journal of the American Medical Association.

Di awal abad pertengahan di Perancis, ada Joan of Arc atau Jeanne d'Arc, perempuan muda perkasa yang sangat terkenal di medan laga dan mengispirasi begitu banyak orang. Komandan pasukan Perancis ini meninggal tahun 1431 pada usia 19 tahun akibat dihukum mati dengan cara dibakar hidup-hidup.

Dicatat sebagai pahlawan besar Perancis, sekaligus orang suci (santa) dalam Katolik, Joan of Arc yang juga dikenal dengan La Pucelle (sang dara atau sang perawan), mampu membangkitkan semangat pasukan Charles VII untuk merebut kembali bekas wilayah kekuasaan mereka yang dikuasai Inggris dan Burgundi pada masa Perang Seratus Tahun.

Bukan hanya bagi Perancis, Joan juga menjadi tokoh penting dalam sejarah Barat. Sejak zaman Napoleon hingga kini politisi Perancis dari berbagai partai membangkitkan kenangan terhadapnya. Banyak penulis dan komponis, termasuk Shakespeare, Voltaire, Schiller, Verdi, Tchaikovsky, Twain, Shaw, dan Brecht, menciptakan berbagai karya mengenai dirinya.

Jeanne d'Arc menjadi simbol politis di Perancis sejak zaman Napoleon. Kaum liberal menekankan pada asal keturunannya yang sederhana. Kaum konservatif awal menekankan pada dukungannya terhadap monarki. Sementara kaum konservatif belakangan mengenang nasionalismenya.

Selama era Perang Dunia II, baik Vichy Regime maupun French Resistance menggunakan simbol Joan. Katolik tradisional, terutama di Perancis, juga menggunakannya sebagai sumber inspirasi. Dewasa ini, partai politik kontroversial Perancis, Front National, selalu mengadakan pawai di patungnya, menggunakan figurnya dalam publikasi partai, serta menggunakan api triwarna, yang menyimbolkan pengorbanan Jeanne, sebagai lambang partai.

Lantas siapa pula yang tak mengenal John Fitzgerald Kennedy (JFK), presiden muda AS yang hidupnya berujung tragis oleh sebutir timah panas pada 1963 di usia yang tergolong sangat muda untuk ukuran presiden. Kalimatnya yang fenomenal, “Jangan tanyakan apa yang telah negara berikan kepadamu, tapi tanyakanlah apa yang telah engkau berikan untuk negaramu,” telah menginspirasi seluruh dunia.

Meski hanya menjabat singkat, presiden AS ke-35 yang dikenal sangat piawai berorasi, ini, telah memberi dampak besar pada warga AS hingga kini. Selain kalimat tadi yang mampu mengubah cara banyak orang merasa dan bertindak terhadap Amerika.

Ia juga dikenal karena mempromosikan perdamaian antara bangsa-bangsa yang berbeda, dan pencetus ide pasukan perdamaian dunia. Di saat bersamaan, ia berhasil mengatasi krisis perang nuklir dengan Kuba maupun Uni Soviet, yang membuat warga AS merasa lebih aman. Komitmen kuat JFK pula yang berhasil mendaratkan manusia pertama di bulan.

Di dunia aktivis, mungkin Anda tak banyak mengenal Emilio Jacinto yang meninggal di usia 23 tahun pada 1899 akibat malaria. Padahal dialah pemimpin muda revolusi Filipina yang pertama kali membangkitkan nasionalisme bangsa Filipina melalui tulisan-tulisannya. Ia adalah aktivis Katipunan, gerakan revolusi Filipina melawan penjajah Spanyol di abad ke-19. Ia dianggap sebagai “hati dan otaknya” Katipunan.

Di era modern, ada pula aktivis AIDS AS bernama Ryan White yang meninggal pada usia 18 tahun. Ironisnya, ia meninggal pada 1990 akibat radang paru-paru dari komplikasi HIV.

Tak bisa dilupakan pula, aktivis kemanusiaan anggota Gerakan Solidaritas Internasional (ISM), Rachel Corrie yang meninggal pada 2003 (usia 23 tahun) setelah digilas traktor Israel saat membela rumah warga Palestina yang akan dirubuhkan oleh tentara IDF. Rachel bahkan tak mengenal si pemilik rumah. Namun tindakannya menghebohkan dunia akan kekejaman Israel dan sisi kepahlawanan membela yang lemah atas dasar kemanusiaan.

Dari Tanah Air, tentu Anda mengenal Soe Hok Gie, aktivis dan tokoh demonstran mahasiswa Universitas Indonesia pada era 1960-an, yang terkenal berkat catatan-catatan dan aksinya dalam melawan ketidakbenaran. Anak gunung ini mati muda pada 1969 setelah menghirup gas beracun di puncak Gunung Semeru, Jawa Timur.

Jejak Soe Hok Gie lantas banyak diikuti para aktivis mahasiswa, namun kisah hidupnya yang berakhir di usia muda setelah banyak memberi arti, hanya diikuti oleh ...