Mereka yang Terkaya di Dunia Politik 2013

Oleh: Andi Nursaiful (Administrator) - 30 April 2013
Presiden tak selamanya hidup mewah. Bahkan, untuk ukuran pemimpin negara, dua presiden di bawah ini tergolong terlalu sederhana.

Presiden Uruguay, Jose Mujica, yang dilantik pada 2010 lalu, mendonasikan 90 persen gajinya setiap bulan, yaitu USD12.000 atau hampir Rp120 juta, untuk berbagai kegiatan amal. Tak hanya itu, pria yang oleh kawan-kawannya dipanggil Pepe ini juga menolak tinggal di kediaman resmi kepresidenan di ibu kota, Montevideo. Mujica lebih memilih tinggal di tanah pertanian di luar ibu kota. Bahkan, jalan menuju kediaman Mujica belum dilapisi aspal.

Tak ada penjagaan ketat pasukan elite kepresidenan. Hanya dua polisi dan anjingnya yang hanya memiliki tiga kaki, Manuela. Mujica dan istrinya menanam sendiri bunga-bunga yang menjadi pemasukan baginya.
 
“Saya disebut presiden termiskin di dunia, tetapi saya tak merasa miskin. Orang miskin adalah mereka yang bekerja hanya untuk menjaga gaya hidup mewahnya dan selalu menginginkan lebih,” begitu katanya.

Dengan mendonasikan sebagian besar gajinya, setiap bulan Mujica hanya menerima kurang dari Rp800.000. Ketika kekayaan pribadinya diumumkan pada 2010, totalnya USD1.000 atau kurang dari Rp10 juta.

Setelah dua tahun menjadi presiden, kekayaan Mujica bertambah. Itu pun setelah dia menambahkan aset milik istrinya, berupa tanah, beberapa traktor, dan sebuah rumah. Kekayaannya kini mencapai USD215.000 atau sekitar Rp2 miliar, tetap terbilang kere untuk seorang kepala negara.

Satu lagi orang paling berkuasa di negerinya, namun sama sekali tidak kaya adalah Presiden Iran
Mahmoud Ahmadinejad. Kekayaan dan propertinya hanya sebuah sedan Peugeot 504 tahun 1977, sebuah rumah sederhana warisan ayahnya 40 tahun yang lalu di sebuah daerah kumuh di Teheran.

"Ketika bercermin, saya melihat orang di dalam cermin itu dan mengatakan kepadanya: Ingat, kau tak lebih dari seorang pelayan, hari di depanmu penuh dengan tanggung jawab yang berat, yaitu melayani bangsa Iran," kata Ahmadinejad ketika diwawancarai TV Fox (AS).

Saat pertama kali menduduki kantor kepresidenan, ia menyumbangkan seluruh karpet istana Iran yang sangat tinggi nilainya kepada masjid di Teheran, dan menggantikannya dengan karpet biasa yang mudah dibersihkan. Sebagai presiden, ia masih tinggal di rumahnya.

Rekening banknya pun bersaldo minimum, dan satu-satunnya uang masuk baginya adalah uang gaji bulanannya sebagai dosen di sebuah universitas senilai USD250. Gaji sebagaio presiden ia tolak, dengan alasan semua kesejahteraan adalah milik negara dan ia bertugas untuk menjaganya.

Tiap hari ia membawa tas sederhana berisi sarapan roti isi atau roti keju yang disiapkan istrinya, dan menghentikan kebiasaan menyediakan makanan yang dikhususkan untuk presiden. Ia juga menghentikan kebiasaan upacara karpet merah, sesi foto, atau publikasi pribadi, atau hal-hal seperti itu saat mengunjungi berbagai tempat di negaranya.

Saat harus menginap di hotel, ia meminta diberikan kamar tanpa tempat tidur yang tidak terlalu besar karena ia tidak suka tidur di atas kasur, tetapi lebih suka tidur di lantai beralaskan karpet dan selimut.