Budi Santoso (Menteri Perdagangan RI), Mendongkrak Kinerja dengan Tiga Pilar Utama

Oleh: Syulianita (Editor) - 15 May 2025

Naskah: Sahrudi Foto: Abdul Razzak Jauhar/Dok. Kemendag

Tenang dan tak banyak bicara namun cekatan dalam menjalankan tugas, begitulah sekilas pola kerja Dr. Budi Santoso., M.Si yang ditunjuk Presiden Prabowo Subianto sebagai Menteri Perdagangan dalam Kabinet Merah Putih. Tengok saja, sejak memimpin kementerian itu pada Oktober 2024 sudah cukup banyak terobosan dan gebrakan yang dilakukan oleh pria yang lahir dan besar di Kelurahan Sonorejo, Kecamatan Sukoharjo, Jawa Tengah ini.

Kepiawaian Budi Santoso atau akrab disapa Busan dalam mengelola kinerja di Kementerian Perdagangan tentu bukan hal yang aneh mengingat ia bukan orang baru di Kementerian Perdagangan. Ia mengawali karir di Kementerian Perdagangan (Kemendag) dari bawah hingga menjabat Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan. Sehingga ia paham betul apa yang harus dilakukan di Kementerian tersebut. Tapi yang pasti, saat ditemui tim dari Men’s Obsession di ruang kerjanya, Busan menegaskan bahwa Kemendag akan terus berupaya meningkatkan kinerja perdagangan dengan mendorong kebijakan dan program kerja yang tepat melalui tiga pilar utama dalam strategi perdagangan. Ketiga pilar tersebut, yaitu Pengamanan Pasar Domestik, Perluasan Pasar Ekspor, serta Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah Berani Inovasi, Siap Adaptasi Ekspor (UMKM BISA Ekspor).

Dengan kinerja yang luar biasa, tak heran jika neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2025 ini tercatat surplus USD 3,10 miliar. Surplus ini berturut-turut tercapai sudah selama 58 bulan sejak Mei 2020. Sementara itu, surplus pada Januari-Desember 2024 tercatat sebesar USD 31,04 miliar. Sedangkan, secara kumulatif, kinerja ekspor 2024 naik 2,29 persen dibanding periode 2023. Selain itu, dalam lima tahun terakhir (2020-2024), tren kinerja ekspor mampu tumbuh rata-rata sebesar 11,39 persen per tahun dengan neraca perdangan yang surplus rata-rata sebesar 7,94 persen. Lalu pada Maret 2025, neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus sebesar USD 4,33 miliar. Angka ini lebih tinggi dibandingkan surplus Februari 2025 yang sebesar USD 3,10 miliar. Surplus Maret 2025 ini didorong surplus nonmigas sebesar USD 6,00 miliar dan defisit migas sebesar USD 1,67 miliar.

Kinerja Perdagangan Dapat Terjaga Meski Ada Efisiensi

Di ruang kerjanya yang tertata apik, Mendag Busan banyak menyampaikan pencapaian yang telah ditorehkan kementeriannya. Dan itu terangkum dalam wawancara kami berikut ini:

 

Mohon jelaskan progres program quick wins dari Kemendag dalam mengorkestrasi visi dan misi besar Presiden Prabowo Subianto di sektor perdagangan?

Visi Presiden dan Wakil Presiden periode 2025-2029 adalah “Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045”. Pencapaian visi Presiden dilaksanakan melalui 8 Misi (Asta Cita). Dalam mendukung pencapaian visi dan misi tersebut, Kementerian Perdagangan memiliki tiga program kerja prioritas yang merupakan bagian dari Program Quick Wins kementerian dan lembaga di bidang perekonomian. Ketiga program kerja prioritas Kemendag tersebut, yaitu Pengamanan Pasar Dalam Negeri; Perluasan Pasar Ekspor; dan Peningkatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Berani Inovasi, Siap Adaptasi Ekspor (UMKM BISA Ekspor). 

Jika dikaitkan dengan Asta Cita, Program Pengamanan Pasar Dalam Negeri dan UMKM BISA Ekspor mendukung pencapaian Asta Cita 5, yaitu melanjutkan hilirisasi dan mengembangkan industri berbasis sumber daya alam untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri. Sementara, program Perluasan Pasar Ekspor untuk mendukung pencapaian Asta Cita 2, yaitu memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi syariah, ekonomi digilal, ekonomi hijau, dan ekonomi biru.

Adapun gambaran dari ketiga program kerja prioritas adalah sebagai berikut, untuk pengamanan pasar dalam negeri, antara lain meliputi pengendalian impor ilegal, peningkatan pemberdayaan konsumen, stabilisasi harga dan ketersediaan barang kebutuhan pokok, kepastian dan kemudahan berusaha, pemberdayaan dan pengembangan produk dalam negeri, fasilitasi dan pengembangan produk dalam negeri, serta tindakan pengamanan perdagangan.

Kemudian perluasan pasar ekspor, antara lain melalui penyelesaian perundingan kerja sama perdagangan. Saat ini Indonesia memiliki 19 perjanjian kerja sama perdagangan yang sudah implementasi, 10 perjanjian dalam proses ratifikasi, serta 16 perjanjian dalam proses perundingan. Kemudian, ada juga UMKM BISA Ekspor, yang antara lain melalui kegiatan business matching yang dilakukan secara daring maupun luring melibatkan perwakilan perdagangan. 

 

Kemendag seperti juga kementerian lainnya mengalami pemangkasan anggaran. Apakah hal itu mengganggu progres kerja kementerian yang sudah disiapkan?

Presiden telah mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja dalam Pelaksanaan APBN dan APBD Tahun Anggaran 2025. Instruksi ini telah kami implementasikan pada Kementerian Perdagangan. Efisiensi anggaran dilakukan dengan mengurangi belanja nonprioritas seperti perjalanan dinas, rapat di hotel, dan belanja lainnya sesuai dengan yang ditetapkan dalam Inpres tersebut.

Kami memastikan bahwa program program Kementerian Perdagangan dan pelayanan kepada masyarakat tetap berjalan dengan baik dan kinerja perdagangan dapat terjaga meskipun ada efisiensi. Sebagai contoh, kegiatan business matching dan pitching masih tetap berjalan dengan baik, meskipun dilaksanakan secara daring.

 

Bagaimana pandangan Bapak terkait perang dagang telah digulirkan AS terhadap sejumlah negara. Bagaimana langkah dan kebijakan Kemendag dalam memitigasi, termasuk melindungi industri domestik dari potensi ”banjir” impor?

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memang telah mengeluarkan beberapa kebijakan perdagangan, seperti penerapan tarif tambahan sebesar 25% terhadap impor baja dan aluminium dari seluruh negara, serta rencana penerapan tarif impor resiprokal/setara dengan tarif dan hambatan non-tarif yang dikenakan negara lain terhadap AS (Fair and Reciprocal Plan).

Sebagai pasar tujuan ekspor dan penyumbang surplus terbesar kedua bagi Indonesia, maka penting untuk tetap mempertahankan akses pasar di AS dan untuk itu diperlukan respon yang terukur dan komprehensif dalam menanggapi kebijakan AS.

Beberapa opsi mitigasi yang menjadi pertimbangan Kementerian Perdagangan adalah: (1) dialog strategis Indonesia – AS sebagai platform kerja sama ekonomi dan diplomasi perdagangan; (2) mereaktifasi dan memperbarui Indonesia – US TIFA (Trade and Investment Framework Agreement) yang dibentuk tahun 1996; (3) mengeksplorasi perjanjian dagang terbatas (limited trade deal) untuk pengurangan tarif dan penyelesaian isu non-tarif yang menjadi kepentingan kedua negara, (4) serta penguatan kerja sama investasi diberbagai sektor strategis seperti sektor ekstrasi, energi, kesehatan, teknologi informasi, pangan dan lainnya. Di samping itu, Pemerintah Indonesia juga perlu memperkuat komunikasi dan lobi strategis dengan Amerika Serikat. 

 

Di tengah tren penurunan harga komoditas ekspor andalan. Apa saja tantangan terbesar yang dihadapi Kemendag dan bagaimana mengantisipasinya?

Saat ini perdagangan global memang dihadapkan pada berbagai tantangan besar, antara lain ketidakpastian perekonomian global, kebijakan proteksionisme, perang dagang, dan berbagai konflik geo-politik yang mempengaruhi harga komoditas.

Tentu kondisi ini juga berdampak pada perdagangan Indonesia dan menjadi tantangan bagi Kementerian Perdagangan. Salah satunya adalah ketergantungan tinggi pada pasar ekspor negara mitra dagang utama, seperti Tiongkok, India, dan Amerika Serikat, sehingga saat permintaan mereka turun, ekspor Indonesia juga ikut tertekan. Selain itu, beberapa produk utama ekspor Indonesia juga masih berupa komoditas primer, seperti batu bara yang rentan terhadap ekonomi global.

Beberapa langkah yang dilakukan Kementerian Perdagangan untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut adalah melakukan diversifikasi produk ekspor dengan cara mendorong ekspor produk manufaktur atau produk bernilai tambah tinggi, produk kreatif dan jasa. Kemudian kami juga melakukan penguatan diplomasi ekonomi dengan menggunakan jalur diplomasi bilateral dan multilateral untuk mengatasi hambatan perdagangan & proteksionisme di negara mitra. 

Terpenting juga adalah memfasilitasi UMKM melalui program UMKM BISA Ekspor, diantaranya dengan internasionalisasi UMKM, memberikan fasilitasi berupa pelatihan ekspor, akses pembiayaan, digitalisasi, serta promosi produk UMKM ke pasar global. 

Kemendag juga melakukan peningkatan kualitas produk dan standar internasional terhadap produk Indonesia dengan cara membantu pelaku usaha untuk memenuhi standar mutu, sertifikasi, dan tren pasar internasional (misalnya, produk ramah lingkungan, sertifikasi halal). Untuk itulah kami bersinergi dengan kementerian/lembaga terkait untuk mengurangi biaya logistik, memperbaiki konektivitas pelabuhan, jalan, dan sistem digital perdagangan.