Waspada Decision Fatigue Akibat Terlalu Sering Menentukan Keputusan

Otak tidak hanya bisa lelah karena bekerja, tetapi juga karena terlalu sering memilih. Kelelahan ini bisa mengacaukan logika, melemahkan fokus, dan menurunkan daya tahan tubuh secara halus.
Kelelahan mental sering muncul tanpa disadari saat seseorang terlalu banyak mengambil keputusan dalam satu hari. Bukan karena kompleksnya persoalan, tetapi karena otak manusia hanya memiliki kapasitas terbatas untuk menyaring informasi dan menentukan arah. Pemimpin, pelaku usaha, hingga profesional di berbagai lini kerap mengalami kondisi ini tanpa menyadari dampaknya.
Beban keputusan berlebihan meningkatkan kortisol (hormon stres), yang mengganggu fungsi kognitif dan emosional. Jika tidak dikelola dengan baik, kelelahan kognitif dapat melemahkan daya pikir strategis, menurunkan produktivitas, serta mengganggu stabilitas emosi.
Fenomena ini dikenal dalam dunia medis sebagai decision fatigue. Istilah ini merujuk pada kondisi saat otak mengalami penurunan kemampuan dalam membuat keputusan akibat kelelahan. Seperti dijelaskan Baumeister (2011), bagian prefrontal cortex, area otak yang berperan dalam logika dan pengambilan risiko, mengalami penurunan performa setelah digunakan terus-menerus. Agar tidak terjebak dalam kabut mental yang berkepanjangan, beberapa langkah berikut dapat dilakukan untuk menjaga kejernihan berpikir.
1. Kenali Tanda-Tanda Otak yang Mulai Kehabisan Energi
Seseorang yang mengalami decision fatigue biasanya merasa sulit menentukan prioritas, kehilangan fokus, atau menunda keputusan yang sebenarnya sederhana. Bahkan, dalam kondisi ekstrem, bisa muncul rasa frustrasi hanya karena harus memilih satu dari beberapa opsi yang sama-sama rasional. Gejala ini tidak selalu muncul tiba-tiba, melainkan akumulatif, diperparah oleh tekanan, multitasking, dan tuntutan kerja yang tidak kunjung berakhir.
2. Pahami Bahwa Glukosa dan Kortisol Ikut Berperan
Setiap proses pengambilan keputusan membutuhkan energi. Otak menggunakan glukosa sebagai sumber utama untuk menjalankan fungsi-fungsi kognitif, terutama ketika dihadapkan pada pilihan yang kompleks. Jika pasokan energi ini menipis, kemampuan berpikir jernih pun akan melemah. Di saat yang sama, tekanan kerja yang berlebihan memicu peningkatan hormon kortisol yang dapat mengganggu kestabilan emosi. Kombinasi antara kelelahan mental dan stres ini sering kali mendorong seseorang bertindak impulsif, bersikap defensif, atau justru menarik diri dari tanggung jawab yang seharusnya dihadapi.
3. Kurangi Beban Pilihan Sehari-Hari Lewat Rutinitas
Membangun rutinitas harian yang konsisten dapat menjadi solusi sederhana namun efektif. Tokoh seperti Steve Jobs dan Mark Zuckerberg secara sengaja memilih pakaian yang serupa setiap hari untuk mengurangi keputusan kecil yang tidak perlu. Sederhanakan pilihan. Konsep ini juga bisa diterapkan dalam berbagai hal, misalnya dari menu sarapan, urutan aktivitas pagi, hingga waktu istirahat. Dengan begitu, energi mental dapat dialokasikan untuk hal yang lebih penting.
Berikutnya: Sadari Bahwa Kejernihan Pikiran Harus Terjaga