H. Satono S.Sos.I., M.H. (Bupati Sambas), Membangun Fisik dan Spiritual untuk ‘Sambas Berkemajuan’

Oleh: Syulianita (Editor) - 15 April 2023

Keberagaman Adalah Kekuatan

Tenang namun cerdas dan visioner, begitulah kesan yang dapat ditangkap dari penampilan H. Satono, sosok yang kini menjabat Bupati Sambas, Kalimantan Barat. Sebagai kepala daerah, pria berdarah Tionghoa yang fasih membaca al Quran ini memiliki visi pembangunan yang jauh ke depan bagi daerahnya. Baik pembangunan fisik maupun spiritual. Ia juga memiliki pandangan jika pembangunan fisik dan spiritual diseimbangkan maka pembangunan manusia yang sejati dapat tercapai, termasuk mewujudkan persatuan dan kesatuan baik lintas suku, golongan maupun agama.

Baginya, menjaga persatuan dan merawat keberagaman adalah sebuah keniscayaan. Sebab baginya, keberagaman adalah kekuatan untuk maju bersama. Intisari pemikiran dan tindakannya itu terungkap dalam wawancara majalah ‘Mens Obsession’ belum lama ini. Berikut kutipannya:

Apa makna pembangunan spiritual masyarakat dalam pandangan Bapak?

Pembangunan spiritual merupakan pembangunan dalam pengembangan rohani dan rasa kesetiakawanan sosial yang tercermin dalam keselarasan hubungan antara manusia dan Tuhannya, antara sesama manusia, serta antara manusia dan lingkungan alam sekitarnya.

 

Selama kepemimpinan Bapak apa saja pembangunan di bidang spiritual dan keagamaan yang telah, sedang dan akan Bapak lakukan?

Seperti diketahui, salah satu visi Kabupaten Sambas adalah Terwujudnya Sambas Yang Beriman, Kemandirian, Maju dan Berkelanjutan. Beriman mempunyai makna adalah kondisi kehidupan masyarakat yang agamis, beriman dan takwa pada Allah, Tuhan YME, taat dan tertib hukum serta penyelenggaraan pemerintahan yang good and clean Government.

Sasaran yang ingin dicapai adalah selaras dengan misi meningkatkan kualitas kehidupan yang agamis pada semua lini kehidupan dalam bingkai persatuan antar elemen masyarakat. Pemerintah Kabupaten Sambas memastikan pembangunan bersifat material dan spiritual itu seimbang. Karena keseimbangan dalam pembangunan, juga menunjukkan keberhasilan pemerintah dalam melaksanakan tugasnya. Apabila pembangunan material dikedepankan, maka masyarakatnya akan menjadi lebih materialistik, cenderung mengesampingkan agama dan Tuhan. Sebaliknya, apabila mengedepankan spiritual maka dapat memunculkan pandangan hidup yang fanatik dan cenderung intoleran.

Hal ini juga terkait dengan tugas pemerintah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama. Tugas tersebut, antara lain pemeliharaan kerukunan, pemberdayaan FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) dan pendirian rumah ibadah. Ini tertuang dalam Peraturan Bersama Menteri (PBM) No. 9 dan 8/2006, tentang Kerukunan dan Keharmonisan Antar Umat Beragama. Memelihara kerukunan itu, sama dengan memelihara persatuan. Bahkan kerukunan, jauh lebih kuat posisinya dibandingkan persatuan. Sebab, dengan kerukunan, umat beragama dapat saling menerima, saling menghormati, juga senantiasatolong-menolong dalam mencapai tujuan.

Atas dasar itu, Pemerintah Kabupaten Sambas berharap FKUB dapat membina masyarakat dalam merajut kebhinekaan dan melakukan langkah preventif untuk mengantisipasi masuknya paham radikalisme di Kabupaten Sambas. Hal tersebut dapat dipenuhi melalui pendidikan tentang ajaran agama yang benar, mengembangkan nilai-nilai kebangsaan dalam bersikap dan berperilaku yang sesuai dengan Pancasila, serta memahami fungsi dari UUD 1945.

 

Bagaimana Bapak mengintegrasikan antara pembangunan fisik dan pembangunan spiritual?

Pemerintah Kabupaten Sambas berkomitmen membawa konsep pembangunan yang memiliki keseimbangan antara pembangunan fisik dan pembangunan spiritual, dengan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan sosial kemasyarakatan yang seimbang antara fisik dan mental spiritual, akan menciptakan tatanan kehidupan yang berkah dan bernilai bagi masyarakat. 

Sejauh mana kemajuan pembangunan tempat peribadatan di Sambas?

Untuk memacu pembangunan material dan spiritual tersebut, Pemerintah Kabupaten Sambas mengalokasikan anggaran untuk pengembangan FKUB, organisasi kemasyarakatan  keagamaan, rumah ibadah, kegiatan keagamaan. Keseimbangan pembangunan spiritual dan material ini penting untuk Kabupaten Sambas yang tak lama lagi akan menghadapi pemilihan umum kepala daerah Serentak 2024. Pentingnya pemeliharaan kerukunan pada momen penting seperti itu, dikarenakan Kabupaten Sambas merupakan salah satu daerah yang majemuk dan plural sehingga sangat rawan konflik. Sumber konfliknya, mulai isu SARA dan mudahnya masyarakat terprovokasi berita hoaks dan hate speech. Nah, FKUB merupakan ujung tombak dalam pembinaan kerukunan umat beragama serta meminimalkan konflik yang ditimbulkan oleh perbedaan intern maupun antar umat beragama. Terciptanya kerukunan umat beragama, merupakan kunci dari suksesnya pelaksanaan Pilkada Serentak 2024 di Kabupaten Sambas.

 

Bagaimana tingkat toleransi antarumat beragama di Sambas?

Kabupaten Sambas dihuni masyarakat majemuk, beragam suku, agama ras dan budaya. Keberagaman tersebut merupakan kekuatan dan potensi yang dimiliki. Kerukunan umat adalah bagian integral dari kerukunan nasional dan kerukunan nasional menjadi prasyarat pelaksanaan pembangunan nasional diberbagai bidang. Peran dan fungsi strategis tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat yang tergabung dalam lembaga dan organisasi keagamaan mendorong terwujudnya kerukunan umat.

Karena itu saya harus pastikan perayaan-perayaan keagamaan di Kabupaten Sambas berlangsung hikmat  serta berjalan aman dan lancar. Toleransi masyarakat Kabupaten Sambas yang terdiri dari berbagai suku dan ras saya nilai sudah cukup baik. Pemerintah Daerah bersama masyarakat saling bahu membahu, bersinergi demi membangun iklim yang kondusif dan menjadi wadah menjalin komunikasi yang baik.

 

Kalau boleh tahu berapa komposisi secara grafis penganut antaragama di Sambas?

Kalau dalam persentase, umat Islam di Sambas itu 88 persen, kurang lebih 563.778 orang, lalu untuk umat Kristen ada  11.791 orang atau 2%. Kemudian penganut Katholik ada 18.507 orang atau 3%. Untuk umat Hindu ada 188 orang atau 0,0003%, kemudian umat Budha 42.430 orang atau 7%, sementara umat Konghucu 3.045 atau 0,04% dan pengikut aliran kepercayaan ada 2 orang. Jadi jumlah semuanya 639.741 orang. 

 

Mohon jelaskan aktivitas keagamaan yang telah Bapak lakukan kepada semua agama yang ada di Sambas?

Aktivitas keagamaan di Kabupaten Sambas berjalan dengan baik, hal tersebut sebagai awal dari penguatan iman dan takwa kepada Allah SWT. Aktivitas keagamaan yang dilakukan, antara lain pembangunan rumah ibadah, kunjungan keagamaan serta menerima tokoh-tokoh agama di Kabupaten Sambas.

 

Apakah pernah terjadi friksi antarumat beragama di Sambas?

Selama kepemimpinan saya, belum pernah terjadi friksi antarumat beragama di Sambas.

Sebagai Muslim, apa saja kegiatan utama yang Bapak lakukan selama Ramadhan?

Kegiatan-kegiatan keagamaan yang kami lakukan selama bulan Ramadhan kali ini adalah melakukan Safari Ramadhan bersama perangkat daerah lainnya, memberikan bantuan kepada rumah ibadah dan berdiskusi dengan tokoh-tokoh agama.

 

Apa saja kebijakan Bapak dalam upaya meningkatkan nilai spiritual keislaman kepada umat Muslimin di Sambas?

Salah satu kebijakan terkait nilai spiritual keislaman adalah terbitnya Surat Edaran Bupati No. 400/118/Kesra-a tentang Himbauan Gerakan Sholat Berjamaah Dan Literasi Kitab Suci bagi siswa dan siswi, mahasiswa dan mahasiswi serta Aparatur Sipil Negara  di Kabupaten Sambas  sebagai manifestasi dari Visi Dan Misi Pemerintah Kabupaten Sambas, dimana diantaranya adalah terwujudnya Sambas yang beriman, kemandirian, maju dan berkelanjutan.

Visi beriman, bermakna adalah kondisi kehidupan masyarakatnya yang agamis, beriman dan takwa pada Allah Tuhan YME, taat dan tertib hukum serta penyelenggaraan pemerintahan yang good and clean government. Sasaran yang ingin dicapai adalah selaras dengan misi meningkatkan kualitas kehidupan yang agamis pada semua lini kehidupan dalam bingkai persatuan antar elemen masyarakat. 

 

Apa pesan dan kesan Bapak untuk Ramadhan dan menyambut hari raya Idulfitri tahun ini?

Ibadah Puasa di bulan Ramadhan yang baru saja kita laksanakan, sesungguhnya adalah suatu proses pendidikan yang berkelanjutan dan berkesinambungan bagi orang-orang yang beriman yang mengantarkannya pada puncak nilainilai kemanusiaan yang disebut dengan taqwa. Ramadhan adalah pesan moral atau tahdzibun nafsi, artinya kita harus selalu mawas diri pada musuh terbesar umat manusia, yakni hawa nafsu sebagai musuh yang tidak pernah mau berdamai.

Pesan sosial yang terlukiskan dengan baik dan indah, yang justru terlihat pada detik-detik akhir Ramadhan dan gerbang menuju bulan syawal, yaitu ketika umat muslim mengeluarkan zakat fitrah kepada yang berhak menerimanya, sehingga tampak bagaimana tali silaturahmi serta semangat untuk berbagi demikian nyata terjadi. Tidak hanya ketika Ramadhan menjelang, akan tetapi sifat perilaku terpuji ini akan selalu ada di luar harihari selepas Ramadhan setelah timbul kesadaran mudah untuk berbagi dengan sesama. Orang yang menerima zakat harus merasa terbantu hidupnya, sedangkan yang berzakat mendapatkan jaminan dan balasan berupa pahala kebaikan dari Allah.

Kemudian ada juga pesan jihadnya di Ramadhan ini. Jihad yang dimaksud di sini bukanlah jihad dalam pengertian sempit, melainkan jihad dalam pengertian yang utuh, yaitu mengorbankan segala yang kita miliki, baik tenaga, harta benda maupun jiwa kita untuk mencapai keridhoan Allah. Terutama jihad melawan hawa nafsu kita sendiri, yang disebut jihadul akbar.

Dalam konteks masyarakat Indonesia saat ini, jihad yang kita butuhkan adalah upaya mendukung terbangunnya sebuah sistem sosial yang bermartabat, berkeadilan, dan sejahtera yang bersendikan pada ketaatan kepada Allah. Jihad untuk dapat mengendalikan hawa nafsu dari seluruh hal yang dapat merugikan diri kita sendiri ataupun bahkan orang lain.