Sanitiar Burhanuddin (Jaksa Agung RI), Membawa Kejaksaan pada Kejayaan

Oleh: Syulianita (Editor) - 23 December 2022

"Keadilan Itu Ada di Hati Nurani"

Obsesi Sanitiar Burhanuddin untuk bisa menyeimbangkan rasa keadilan di tengah masyarakat menjadi pemicu ia bekerja keras dalam meningkatkan kinerja baik ketika masih menjadi jaksa hingga menjadi Jaksa Agung kini. Ia menyampaikan banyak tentang obsesinya bagi penegakan hukum di negeri ini dalam wawancara dengan Men’s Obsession. Berikut petikan wawancaranya:

 

Mohon jelaskan secara singkat perjalanan karir Bapak, hingga mendapat amanah sebagai Jaksa Agung?

Sebagai seorang lulusan sarjana hukum, tentu saya mempunyai harapan dan cita-cita bagaimana menerapkan dan memanfaatkan keilmuan yang saya dapat di bangku kuliah. Setelah menyandang gelar Sarjana Hukum, pada tahun 1987 saya mengikuti seleksi penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Kejaksaan Republik Indonesia dan mengawali karier di Kejaksaan Tinggi Jambi. Saya dilantik menjadi Jaksa setelah mengikuti Pendidikan Pelatihan Pembentukan Jaksa pada tahun 1990/1991.

Sebagai seorang Jaksa, Saya telah menjalankan tugas di berbagai daerah dan menduduki beberapa jabatan strategis, termasuk menjadi pimpinan satuan kerja, di antaranya Kepala Kejaksaan Negeri Bangko, Kepala Kejaksaan Negeri Cilacap, Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Aceh, Kepala Kejaksaan Tinggi Maluku Utara, Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan, hingga akhirnya mencapai puncak karier tertinggi di Kejaksaan dengan dipercaya menjabat sebagai Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara tahun 2011. Kemudian tepatnya pada tanggal 23 Oktober 2019, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo mengamanahkan tugas untuk memegang tongkat komando tertinggi Kejaksaan Republik Indonesia sebagai Jaksa Agung Republik Indonesia.

 

Apa yang membuat Bapak tertarik berkarir di bidang hukum?

Sebagaimana yang telah saya sampaikan, sebagai seorang lulusan sarjana hukum tentu sangat senang sekali ketika diberikan kesempatan untuk dapat menerapkan dan memanfaatkan keilmuan yang didapat di bangku kuliah secara langsung di dunia pekerjaan. Saya ingin apa yang telah saya dapatkan pada masa perkuliahan dapat menjadi bekal untuk meniti karier, khususnya pada bidang ini. Berkarier di bidang hukum, khususnya menjadi jaksa dapat memberikan manfaat kepada bangsa dan negara, seorang penegak hukum yang dekat dengan kehidupan masyarakat, dan menjadi seseorang yang harus bisa menyeimbangkan rasa keadilan di tengah masyarakat untuk itulah saya memutuskan untuk berkarier di bidang hukum.

Dalam perjalanan karier Bapak, apa saja tantangan terberat yang Bapak alami?

Selama menjadi Jaksa, ada beberapa pengalaman yang hingga saat ini tidak dapat saya lupakan, salah satu pengalaman yang paling memorable, yaitu waktu saya diancam kelompok Gerakan Aceh Merdeka saat bertugas di Aceh sebagai Asisten Tindak Pidana Khusus pada Kejaksaan Tinggi Nangroe Aceh Darussalam. Begitu saya turun dari pesawat, saya menerima pesan teks atau SMS (short message service), saya masih ingat betul tulisan yang terpampang dalam kotak masuk handphone saya, ‘Selamat datang saudara Sanitiar Burhanuddin di Nanggroe Aceh Darussalam. Diminta kepada saudara dalam waktu 2x24 jam untuk meninggalkan Kota Banda Aceh’. Namun, saya tidak gentar karena semua pekerjaan memiliki risikonya masing-masing. Saya sudah memilih Jaksa sebagai profesi, maka saya ambil semua risiko yang akan terjadi.

Setelah menerima SMS itu, saya melapor ke Bapak Kepala Kejaksaan Tinggi Nanggroe Aceh Darussalam, saat itu dijabat oleh Pak Teuku yang asli orang Aceh. Beliau bertanya balik bagaimana pendapat saya seusai saya menceritakan ancaman yang saya terima. Saat itu saya Bismillah dengan bulat saya menyatakan siap dan pantang untuk mundur. Meski demikian, sebagai langkah antisipasi, saya juga mengganti KTP Indonesia yang saya pegang menjadi KTP Merah Putih.

 

Selama berkarier, kasus besar dan menarik apa yang pernah Bapak tangani?

Semenjak bergabung dengan korps Adhyaksa sejak tahun 1987, dan diangkat sebagai Jaksa pada tahun 1991, saya merasa setiap kasus yang yang saya tangani merupakan kasus yang spesial dan menarik, tidak hanya penanganan perkara tindak pidana umum maupun perkara tindak pidana khusus. Sebagai Jaksa saya juga menangani perkara perdata dan tata usaha negara. Seorang Jaksa harus siap ketika tugas itu datang, di mana pun kita berada. Jika bertanya sudah berapa banyak kasus yang saya tangani selama saya berkarier, maka saya sudah tidak bisa menghitung berapa banyak, baik penanganan kasus tindak pidana umum maupun perkara tindak pidana khusus. Ada yang saya ingin sampaikan kepada insan Adhyaksa di mana pun bertugas agar melaksanakan tugas dengan profesional, jujur, dan integritas serta mengedepankan hati nurani, insya Allah semua pekerjaan akan dapat diselesaikan dengan baik dan bernilai pahala.

Bagaimana kesan Bapak ketika ditunjuk sebagai Jaksa Agung?

Pada saat Presiden Jokowi memberikan kepercayaan kepada saya untuk menjadi nakhoda Kejaksaan Republik Indonesia, organisasi yang sangat besar ini, saya selalu mengingat pesan beliau supaya dilakukan pembenahan terhadap insitusi Kejaksaan Republik Indonesia. Memang hal itu tidaklah mudah seperti membalikkan kedua tangan mengingat banyak sekali pekerjaan rumah dan permasalahan klasik, tentu saja dengan dukungan Kejaksaan di seluruh Indonesia. Pekerjaan ini tidak akan bisa Saya selesaikan sendiri tanpa dukungan dari seluruh entitas Kejaksaan dan kerja keras didukung dengan keikhlasan mengerjakannya, maka setelah dilantik sebagai Jaksa Agung, saya langsung melakukan identifikasi permasalahan dan program-program yang sedang berjalan di Institusi Kejaksaan dan tentunya harus sejalan dengan visi misi Presiden Jokowi.

 

Apa problem terbesar yang dihadapi Kejaksaan Agung saat ini?

Secara umum mengenai maaalah yang dihadapi Kejaksaan Agung selain mengenai penanganan perkara juga mengenai hal non teknis dalam menunjang kinerja Kejaksaan Agung. Dalam menjalankan tugas saya menjadi Jaksa Agung, terdapat beberapa hal yang menjadi catatan saya yang perlu Kejaksaan Agung tingkatkan untuk meminimalisasi potensi masalah yang timbul di Kejaksaan Agung. Ada beberapa hal yang menjadi fokus saya dalam menjalankan peran sebagai Jaksa Agung, namun yang menjadi prioritas yakni untuk meningkatkan kinerja Kejaksaan dalam penegakan hukum, terus berupaya untuk membenahi selain berkaitan dengan tugas dan fungsi Kejaksaan, meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi dan perwujudan Kejaksaan Digital. Hal ini, selain sebagai tindak lanjut salah satu Program Prioritas Nasional, juga diperlukan agar SDM Kejaksaan terus berkembang terhadap perkembangan tuntutan profesi yang berkembang. Tentu masalah yang sampaikan tadi, bukan masalah yang bisa diselesaikan dalam satu malam, perlu pembenahan dan peningkatan yang sistematis sehingga masalah yang dihadapi Kejaksaan Agung, ke depannya dapat ditekan.

 

Apa tantangan yang Bapak hadapi saat ini dalam menjalankan tugas sebagai Jaksa Agung?

Ada banyak tantangan yang saya hadapi dalam menjalankan tugas sebagai Jaksa Agung, namun tentu saja seberapa berat tantangan tetap harus berjalan dengan kuat dalam menjalankan tugas. Tantangan terbesar tentu saja untuk membawa Kejaksaan menjadi institusi yang lebih baik lagi dan berintegritas yang menjadi harapan seluruh masyarakat Indonesia dalam mencari keadilan. Ekspektasi masyarakat yang semakin meningkat kepada institusi ini, menjadi motivasi saya untuk bekerja lebih keras lagi, untuk membawa Kejaksaan pada kejayaan. Dari awal saya menjabat sebagai Jaksa Agung, saya menghadapi tersebut, saya berusaha untuk membawa kejaksaan ke arah yang lebih baik.