Dr. Anggawira., M.M., M.H, Tumbuh Bersama Untuk Bangsa

Oleh: Syulianita (Editor) - 03 October 2022

Apa tantangan terbesar dari pandemi ke endemi bagi pengusaha muda?

Sekarang sebenarnya dalam era ketidakpastian ini, kita tidak bisa memprediksi ke depan akan seperti apa. Tetapi menurut saya yang harus kita lakukan, tetaplah doing something, berupa continuous improvement untuk terus menerus memperbaiki. Tantangannya kalau menurut saya bukan soal endemi atau pasca pandemi, tapi di sisi lain sekarang kita juga sedang berada di situasi global yang menyebabkan keseimbangan dunia ini menjadi tidak seimbang. Adanya perang Ukraina dan Rusia menyebabkan banyak prediksi yang mengatakan tahun depan akan ada resesi global. Menurut saya diperlukan sebuah collaborative action antar share holder untuk menjembatani dan selalu merespons perubahan dengan cepat.

Long term planning ini agak sulit. Kita harus adaptif dengan perubahanperubahan yang ada. Kalau ada situasi ini kita harus berubah, ada situasi lain kita juga harus berubah. Jadi kalau ditanyakan kita harus bagaimana, jawabannya harus adaptif. Tentunya dengan memperkuat banyak sumber informasi. Sekali lagi kita harus punya intuisi, yang bisa berjalan kalau kita sering latihan. Bisa karena terbiasa. Itulah sebabnya anak-anak muda harus terbiasa menghadapi berbagai persoalan dan tantangan, sehingga bisa solve the problem.

Pak Jokowi mengatakan ekonomi Indonesia di tahun 2023 akan lebih gelap. Bagaimana menurut pandangan Bapak?

Sebagai anak muda kita harus melihat segala sesuatu dengan positif. Mindset tersebut harus kita tanamkan. Pada setiap masalah pasti tercipta peluang. Tiap tantangan pasti ada kesempatan. Pak Jokowi memberikan sebuah warning itu betul, tapi di sisi lain jangan sampai peringatan itu membuat kita takut, harus bersiap menghadapi tantangan ke depan.

Menurut saya, negara kita kaya akan sumber daya alam. Tanah pertanian yang luas dan perikanan yang luar biasa itu harus bisa kita optimalkan. Jadi, sebenarnya opportunity itu bukan hanya yang ada di perkotaan, tapi juga di pedesaan, di daerah-daerah. Tergantung bagaimana kita bisa merangkul generasi milenial. Generasi anak muda sebenarnya bukan memerlukan hal-hal teknis, karena pada era digital ini hal tersebut bisa dipelajari dari mana saja, baik dari YouTube maupun lainnya. Hal yang paling penting adalah siapa yang bisa men-trigger mereka untuk maju dan siap berkompetisi. Ini yang menurut saya harus kita lakukan bersama-sama.

 

Langkah awal yang akan Bapak lakukan jika nanti menjadi ketua umum HIPMI?

Tentunya karena saya bukan lagi memulai dari nol, saya sudah tahu kira-kira PR apa yang dibutuhkan oleh teman-teman di HIPMI. Saya sudah memiliki pengalaman berkarier jadi ketua bidang organisasi sejak Ketum Bahlil, lalu sekarang menjadi wakil ketua umum dan di bidang keuangan. Jadi, hal yang terpenting adalah fokus terhadap kaderisasi di HIPMI apalagi lewat digitalisasi. Beberapa Program HIPMI yang akan saya realisasikan adalah HIPMI SuperAps, HIPMI Tower, HIPMI CEO & Leadership School, dan HIPMI Fintech. Harapan saya nanti produk-produk training HIPMI digitalisasi bisa dimanfaatkan oleh temanteman HIPMI di Indonesia. Kemudian, akses keuangan itu sangat penting, karena jika ada peluang tetapi tidak ada uang pasti tidak akan bisa berjalan. Akses keuangan sebetulnya sekarang sudah tersedia, tapi mungkin banyak orang yang belum bisa mengakses. Itulah tugas HIPMI mendorong dan memberikan informasi agar lebih banyak orang memahami akses ini.

 

Obsesi dan harapan Bapak ke depan?

Obsesi saya adalah bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa yang maju di 2045 Indonesia emas. Saya yakin kita punya peluang itu, hanya tinggal bagaimana kita ciptakan aktor: para pengusaha. Salah satu alasan mengapa saya punya semangat dalam HIPMI ini, karena saya melihat HIPMI menjadi bagian penting untuk mencetak lebih banyak lagi pengusaha. Obsesi saya tentunya meng-create itu.

Kemudian, dari sisi bisnis, karena saya fokus di bidang energi, saya harap kita benar-benar bisa mengawal transisi energi di Indonesia, dari batu bara ke gas, kemudian ke energi hijau. Tapi tentu ini perlu fase. Di sisi bisnis saya sedang fokus menekuni bidang infrastruktur di LNG. Harapan saya mudah-mudahan ini bisa menjadi langkah supaya Indonesia bisa menjadi negara yang maju. Negara yang maju butuh sumber energi yang baik, agar bisa menarik investasi masuk, sehingga industri juga dapat bertumbuh.

Selalu Luangkan Waktu Untuk Keluarga

Selain dikenal sebagai pengusaha, Anggawira juga merupakan akademisi dan aktivis yang sering menuliskan gagasannya dalam bentuk tulisan untuk di surat kabar. Pria lulusan S3 Manajemen UNJ ini melihat banyak sosok yang bisa dijadikan inspirasi seperti pengusaha nasional Chairul Tanjung, Hari Tanoe, Sandiaga Uno hingga Bahlil Lahadalia.

“Menurut saya jadikan mereka sebagai sumber motivasi dan inspirasi, tapi tetap create your own way dan create your own path. Walaupun saya sebagai seorang pebisnis, tapi saya juga tidak mau meninggalkan sisi pengabdian saya sebagai seorang pendidik dan pengajar. Saya berusaha menyeimbangkan bisnis, organisasi, dalam dunia pendidikan juga tetap melakukan pengabdian. Mudah-mudahan ke depan balancing ini tetap bisa saya lakukan. Walaupun terkadang tidak optimal tetapi saya berusaha agar apa yang sudah saya targetkan bisa berjalan beriringan,” tuturnya.

Berbicara tentang aktivitas yang dilakukan sebagai hobi, karena kesibukan padat sebagai pengusaha dan aktif di berbagai organisasi, Angga mengaku waktu menjalankan hobi kini sedang berkurang intensitasnya. Ia menjelaskan, “Saya hobi naik sepeda, tetapi karena sedang masa kampanye, aktivitas pun sangat padat jadi sudah agak berkurang. Sebelumnya beberapa tahun lalu saya hobi naik motor, yang juga sudah lama tidak dilakukan karena keterbatasan waktu. Kalau olahraga, saya menyenangi olahraga yang simpel dan bisa dikerjakan sendiri.”

Jika ada waktu luang, sebagai sosok family man Angga mengaku lebih senang menghabiskannya dengan keluarga terutama anak-anak. “Biasanya kalau sama anak-anak saya berenang di rumah, nonton, dan hal-hal yang menambah kedekatan. Tiga anak saya laki-laki semua, jadi saya mengupayakan pentingnya kehadiran orang tua, terutama sosok ayah di keseharian dalam pertumbuhan mereka. Walaupun mungkin secara kuantitas saya agak minim karena banyak tersita kegiatan lain, tapi saya berusaha menyeimbangkan, menyempatkan untuk menghabiskan waktu dalam kesempatan apa pun dengan anak-anak,” tutup pria kelahiran 9 Januari 1982 ini.