AA La Nyalla Mahmud Mattalitti (Ketua DPD RI)

Oleh: Syulianita (Editor) - 02 July 2021

Punya Simpanan Keris Berusia 800 Tahun

Atas kiprahnya menjaga warisan budaya, LaNyalla dua kali mendapat gelar kehormatan dari Keraton Kasunanan Surakarta. Pada 2003 silam, dia meraih gelar Kanjeng Raden Haryo Tumenggung (KRHT). Lalu pada 2020 lalu, Keraton Surakarta kembali memberikan gelar kehormatan untuk LaNyalla dengan nama Pangeran Hardonagoro.

Selain dikenal sebagai pengusaha dan organisatoris, LaNyalla juga dikenal sebagai kolektor keris. Bahkan, pria kelahiran Jakarta, 10 Mei 1959 ini memaknai benda warisan budaya tersebut sarat akan falsafah hidup. Proses pembentukan keris yang terpadu dari beragam unsur, dengan campuran batu meteorit dari langit, dan ditempa dengan pukulan dan panas api adalah gambaran parjalanan hidup manusia menuju tujuan paripurna. “Paling tidak, seperti itulah perjalanan hidup saya di tempa bagai keris,” ungkap dia.

Pria berdarah Bugis ini mengisahkan, perjalanan hidupnya memang penuh liku. Bukan saja jalan terjal. Namun, jalan gelap pun dia daki. “Saya dulu dekat dengan dunia malam. Orang memberi cap saya sebagai orang yang hidup di dunia hitam. Biar saja. Itu kan cap orang atas penglihatan kasat mata mereka. Padahal saya berdakwah di sana. Saya memberi pengaruh. Saya memberi warna. Tetapi biarlah orang menilai apa,” ungkapnya.

Tetapi Alhamdulillah, ketika LaNyalla menginjak usia 40 tahun, dia berhenti dari aktifitas dunia malam. “Setelah berhenti, saya berdakwah dengan cara yang berbeda. Sebagai pengusaha, saya berdakwah dengan harta yang dititipkan Allah kepada saya,” urainya. Kini, LaNyalla memang dikenal sebagai pengusaha sukses, dan aktifis organisasi yang kemudian memasuki dunia politik, sebagai Ketua DPD RI masa bakti 2019- 2024. 

Lebih lanjut dia menuturkan, selain mengandung falsafah hidup, ada sejumlah alasan lain yang membuat LaNyalla jatuh hati kepada keris, di antaranya serat-serat lapisan logam cerah pada helai logam atau yang dikenal sebagai pamor dalam sebilah keris banyak menyimpan nilai estetika tinggi. Ketertarikan ini yang kemudian menjadikan dia sebagai kolektor keris ulung.

Keris memiliki keunikan tersendiri bagi para kolektor. Menurut LaNyalla, setiap pamor punya filosofi beragam tergantung bentuknya. “Saya mengambil pamor positif dari setiap koleksi keris yang saya punya. Pamor positif yang saya maknai adalah agar bisa lebih tangguh menjadi seorang pemimpin,” tutur Senator Jawa Timur itu.

Lebih dari 3.000 keris tersimpan apik di kediamannya di Surabaya, Jawa Timur. Sekitar 300- an keris tergolong sebagai keris pusaka. Koleksi keris pusaka LaNyalla pun tak main-main. Mayoritas merupakan pusaka sejak zaman Kerajaan Majapahit yang usianya mencapai 800 tahun. Namun, dia juga memiliki keris era Kerajaan Mataram dan Singasari. “Ratarata dari Majapahit dan Singosari sudah 800 tahun. Paling muda Mataram, usianya 300 tahun,” imbuhnya.

Dia mengisahkan, kecintaannya pada keris tumbuh sejak tahun 1999. Mantan Ketua Umum PSSI ini menapaki perjalanan panjang keliling Indonesia untuk berburu keris dari berbagai wilayah di Nusantara, hingga saat ini. Para kolektor memahami tidak mudah mendapatkan keris bernilai tinggi, terlebih keris-keris pusaka. Hal tersebut lantaran tidak sembarang orang bisa memilikinya.

Perjalanan mengumpulkan keris dijadikan sebagai salah satu perjalanan spiritual bagi LaNyalla. Bahkan, dia harus menjalankan Puasa Sunnah Daud agar sisi spiritualnya mampu menjaga keris-keris tersebut serta dapat berfungsi secara semestinya dan tidak disalahgunakan.

Kendati demikian, dia tidak mau menempatkan keris sebagai benda yang harus diagungkan. Dia murni mengumpulkan keris sebagai bentuk cita rasa seni dan caranya untuk menjaga warisan budaya Tanah Air. “Seni dan spiritual terkadang memang bisa melebur menjadi sebuah estetika bagi para pecintanya. Namun jangan sampai nilai-nilai budaya menggoyahkan sisi keagamaan seseorang. Harus bisa membedakan antara hak dan batil, ini benar atau musyrik, di situ bedanya. Ini semua sebagai alat, alat penghantar, bukan karena dia. Dia hanya menghantarkan,” jelas LaNyalla.

Atas kiprahnya menjaga warisan budaya, jebolan Universitas Brawijaya Malang tersebut beberapa kali mendapat penghargaan. Bahkan,dia dua kali mendapat gelar kehormatan dariKeraton Kasunanan Surakarta.Pada 2003 silam, diameraih gelar Kanjeng Raden Haryo Tumenggung (KRHT). Lalu pada 2020 lalu, Keraton Surakarta kembali memberikan gelar kehormatan untuk LaNyalla dengan nama Pangeran Hardonagoro.

Pemberian gelar tersebut disampaikan oleh Gusti Kanjeng Ratu Pameswari Dalem PB XIII. Gusti Kanjeng mengatakan, LaNyalla sebagai pelestari benda pusaka, khususnya keris pusaka, layak mendapat penghargaan tersebut.

Menanggapi hal itu, LaNyalla berterima kasih atas apresiasi yang diberikan Keraton Kasunanan Surakarta. Dirinya mengoleksi keris pusaka semata untuk menyelamatkan benda-benda bersejarah tersebut dari kerusakan. Sehingga Keris Indonesia yang telah mendapat sertifikat dari UNESCO pada 2005 lalu tetap terpelihara. “Keris menjadi bagian dari identitas Indonesia, khususnya Jawa dan tentunya menjadi kekayaan budaya Nusantara. Kita harus jaga betul, sehingga kelak anak cucu kita dapat membanggakan warisan budaya tersebut,” kata LaNyalla.

Kiprah LaNyalla di dunia perkerisan juga tidak sedikit. Tak jarang dia menggelar dan memberikan dukungan untuk berbagai acara perkerisan, termasuk berbagai pameran. Pengusaha yang merintis kesuksesannya dari bawah ini juga sering menjaring aspirasi insan perkerisan Indonesia. LaNyalla kerap memfasilitasi aspirasi tersebut untuk disampaikan ke pemerintah, baik di tingkat daerah maupun nasional.

“Kita harus dukung para insan perkerisan nasional. Mereka menyampaikan aspirasi agar keris buatan para penerus Mpu bisa digunakan untuk cendera mata resmi dari Presiden kepada tamu negara. Kita akan teruskan harapan mereka,” ujar Ketua Dewan Kehormatan Kadin Jawa Timur ini.

LaNyalla juga selalu memberikan dukungan kepada para perajin keris sebagai generasi penerus para Mpu. Dia mendukung terus dipeliharanya warisan budaya oleh para generasi milenial. “Keris bukan cuma diminati oleh warga sendiri. Banyak kolektor dari luar negeri yang juga berburu keris, dan ini harus dimanfaatkan oleh pengrajin keris sehingga bisa menambah nilai dari budaya kita. Maka saya berpesan, generasi muda juga harus peduli dengan keris sebagai warisan budaya Indonesia,” pungkasnya. (Gia Putri)