Rivan Achmad Purwantono (President Director PT Bank KB Bukopin Tbk)

Oleh: Syulianita (Editor) - 27 April 2021

“Tidak Ada Kata Tanpa Prestasi”

Familiar dan cerdas, begitulah kesan pertama bertemu Rivan Achmad Purwantono. Kesan itu pula yang ditangkap kru Men’s Obsession saat diterima di ruang kerjanya di Gedung Bank KB Bukopin Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan. Wawancara yang dijadwalkan satu jam ternyata harus disudahi tiga jam kemudian. Karena pria penggemar tanaman hias ini mau menceritakan banyak hal tentang perjalanan karier hingga kesukaan yang dilakukan saat senggang. Berkali-kali-kali berganti busana untuk pemotretan pun dilakoni. Berikut petikan wawancaranya:

 

Bisa diceritakan perjalanan karier Anda?

Kalau melihat perjalanan saya sebetulnya bukan sesuatu yang luar biasa. Ketika saya menekuni bidang perbankan sejak tahun 1991 di bank swasta nasional dan kemudian tahun 2006 bergabung ke Bukopin. Saya mencoba menciptakan satu bisnis baru, yakni priority banking. Pada waktu itu melakukan development, mengembangkan segmen, di mana segmen consumer ini kan dibuat dengan tiga tahapan, dari mass, personal sampai dengan prioritas.

Karier saya bertahap, mulai menjadi kepala divisi, general manager, sampai dengan direktur pada tahun 2018. Dan, Alhamdulillah ini adalah satu proses yang menarik, pembelajaran bagi saya. Di setiap kesempatan, di setiap waktu, saya belajar bahwa jika orang penuh antusias, penuh passion, penuh keinginan untuk maju pasti ada jalannya.

Saya teringat pada waktu bergabung, saat itu saya dipanggil oleh Pak Glen Glenardi (Dirut Bank Bukopin-red), Pak Glen menanyakan ke saya, "Rivan cocoknya buat apa, ya?" Saya bilang bagaimana kita membuat segmen prioritas, kita buat prioritas banking. Bahkan untuk penggunaan namanya pun, saya mencoba mencari nama yang generik. Contohnya, kami menggunakan nama “prioritas”. Mengapa? Karena pada saat itu dua bank besar sudah memakai nama prioritas, kami tidak perlu melawan sesuatu yang sudah generik. Akhirnya benar, ketika muncul tidak begitu susah kami mengenalkan nama Bukopin Prioritas.

Setelah berjalan, kemudian dichallenge kembali oleh Pak Glen. “Bagaimana kalau Anda memegang salah satu cabang”? Dengan lugas, saya menjawab, oke. Maka saya memimpin salah satu cabang di Jakarta. Karena sebelumnya hampir lebih dari 12 tahun saya menjabat kepala cabang juga di bank swasta nasional, di Lippo Bank.

 

Perjalanan karier Anda sangat bagus, tapi kenapa tadi Anda bilang bukan sesuatu yang luar biasa?

Saya berjalan dengan terus mengejar bahwa tidak ada kata menyerah, tidak ada kata tanpa prestasi. Jadi, kenapa saya menyebut perjalanan karier saya ini biasa, karena feel-nya supaya tidak menjadi beban. Tetapi, passion dan energi itu perlu. Itulah kemudian semangat menjadi pemenang, semangat menjadi juara, terus menerus dilakukan. Sampai suatu ketika saya berubah dari bentuk organisasi yang kantor pusat ke cabang, dari cabang satu ke cabang lainnya lebih besar. Nah, pada saat bertemu Pak Glen lagi saya bilang, “Pak Glen sepertinya mesti diubah lagi.” Kebetulan Pak Glen mempunyai visi yang membuat divisi manajemen penjualan. Saya waktu itu juga menyatakan bahwa seorang divisi manajemen penjualan harus dipimpin oleh seorang yang pernah menjadi pemenang. Ketika Pak Glen bertanya, “Siapa? Berarti Anda dong?" Saya menjawab siap. Begitu terus menerus, challenge yang diberikan. Seperti juga pada waktu Pak Glen mengatakan begini, “Kita ini butuh organisasi seperti pabrik. Jadi kita perlu membuat pengembangan bisnis, dan dibuatlah general manager pengembangan bisnis. Pada waktu itu yang mengetahui cabang, mengetahui produk, dan cara menjual adalah Anda.” Akhirnya saya langsung dipindahkan ke tempat itu.

Begitulah perjalanan sampai pada satu organisasi dibutuhkan direktur consumer kembali. Begitu juga ketika tahun 2018 Dirut Bank Bukopin dijabat Pak Eko Rachmansyah Gindo, beliau mengatakan, “Orang consumer yang cocok, mengetahui produk retail, consumer, personal, adalah Anda maka Anda jadi direktur.” Itulah awalnya. Pada tahun 2018, Bukopin juga sama sulitnya. Laporan keuangan tidak begitu bagus, kemudian funding turun drastis, tapi Alhamdulillah tahun 2018 kita tutup dengan sangat baik.

 

Yang menarik dari perjalanan karier Anda adalah ketika Menteri BUMN meminta Anda untuk duduk di direksi PT Kereta Api Indonesia (KAI) padahal Anda seorang bankir?

Ya, pada Mei 2020, saya diminta oleh Kementerian BUMN untuk menjadi Direktur Keuangan dan IT di PT KAI. Sebagai informasi, bahwa setiap pengangkatan dari Kementerian BUMN otomatis langsung efektif pada hari yang sama. Saya kemudian pamit, ketika efektif saya kemudian langsung on fire. Sore meeting, Sabtu meeting, bahkan Minggu dan Senin saya sudah presentasi tentang pengajuan dana talangan pada waktu itu. Saya menikmati perjalanan yang luar biasa ini. Saya mengenal bagaimana tata kelola keuangan, operasional kereta api, bahkan saya belajar bagaimana juga mapping para penumpang. Itulah pekerjaan saya melakukan mapping. Kemudian saya membuat proses mengoptimalisasikan aplikasi KAI Access. Saya berkeliling daerah ke semua Kepala Daop KA dan bersama direktur yang lain. Di sisi lain, Bukopin dalam kondisi yang kurang baik bahkan sangat ekstrem. Terjadi suatu peristiwa yang mengagetkan, yaitu kita sempat distop kliring. Saya ingat, ketika sedang asyik-asyiknya di KAI, muncul kabar kondisi Bukopin dengan isu hoax dan sebagainya yang tidak baik, bahkan pada tanggal 15 Mei 2020 stop kliring. Pada waktu itu, Kementerian BUMN langsung menghubungi saya, “Rivan, tolong Bukopin tetap dibantu.” Maka saya harus membagi waktu. Di tengahtengah pekerjaan saya sebagai Direktur Keuangan dan IT PT KAI, saya juga menyempatkan diri malam datang ke Bukopin untuk melihat perkembangan.

Sampai pada satu kondisi penyelamatan bank ini dengan dukungan dari Himbara, dukungan teman-teman di industri perbankan. Pada 18 Juni 2020 pagi ketika dilaksanakan RUPS, saya melepaskan jabatan sebagai Direktur Consumer. Tapi esok paginya, Menteri BUMN, Pak Erick Tohir menelpon untuk menugaskan saya sebagai Direktur Utama Bank Bukopin. Tentu agak mengejutkan, tetapi ini tugas. Setiap penugasan itu bukan pilihan untuk menolak, tetapi harus dilakukan. Yang kedua ini challenge, kesempatan, di kala bank harus menghadapi krisis likuiditas, ATM sudah mati, mau tidak mau harus dilakukan satu pembenahan. Pada waktu itu, saya terima dan kemudian juga harus menyerahkan dengan baik tugas saya di kereta api. Pada tanggal 23 Juni 2020, saya menyerahkan jabatan kepada direktur pengembangan dan strategis KAI pada waktu itu. Lalu hari berikutnya saya efektif di Bukopin. Yang saya lakukan adalah harus didukung oleh banyak pihak. Maka didukunglah oleh pemerintah, OJK untuk melakukan persetujuan tentang adanya rapat umum pemegang saham untuk melakukan PUT 5 atau penawaran untuk right issue, dan ini luar biasa dukungannya. Padahal satu persetujuan untuk pelaksanaan right issue itu biasanya dibutuhkan waktu dua bulan. Ternyata pemerintah sangat serius, bahkan mengadakan rapat khusus untuk dikeluarkannya surat disetujuinya untuk melakukan right issue, dan inilah awal satu peristiwa besar. Sehingga pada saat saya sudah efektif, saya mendapat komando yang luar biasa, kondisi yang sangat menarik, kemudian saya minta melakukan audiensi kepada seluruh karyawan pada waktu itu. 

Jangan pernah takut dan mundur pada kesulitan, atau janganlah pernah menganggap bahwa kesulitan ini sebagai masalah bagi kita. Kalau kita menganggap masalah, yang menjadi masalah adalah diri kita sendiri. Anggap ini adalah sebagai perjalanan hidup yang harus kita hadapi dan cari solusi. Pada waktu itulah dukungan dari semua karyawan luar biasa, kami melewati krisis ini dengan berbagai cara, sampai pada mengawali kondisi yang lebih baik. Kami mencanangkan untuk melakukan transformasi dengan mengubah nama juga, karena pentingnya nama, menjadi bank KB Bukopin.

 

Dalam dinamikanya, dari Bukopin menjadi KB Bukopin, apa tantangan terberat yang Anda hadapi?

Yang pertama tentu masalah kepercayaan, masalah likuiditas karena rush terjadi, rush adalah kondisi paling berat dihadapi bara bankir, maka yakinkan kepercayaan nasabah dan harus dilakukan seluruh karyawan. . Pada saat itu yang menarik adalah dukungan dari semua pihak, perubahan komisaris, perubahan BOD, dukungan yang luar biasa besar. Kepercayaan inilah yang menjadi sumber utama. Di luar kepercayaan nasabah adalah dukungan dari seluruh stakeholder. Salah satu yang menarik adalah dukungan media. Ketika saya mengundang pimpinan redaksi, semua hadir dan saya merasa ini dukungan luar biasa karena bisa menginformasikan kondisi yang sebenarnya terjadi di Bukopin.

 

Bagaimana dengan pergantian nama dari Bukopin menjadi KB Bukopin?

Nah, satu siklus lagi yang menarik adalah nama. Pada saat itu tentu diharapkan seperti di negara lain mereka pakai nama KB Kookmin, tapi kemudian saya bercerita tentang apa yang terjadi di Indonesia. Di Indonesia ini emosional menggunakan nama Bukopin masih ada, sehingga pada saat itu diterimalah nama Bukopin menjadi Bank KB Bukopin. Ini tentu menjadi kondisi yang baik, bank nasional kemudian menjadi bank global.

 

Selain masalah likuiditas, apalagi yang menjadi kendala besar ketika Bapak melakukan tranformasi itu?

Ada banyak hal dinamika yang kita hadapi. Bukan masalah, tapi dinamika yang kita hadapi. Pertama, bagaimana kita menjaga pemerintah yang mensupport, kemudian bagaimana kita menjaga agar regulator membantu dan mendukung kita. Kemudian, bagaimana kita juga berharap komunikasi dengan pemegang saham pengendali kita dilakukan dengan baik. Dinamika ini komplit, belum tentu pemegang saham kemudian bergeser mendapatkan pemegang saham baru yang kebetulan dari Korea yang culture-nya berbeda, cara komunikasinya tentu harus dijaga dengan baik. Tidak mungkin hambatan ini dibiarkan. Kami harus menjadi center yang baik, untuk menjaga hubungan antara Korea dengan regulator, antara Korea dengan pemerintah, bahkan regulator dengan pemerintah juga harus dijaga. Sehingga semua akan membuat satu keputusan yang sama demi kemajuan Bank Bukopin dan demi menyelamatkan Bank Bukopin. Inilah dinamika yang saya hadapi dan Alhamdulillah, bisa kami lewati dengan sebaik-baiknya. 

 

Setahun menjadi Bank KB Bukopin, seperti apa performa kinerja Bank KB Bukopin sekarang?

Ya, ada satu cerita menarik. Pengalaman hidup kami, Bank Bukopin yang menjadi KB Bukopin ini merupakan pengalaman yang lengkap dalam industri finansial dan perbankan. Biasanya perbankan mengalami case karena ketidakpercayaan sehingga rush. Kami sangat lengkap, mulai dari pandemi hingga ada rush. Jadi benarbenar di bawah. Saya bilang ke temanteman, jangan pernah takut jatuh, karena kita sudah di paling bawah. Tapi bangkitlah dengan cepat, tidak hanya maju ke depan. Itu yang paling penting. Lengkaplah satu peristiwa, satu dinamika yang kita hadapi. Tapi, lengkapnya ini kemudian menjadi spirit yang baik buat kami. Kenapa kami melakukan transformasi, dan emergency management program, bagaimana mengangkat kepercayaan diri atau confidence dari seluruh karyawan, mulai dari yang pernah dimarahi dan tidak boleh keluar, kemudian diancam oleh nasabah, dibuat video dan diedarkan, bahkan diviralkan oleh nasabah. Tentu ini berat untuk mengangkatnya. 

Tetapi semangat yang sama untuk membangun passion bersama, membangun satu keinginan untuk maju bersama, kami dapatkan dengan baik. Dari pengalaman seperti ini maka kalau performa ada beberapa hal yang Pertama adalah tingkat kepercayaan, value-nya tak terhingga, dari yang namanya tarikan menjadi penempatan itu value. Dalam enam bulan, bahkan dari yang sebelumnya orang bilang, "Duit saya nyangkut" sekarang tidak, dan sudah dideposito. Persepsi itu harus dihilangkan. Kalau komparasi performance, tentu tidak bisa year to year, tapi melihat bagaimana kami bangkit dari bottom, dari ketidakpercayaan sampai kepercayaan itu meningkat. Ketika masih tidak baik secara laba rugi, NPL, saya katakan bahwa sekarang sangat membaik.

 

Dari sisi teknologi, inovasi apa yang dilakukan KB Bukopin pada masa pandemi?

Saya teringat satu kondisi ketika terjadi rush yang luar biasa di Bukopin, adanya antrean sampai pukul dua malam. Saya menemui langsung para nasabah, menanyakan nomor rekening dan KTP, lalu dijawab tidak dibawa. Pertanyaan saya, Anda siapa kok antre? Lalu saya kirim pesan di pendek di grup BOD, "Besok kita meeting jam 8." Kemudian di meeting tersebut saya bilang, "Saya mau kita pikirkan, aplikasi apa yang bisa diterapkan agar antrean ini dapat diatur dengan baik." Akhirnya saya memulai menerapkan ide pada waktu itu, mengembangkan antrean nasabah dengan menggunakan aplikasi. Jadi sebelum mereka datang, mereka memasukkan nomor rekening dan nomor handphone untuk diverifikasi, kemudian mendapatkan nomor antrean.

Setelah itu, mereka akan diberitahu antrean nomor sekian jam berapa. Alhamdulillah, bisa dilakukan dan diaplikasikan. Ternyata terjadi penurunan yang luar biasa. Tidak ada lagi antrean. Ternyata isu yang tadi saya bilang, beritanya hoax. Isunya dibuat seperti rush. Sebab kalau bukan nasabah, tidak bisa mengantre.

Tidak cuma ini, kami juga mengembangkan on boarding, yaitu membuka rekening tanpa perlu datang ke kantor. Kemudian aktivasi e-banking atau mobile banking tanpa perlu datang ke ATM, dan lain sebagainya. Mau tidak mau kita harus mengikuti perkembangan ini kemudian membuat development teknologi demi kebaikan, dan demi melayani nasabah.