Deepfake, Tipuan Meyakinkan

Oleh: Syulianita (Editor) - 19 October 2020

Pemalsuan Informasi dari Zaman ke Zaman

Sejatinya cerita tentang teknologi memanipulasi informasi ini adalah kerjaan lama. Dalam sejarah ada banyak pemalsuan informasi paling menghebohkan. Seorang pengamat sosial politik, Denny JA pernah menceritakannya di akun media sosialnya. Pertama adalah ditemukannya buku diari Hitler. Sebuah dokumen berisi tulisan tangan Hitler mengisahkan kegelisahan dan rencana politiknya dalam era perang dunia kedua. Buku diari itu dipublikasi sebagai headline di surat kabar terkemuka Jerman: Stern pada tahun 1983.

Jagad dunia pun heboh. Para ahli perang dunia kedua berlomba ingin mendapatkan akses terhadap buku diari penting itu. Tulisan tangan Hitler begitu mirip, mengecoh mata yang awam. Melalui analisa mendalam, terutama akurasi sejarah, perlahan akhirnya terbongkar. Diari Hitler itu palsu.

Kedua, kisah kain kafan Yesus Kristus. Ini dikenal dengan nama Shroud of Turin. Sebuah kain ditemukan. Kain itu berjejak negative image seorang lelaki. Pada beberapa bagian tubuh lelaki itu luka parah. Wajah lelaki itu nampak jelas. Luka pada tubuh lelaki itu luka bekas disalib. Meledaklah berita. Itu kain pembungkus Yesus Kristus. Astaga! Ini penemuan luar biasa bernilai sejarah dan bernilai jejak agama.

Namun melalui uji coba karbon dating, semua terbongkar. Kain itu ternyata berasal dari tahun sekitar 1260 - 1390. Kain berjejak Yesus itu ternyata karya seorang seniman. Hoaks lainnya yang lebih unik karena berwujud manusia. Ini kisah Anastasia Nikolaevna. Ia putri dari raja terakhir Rusia Nicholas II (1868-1918).

Ketika Lenin membangun komunisme di Rusia, lalu meluas menjadi Uni Sovyet, ia ingin tradisi kerajaan di Rusia berakhir. Maka raja dan seluruh putra dan putrinya ditembak. Tiada yang tersisa. Namun dunia terperangah. Putri sang raja, Anastasia, beberapa tahun kemudian muncul di publik. Ia survive. ia diberitakan hanya terluka. Ia tidak mati.

Namun, sedikit ada gangguan jiwa akibat trauma. Jika benar Anastasia survive, ia menjadi pewaris tunggal yang sah dari kerajaan Rusia. Sebagian keluarga besar meyakini, ia memang Anastasia. Sebagian menolaknya. Drama panjang pengadilan di Rusia memutuskan apakah ia benar Anastasia yang malang?

Persepsi publik juga terbagi. Akhirnya test DNA yang membuktikan, ia ternyata bukan Anastasia. Kemunculan kembali Anastasia hanyalah proyek bersama sebuah kelompok yang ingin mengambil warisan kerajaan. Kisah ini bahkan difilmkan.

Tiga kisah di atas cukup menggambarkan. Hebatnya riwayat hoaks dalam sejarah manusia. Tidak hanya tulisan tangan, screen shoot handphone, lukisan, foto, dan video bisa dan pernah dipalsukan.

Pemalsuan pun bisa dalam bentuk merekayasa dan menghidupkan kembali putri raja yang sudah mati. “Peradaban tak pernah sepi dari hadirnya pribadi yang senang membuat hoaks, dengan segala motif nya. Kini teknologi tingkat tinggi tersedia, bahkan untuk memalsukan video,” Denny J.A. mengingatkan. Namun, katanya, sehebat- hebatnya pembuat hoaks, lebih hebat lagi pribadi yang tak mudah termakan hoaks itu.