Tantangan dan Pencapaian Kabinet Indonesia Maju-II

Oleh: Syulianita (Editor) - 21 September 2020

Tantangan ke Depan

Tahun ini pemerintahan Jokowi-Ma’ruf memang tengah menghadapi tantangan yang cukup berat. Terutama dalam sektor pemulihan ekonomi. Pandemi Virus Corona setidaknya memberi tiga dampak besar bagi perekonomian Indonesia.

Pertama, membuat konsumsi rumah tangga atau daya beli jatuh sangat dalam. Padahal konsumsi 60 persen menopang ekonomi. Kedua dengan adanya ketidakpastian, investasi ikut melemah, mereka terhenti akibat Covid. Ketiga seluruh dunia, ikut mengalami pelemahan ekonomi sehingga membuat ekspor Indonesia ke beberapa negara tujuan terhenti.

Bukan hanya Indonesia, semua negara tengah berjuang untuk menyelamatkan diri dari tekanan ekonomi yang begitu dahsyat. Dari sisi permintaan, suplai hingga produksi terkendala akibat virus ini. Kondisi ini, membutuhkan respons dari pemerintah yang cepat dan tepat. Baik di bidang kesehatan, maupun bidang ekonomi. Agar Indonesia tidak jatuh dalam jurang resesi. Beruntung sampai saat ini Indonesia belum jatuh pada jurang resesi. Sedangkan, banyak negara sudah mengalami resesi, termasuk negara tetangga Singapura.

Dalam catatan Men's Obsession setelah sempat menembus angka 6 persen 2010-2012, pertumbuhan ekonomi Indonesia merangsut menyusut. Pada tahun 2013 misalnya, pertumbuhan ekonomi hanya mampu tumbuh di angka 5,78 persen dan terus berangsur menyusut hingga mencapai titik nadir pada tahun 2015 dengan realisasi sebesar 4,8 persen.

Namun demikian, sejak tahun 2016, angka pertumbuhan ekonomi mulai berangsur membaik. Pada tahun itu, PDB tercatat sebesar 5,02 persen, tren peningkatan pertumbuhuan ekonomi itu berangsur membaik pada 2017 menjadi 5,07 persen, tahun 2018 5,17 persen, dan pada 2019 meski terjadi tekanan dari eksternal, kinerja ekonomi berhasil tumbuh di angka 5,02 persen.

Harus diakui bahwa tahun 2020 merupakan tantangan berat, pandemi Covid-19 telah menyerang semua sendi ekonomi. Konsumsi turun, investasi anjlok, dan ekspor - impor rontok. Alhasil, kinerja ekonomi pada kuartal II/2020 tercatat minus hingga 5,32 persen. Resesipun sudah datang di depan pintu. Lantas apa bisa dilakukan pemerintah untuk mengatasi pelemahan ekonomi ini? Kita tahu ada beberapa strategi yang dilakukan pemerintah agar ekonomi nasional tetap tumbuh positif pada 2020.

Dengan dibentuknya program pemulihan ekonomi nasional (PEN), pelonggaran PSBB secara hati-hati, dan reformasi ekonomi (RUU Cipta Kerja). Pemerintah optimis ekonomi (PDB) Indonesia bisa tetap tumbuh positif di tahun 2020. Pemerintah melalui Kementerian Keuangan tetap berpegangan pada skenario sangat berat menuju berat dengan angka perekonomian antara -0,4% sampai 2,3% sepanjang 2020.

Baru-baru ini, OECD merilis angka proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berdasarkan laporannya, ekonomi nasional berada di antara -2,8% hingga -3,9%. Angka proyeksi itu tergantung dari skenario penyebaran Covid-19. Meski demikian, anggaran penanggulangan Covid-19 terus ditingkatkan, yang paling anyar pemerintah menyiapkan dana sekitarRp677,2 triliun untuk program PEN. Program tersebut salah satunya bertujuan untuk menjaga daya beli masyarakat di tengah penurunan pendapatan akibat Corona.

Alokasi stimulus ditargetkan untuk menjaga daya beli atau permintaan (demand side) melalui program perlindungan sosial, dan mendorong sektor produksi sektor usaha, terutama yang padat karya UMKM.

Keseimbangan ini sangat penting untuk memutus rantai negatif shocks pada supply dan demand sides akibat Covid-19. Perlu diketahui, anggaran PEN yang mencapai Rp677,2 triliun ditujukan kepada sektor kesehatan sebesar Rp87,55 triliun. Untuk perlindungan sosial alias bansos sebesar Rp203,9 triliun dan sisanya dukungan kepada dunia usaha mulai dari insentif hingga dukungan permodalan.