Bima Arya, Pantang Menyerah

Oleh: Syulianita (Editor) - 01 June 2020

3 Minggu Satu Buku

 

Pandemi virus Corona (Covid-19) tak hanya ujian bagi kesehatan, tetapi juga bagi keimanan dan kemanusiaan. Untuk menghadapinya dibutuhkan partisipasi dan kerja sama semua pihak dengan mengesampingkan perbedaan dan kepentingan politik, melakukan apa yang bisa dilakukan.

Mereka yang sehat harus tetap sehat untuk membantu yang sakit. Mereka yang mampu harus mau membantu yang orang-orang yang tidak mampu. Semua saling membantu, juga berdoa dan saling mendoakan. Sehat, semangat, dan terus bermunajat.

Dari sejumlah informasi tentang Covid-19, tersiar kabar yang cukup mengejutkan bahwa sejumlah pesohor negeri dinyatakan positif Corona, salah satunya Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto. Pria kelahiran Bogor, 17 Desember 1972 ini menjadi penyintas Corona usai melakukan kunjungan kerja ke Turki dan Azerbaijan.

Selama ini, Bima dikenal rajin berolahraga. Bahkan, ia membidani komunitas lari bernama F1Runners. Virus Corona tak pandang bulu. Ia bisa menyerang siapa saja. “Saat pandemi Corona, banyak orang mulai sadar akan pentingnya hidup sehat. Mereka mendadak giat berolahraga, berjemur, mengonsumsi makanan sehat, vitamin, dan lainnya, dengan keyakinan agar terhindari dari Corona,” ungkap Bima dalam wawancara eksklusif via conference call bersama Gia’s Journal, sebuah program eksklusif Men’s Obsession.

Padahal, sambung suami dari Yane Ardian ini, hidup sehat tidak menjamin seseorang terbebas dari ancaman virus Corona. “Yang harus dipahami, badan bugar dan sehat bukan jaminan kita tidak akan terkena Covid-19 karena virus ini bisa masuk lewat droplet, sentuhan langsung atau tidak langsung. Buktinya, banyak atlet top, pebasket, pemain bola, terserang Corona,” ujarnya.

Namun, ia menggarisbawahi, imunitas yang tinggi serta badan yang bugar, itu menentukan daya tahan kita saat terpapar virus. “Menurut saya, kalau penyintas tersebut badannya bugar dan rajin berolahraga, biasanya lebih survive. Itu yang saya alami karena Covid-19 lebih menghantam orang dengan penyakit bawaan,” tukasnya.

 

Merasakan Sakit Luar Biasa 

Bima mengisahkan, pada hari pertama dirawat di rumah sakit, ia merasakan sakit yang luar biasa. Ia didera rasa mual, lemas, batuk, sedikit demam, dan tidak nafsu makan. “Kata dokter, ini namanya bronkopneumonia ringan. Jadi paru-paru saya yang diserang, gejalanya terbilang ringan. Menurut dokter itu karena stamina saya baik dan kondisi tubuh saya fit. Bisa dibayangkan kalau saya tidak pernah olahraga, pasti agak lebih berat. Alhamdulillah, saya sering olahraga, sehingga recovery-nya lebih cepat,” ia menjelaskan.

Beberapa hari di rumah sakit kondisi Bima membaik. Lalu, di minggu kedua, ia sudah bisa berjemur, melakukan exercise, seperti lari di tempat, push up, dan plank, sampai tubuhnya berkeringat. “Selama di rumah sakit, saya mengonsumsi buah-buahan sehat dan protein. Sementara, obat-obatan yang saya konsumsi untuk mengatasi symptoms coronavirus, batuk diberi obat batuk, demam diberi parasetamol, mual diberi obat mual, plus vitamin dan obat antivirus,” beber pria yang aktif mengikuti beragam ajang perlombaan lari tersebut.

Selama dirawat di rumah sakit, Bima juga menjalani proses spiritual. Ia mengaku lebih banyak beribadah, mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala sembari membaca dan menulis buku.

“Insyaallah dalam waktu dekat buku saya berjudul ‘Positif!’ bisa diterbitkan, tentang perjuangan saya melawan Corona,” ujarnya.

Total, Bima dirawat di rumah sakit selama 22 hari. Dan, kini ia sudah ada di rumah berkumpul dengan keluarga tercinta, bahkan sudah menjalankan aktivitas sebagai Wali Kota Bogor. “Dengan segala perjuangan dan penuh cobaan, saya dinyatakan sehat,” kata Bima penuh syukur 

 

Hikmah di Balik Musibah

Setiap musibah pasti ada hikmah. Bima sadar hal itu. Baginya, Covid-19 bukan hanya ujian kesehatan, tapi ujian keimanan.

“Kita harus dekat dengan Sang Pencipta, keimanan harus diperkuat. Semua yang kita lakukan harus di evaluasi ulang. Cara kita beribadah kepada Tuhan, cara kita berhubungan sesama manusia, cara kita menggunakan teknologi, cara kita bekerja. Kalau kita masih berperilaku sama, tidak ada normal baru, maka kita akan menjadi orang yang sia-sia. Saya mengajak kepada semua untuk mengevaluasi semuanya, apa yang kurang, apa yang salah. Saya yakin ini ujian dari Tuhan yang harus kita tangkap untuk membuat kita lebih baik dari semua aspek,” ungkap putra dari pasangan Toni Sugiarto dan Melinda Susilarini tersebut.

Bima juga mengajak setiap orang untuk saling berempati, termasuk kepada paramedis yang telah berjuang membantu penyintas Corona. Ia menyayangkan adanya diskriminasi yang dialamatkan kepada para tenaga medis dan penyintas Corona. “Masih banyak yang perlu diluruskan. Saya terus terang terpukul dan sedih ketika melihat banyak penolakan terhadap tenaga medis yang meninggal, bahkan tenaga medis yang masih sehat, ditolak di lingkungannya,” Bima menyesalkan. 

Padahal, ia tahu persis bagaimana mereka dengan sabar dan berani melayani merawat pasien Covid-19. “Yang penting adalah sosialisasi yang lebih besar lagi, kita harus sampaikan kepada warga apa saja yang perlu dilakukan untuk melawan Covid-19. Begitu pun orang yang sudah terpapar dan dinyatakan negatif, itu tidak bisa menularkan, tapi tetap harus jaga jarak, saya pun ketika aktif masih menjaga jarak tidak boleh berdekatan dengan semua orang,” tegasnya.

Bima juga mengimbau agar masyarakat yang ingin berolahraga agar dilakukan di rumah. Kendati sebenarnya, masyarakat juga masih bisa berolahraga di luar. Hanya saja, menurut Bima, olahraga sebaiknya dilakukan hanya di lingkungan sekitar rumah dengan tetap menjaga jarak, jangan menyentuh apapun, dan langsung pulang.

“Untuk kamu yang hari ini bosan diam di rumah, ingin keluar rumah, percayalah kalau kamu terkena virus Corona dan harus dirawat di rumah sakit, yang kamu rindukan dan mimpikan hanya satu, kembali ke rumah,” tutup ayah dari Kenatra Mahesha dan Kinaura Maisha ini.