ESPORT, Cara Asyik Jadi Miliarder

Oleh: Syulianita (Editor) - 28 April 2020

Efek merebaknya laba dari esport ternyata tak hanya dirasakan oleh para gamers atau atlet esports karena sejumlah negara juga menikmati pemasukan besar dari booming-nya esport. Karena itu, tak sedikit negara yang memberikan fasilitas dan mendukung perkembangan olahraga tersebut. Amerika Serikat, misalnya sudah ‘dideklarasikan’ sebagai negara terbesar untuk masalah gaming bahkan boleh dibilang sebagai pusat dari esports. Dari sektor tersebut, negeri ini menerima pemasukan USD28,07 juta (sekitar Rp395 miliar). Sementara di China sebagai negara dengan jumlah rakyat terbanyak di dunia, tentu saja ada banyak pula atlet esports di sana yang berbakat. Sebelumnya pemerintah Cina cukup melarang masalah kompetisi gaming.

 

Namun melihat potensinya, mereka sedikit banyak berbalik dan berusaha mendukung orang-orang di dalam sektor tersebut dan kini negara itu meraih pemasukan USD16,02 juta (sekitar Rp225 miliar). Untuk Korea Selatan, konon menjadi negara yang paling ditakuti dalam dunia esports. Bukan tanpa alasan, karena pelatihan esports di sana tergolong disiplin. Karena itu Korea Selatan menjadi salah satu negara yang terbilang sangat cepat menerima budaya ini. Para pemainnya disanjung dan dipuja-puja layaknya sosok artis ibu kota sekelas EXO, Big Bang, BTS, dan jajarannya. Sampai akhirnya esports menjadi berkembang seperti saat ini di masyarakat. Dan, negara itu meraup pemasukan sebesar USD13,54 juta (sekitar Rp190 miliar).

 

Jerman memiliki talenta-talenta berbakat. Game eSport yang diakui menjadi kunci kekuatan Jerman adalah DOTA 2. Itu semua berkat keberadaan KuroKy yang bermain gemilang dalam game MOBA itu. Ada pula FATA, NinjaDimi, ShoWTimE. Negara itu menerima pemasukan sekitar Rp58 miliar. Sementara di Kanada yang mampu meraih pemasukan USD4,68 juta (sekitar Rp65 miliar dari esports cukup serius menangani olahraga ini.

 

Negara yang terletak di bagian utara Amerika Serikat ini, selain cukup memiliki tim yang kuat dalam dunia esports juga memiliki sebuah situs yang mencatat pendapatan tiap pemain esports di negara tersebut dan di dalamnya terdapat data jika pendapatan tertinggi atlet esports di sana mencapai USD2 juta atau setara Rp28 miliar.

 

Prancis hampir selalu mengisi posisi delapan besar di dalam turnamen Soul Calibur, salah satu dari yang dipertandingkan dalam esports dan negara itu memiliki event esports yang ternama dan besar berjudul Numeric Games. Mereka meraih pemasukan dari esports sekitar USD6,04 juta (sekitar Rp85 miliar). Sedangkan, di Swedia dikenal sebagai rumah penyelenggaraan salah satu turnamen esports terbesar yang ada, yaitu DreamHack. Negeri ini mengantongi pemasukan USD6,29 juta (sekitar Rp88 juta).

 

Di Rusia sektor esport mampu menarik pemasukan USD6,86 juta (sekitar Rp96 miliar). Hal itu tak lain karena ada satu nama tim legendaris yang cukup terkenal dalam dunia esports, yaitu Virtus.pro yang bisa membuat mata penggila esports tertuju kepada negara itu.

 

Dari semua negara itu, Denmark adalah salah satu negara yang sektor esportsnya didukung oleh pemerintahan. Beberapa gymnasium yang ada di sana didekasikan untuk dibuat penyelenggaraan event esports, bahkan terdapat sekolah yang memberikan program esports.

 

Wajar jika dari tahun ke tahun pula, peminat esports di sana bertambah. Terbukti dengan jumlah peminat program esports di Campus Vejle yang pada 2015 hanya 15 orang, bertambah menjadi 85 pemain di 2017 dan negara itu meraih pemasukan USD10,4 juta (sekitar Rp146 miliar).