ESPORT, Cara Asyik Jadi Miliarder

Oleh: Syulianita (Editor) - 28 April 2020

Naskah: Sahrudi Foto: Istimewa

 

Cukup mengejutkan juga ketika awal tahun ini sejumlah tokoh nasional dilantik menjadi Pengurus Besar (PB) Esports Indonesia. Bukan hanya karena kini esports sudah jadi cabang olahraga dan berada di bawah asuhan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), tapi tampilnya Jenderal Pol (Purnawirawan) Budi Gunawan yang juga Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) ini yang membuat publik kagum sekaligus bertanya-tanya, apa potensi yang dimiliki esports hingga seorang petinggi telik sandi yang galibnya tak banyak tampil di publik justru kini harus memimpin olahraga berbasis IT yang pemainnya kebanyakan Gen Z? Tak tanggung-tanggung juga, Dewan Pembina PB Esports ini adalah Sandiaga Uno, pengusaha muda yang juga mantan calon Wakil Presiden RI 2019!

 

Sehingga, muncul kelakar politik dari Budi Gunawan saat itu dengan mengatakan “esports sangat strategis bagi yang mau maju pada 2024 (pemilihan presiden tahun 2004- red)” sebab para penggemarnya adalah anak-anak muda yang sudah punya hak pilih. Orang-orang inilah yang menurut Budi potensial memilih Sandiaga di masa depan. Ah, silakan saja mengucap demikian meski ada yang menilai itu kurang tepat karena memanfaatkan olahraga demi kepentingan politik. Tapi yang pasti, lepas dari ada atau tidaknya motif politik tersebut, esports memang olahraga yang sangat potensial bagi generasi sekarang. Karena itu, wajar kalau kemudian pemerintah saat ini sedang menggodok strategi nasional kebijakan game dan esport dengan melihat berbagai aspek. Asal tahu saja, saat ini Indonesia berada di peringkat 17 sebagai negara dengan pendapatan tertinggi online game dan mencapai USD 941 ribu atau sekitar Rp13 triliun per Januari 2019.

 

Memang, selain menjadi peluang bagi generasi muda Indonesia untuk berprestasi dalam ajang Asian Games, dari sisi bisnis esports juga sangat menjanjikan. Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Rudiantara pernah menghitung bahwa potensi bisnis pertandingan gim atau esports di Indonesia mencapai USD700 juta atau sekitar Rp9,8 triliun pada 2017. Mengutip dari katadata.co.id lembaga analisis data asal Belanda, Newzoo, mengungkap bahwa Indonesia menempati posisi ke-17 dari 100 negara dengan jumlah pendapatan terbesar dari industri esports. Dua peringkat utama diduduki oleh Tiongkok dan Amerika Serikat (AS) dengan pendapatan USD34,4 miliar dan USD31,53 miliar. Sementara pendapatan dari transaksi gim di Indonesia USD1 miliar atau Rp12 triliun-13 triliun. Tapi sayangnya, dari jumlah transaksi tersebut hanya sekitar 1% yang masuk kantong pengembang lokal.

 

Di sisi lain, keberadaan esport juga telah banyak mengantarkan para pemainnya menjadi kaya raya. Padahal esports yang kini menjadi fenomena global, bermula dari sebuah kompetisi yang diadakan oleh suatu komunitas, dan hanya berhadiah majalah! Ya, karena berdasarkan sejarahnya, berawal di tahun 1972, pada masa yang mungkin ketika itu komputer masih jarang ditemui, tak ada jaringan internet dan belum banyak judul video game, sebuah kompetisi game diadakan di Universitas Stanford. Para murid diundang ke dalam sebuah kompetisi yang diberi nama sebagai Intergalactic Spacewar Olympic, sebuah kompetisi untuk game yang berjudul Spacewar dan hanya berhadiah satu tahun langganan majalah Rolling Stone yang tengah hits pada zamannya. Memasuki tahun 2000- an, perkembangan esports menjadi semakin pesat.