Agus Syabarrudin, Direktur Utama Bank Kalsel

Oleh: Syulianita (Editor) - 26 November 2019

Naskah: Gia Putri/ Imam Fathurrohman Foto: Sutanto/Edwin B./Dok. Pribadi

 

Meski belum setahun memimpin Bank Kalsel, Agus Syabarrudin sukses memenuhi seluruh target Rencana Bisnis Bank (RBB), baik dari sisi aset, dana pihak ketiga, kredit, maupun laba. Dan saat ini, peraih gelar Magister pada Jurusan Ilmu Ekonomi & Keuangan Syariah Universitas Indonesia, Jakarta ini berupaya mempertahankan dan meningkatkan prestasi itu dengan cara mengajak semua karyawan terlibat dan memikirkan perusahaan lebih mendalam agar tumbuh sense of belonging pada perusahaan.

 

Bersahaja, low profile, namun tegas, begitulah keseharian kandidat doktor di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin ini dalam menjalankan tugasnya sebagai pucuk pimpinan Bank Kalsel. Ditambah ‘tangan dingin’ nya sebagai bankir, Agus sudah mencatatkan sejumlah prestasi mengkilap dalam kuruan waktu kurang dari setahun kepemimpinannya, antara lain ditunjukan pada kinerja keuangan Bank Kalsel selama semester I 2019 yang telah melampaui  target RBB. Pada paruh pertama 2019 ini, aset tumbuh sesebesar 18,62 persen, giro tumbuh 38,95 persen, tabungan tumbuh 7,51 persen persen, dan deposito tumbuh 17,67 persen, kredit/pembiayaan tumbuh sebesar 13,61 persen, serta laba tumbuh sebesar 4,72 persen.

 

Agus menjelaskan, posisi keuangan Bank Kalsel di semester I 2019, antara lain posisi aset sebesar Rp16,41 triliun. Kemudian, giro sebesar Rp5,09 triliun, tabungan sebesar Rp3,05 triliun, dan deposito sebesar Rp5,42 triliun. Sementara, posisi kredit atau pembiayaan adalah Rp10,31 triliun. “Secara keseluruhan laba yang diperoleh Bank Kalsel mencapai Rp146 miliar,” urainya. Dengan posisi kinerja seperti itu, sambung Agus, akan berdampak positif terhadap pencapaian RBB semester I 2019, yakni posisi aset tercapai 119,24 persen, penghimpunan dana pihak ketiga (Giro, Tabungan dan Deposito) tercapai 124 persen, kredit/pembiayaan tercapai 108,16 persen, dan laba menyentuh 150,87 persen. 

 

Demikian pula rasio-rasio keuangan utama yang terus membaik per semester I 2019. ROE (tingkat pengembalian modal di mana acuannya lebih besar dari rate deposito), meningkat dari 6,08 persen (2018) menjadi 8,64 persen. Juga rasio BOPO (angka efisiensi di mana semakin kecil semakin baik) dari 87,82 persen (2018) menjadi 84,50 persen. Sedangkan, rasio NPL (rasio yang menunjukkan kualitas kredit) tetap terjaga di kisaran aman di bawah 5 persen sesuai aturan otoritas, yaitu 4,36 persen.

 

Keberhasilan awal itu tak lepas dari kemampuan dan pengalamannya sebagai bankir yang sangat visioner. Jauh sebelum didapuk sebagai direktur utama pada awal Januari 2019, Agus yang selalu tampil fresh dan elegant ini menyadari bahwa di era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 saat ini terjadi banyak perubahan fundamental. Oleh karenanya, mau tidak mau, Bank Kalsel harus melakukan perubahan. Apalagi era perbankan saat ini berada dalam era banking everywhere, di mana dunia perbankan harus siap dengan upaya-upaya yang serius untuk menghadapi perubahan ini. 

 

Lalu, apa saja resep yang ia siapkan untuk menghadapi perubahan itu? Sambil tersenyum, Agus membeberkan rahasianya itu, yakni memperkuat sisi people development dengan melakukan pembenahan di bidang Information Technology (IT) development. Dua grand strategy itu dianggap sangat fundamental. Dengan strategi itulah, lelaki kelahiran Jakarta, 31 Agustus 1966  ini memulai membangun langkah-langkah besar lainnya. “Karena ke depan, setelah dua grand strategy itu siap, Bank Kalsel akan melakukan penetrasi di fase berikutnya, yakni pengembangan produk yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan transaksi keuangan bagi para nasabah,” jelasnya.

 

Agus juga memberikan banyak wawasan dan pencerahan baru terkait konsepnya dalam upaya memajukan bank yang dipimpinnya itu termasuk soal kesehariannya yang sangat inspiratif. Dan, hasil wawancara itu dituangkan dalam beberapa bagian tulisan di edisi ini. Selamat membaca dan mendapatkan inspirasi baru dalam tulisan ini!