Suprajarto, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Mengawal BRI Menjadi The Most Valuable Bank In South East Asia

Oleh: Iqbal Ramdani () - 18 December 2018

Belum lama ini, Men’s Obsession mendapat kesempatan untuk berbincang eksklusif dengan Direktur Utama BRI Suprajarto di kantor pusat BRI, Jakarta. Sebelum bertemu orang nomor 1 di BRI tersebut, kami disambut oleh beberapa staf Suprajarto yang masih muda. Ya, memang kini dari 130.000 karyawan Bank BUMN ini sekitar 65 persennya adalah generasi milenial. Para staf tersebut mengenakan pakaian kasual, salah seorang dari mereka berkata, memang dua hari dalam lima hari kerja, mereka diperbolehkan untuk mengenakan pakaian kasual. Banyaknya generasi milenial di perbankan pelat merah ini bukan tanpa alasan, seperti yang diungkapkan Menteri BUMN Rini M. Soemarno, perusahan BUMN dapat bertahan lama dengan memaksimalkan potensi generasi milenial.

 

Tidak hanya untuk mewujudkan kerangka regenerasi dan kesinambungan perusahaan di masa depan, ia mengatakan, optimalisasi Generasi Y diperlukan untuk meningkatkan daya saing perusahaan baik di dalam maupun luar negeri. Apalagi, sambungnya, saat ini keadaan cepat berubah di tengah arus perkembangan teknologi yang tak pernah berhenti. Hal itu juga diamini Suprajarto ketika ditanya soal peran generasi ‘zaman now’ dalam kesinambungan perusahaan. Perbincangan menarik kami tak henti sampai di situ, selama kurang lebih tiga puluh menit, Suprajarto juga mengupas bagaimana jurus jitu BRI menghadapi tantangan zaman, target dan langkah strategis BRI ke depan, hingga nilai-nilai yang ia pegang dalam berkarier. Berikut petikan wawancara Men’s Obsession dengan pria yang dikenal ramah dan dekat dengan karyawannya itu:

 

Bagaimana Bapak membangun teamwork?

Sebagai pemimpin di sini, saya harus memilih orang-orang yang tepat, sesuai dengan bidangnya masing-masing. Direksi sekarang memang betul-betul luar biasa karena memang sudah pilihan yang pas dengan background experience yang mumpuni. Ini The Dream Team yang akan mempimpin BRI ke depan. Kalau saya sudah tidak menjadi Dirut, mereka sudah siap menjadi Dirut karena harapan saya kalau Dirut BRI harus dari BRI. Kenapa? Karena yang tahu BRI adalah orang-orang BRI. Kalau orang luar harus belajar banyak lagi. Dari dulu, semua Dirut sudah membuat fondasi bahwa kami fokus di segmen mikro, kecil, dan seterusnya. Kalau ingin ke korporasi boleh, tetapi dalam jumlah yang relatif sedikit.

 

Lalu langkah apa saja yang Bapak lakukan untuk mempersiapkan generasi muda menjadi pemimpin?

Saya sudah mendorong anak-anak milenial untuk memiliki peranan yang strategis supaya mereka terbiasa menjadi seorang pemimpin. Kunci pemimpin adalah mempunyai banyak gagasan, inovasi, kreativitas, dan sebagainya. Jadi, anak-anak muda sudah diarahkan ke sana melalui sejumlah program, antara lain ajang perlombaan, mengirim mereka untuk seminar, short course, baik di dalam ataupun luar negeri. Ini yang menjadi bekal mereka ke depan apalagi di era teknologi saat ini persaingan semakin ketat. Pak Presiden Joko Widodo selalu bilang, saat ini bukan soal yang besar mengalahkan yang kecil, tetapi siapa yang tercepat.

 

Sekarang berarti generasi muda di BRI ini sudah mulai mendominasi?

Saat ini sekitar 65 persen karyawan BRI merupakan generasi milenial dan ini merupakan modal buat kami. Mereka lebih ke digital business, memiliki inisiatif kreatif di beberapa industri, lebih menyukai visual thinking, dan tentu lebih technology friendly dibandingkan dengan kita, lebih efektif, lebih praktis dalam hal pola pikir. Mereka juga lebih ke experience base, interaksi juga lebih banyak, dan aktif di media sosial mulai dari facebook, instagram, hingga twitter. Sekarang saya berkomitmen ke mereka, tidak adalagi urut kacang, senior-junior, siapa yang bisa memberikan yang terbaik, mempunyai kapasitas,dan kapabilitas, itu yang akan diutamakan.

 

Revolusi industri 4.0 telah mengubah wajah perbankan Indonesia. Bagaimana BRI menyikapi hal ini?

BRI melihat ini sebagai hal yang sangat positif. Bagaimana BRI dengan teknologi digital bisa lebih memberdayakan (empowerment) serta bisa lebih dekat dan terlibat (engagement) dengan nasabah. Ini harus menjadi solusi untuk memberikan layanan yang lebih baik.

 

Lantas kira-kira seperti apa wajah perbankan ke depan, terutama dalam menghadapi era digitalisasi?

Industri perbankan, seperti industri-industri lainnya, akan menghadapi disrupsi digital. Karena itu, bank harus berubah dalam menerapkan layanan digital sehingga dapat lebih cepat, lebih baik, dan lebih murah dalam memberikan pelayanan.

 

Gaya leadership yang cocok untuk era digital?

Cepat beradaptasi. Para pemimpin harus mampu mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan yang konstan. Jika tidak, mereka akan tertinggal.

 

Langkah apa saja yang telah dilakoni BRI dalam transformasi perbankan?

Kami berupaya untuk mempertahankan dominasi BRI di segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) melalui digitalisasi proses bisnis. BRI telah memiliki aplikasi bernama BRISpot. Itu merupakan aplikasi yang menggunakan sistem berbasis Android dan koneksi melalui internet. Sistem ini memungkinkan putusan pinjaman mikro dapat dilakukan di tempat sehingga lebih cepat dan paperless.

 

Transformasi juga membawa perubahan dalam budaya perusahaan?

Ya, betul. Perubahan corporate culture diharapkan dapat menjadi satu pilar yang menyokong aspirasi perusahaan dan tantangan bisnis jangka panjang. Budaya kerja yang baru ini diharapkan dapat menjadi pijakan perusahaan dan insan BRI dalam berperilaku, bertindak, dan memiliki value dalam mendukung kinerja perusahaan. Saat ini BRI memiliki lima core value, yaitu integrity, professionalism, trust, innovation, dan customer centric. 

 

Di usia sekarang, apakah Bapak melek digital?

Itu adalah keharusan apalagi sudah memasuki Revolusi Industri 4.0. Kalau saya tidak ikuti, anak-anak di bawah ini tidak terarahkan dengan baik, kami akan ketinggalan.

 

Saat ini BRISAT sudah berjalan 3 tahun, bagaimana progres dan evaluasinya?

BRISAT adalah sesuatu yang memberikan kontribusi luar biasa pada efisiensi bisnis BRI. Satelit ini berfungsi sebagai jaringan komunikasi agar outlet yang jauh bisa melayani nasabah dengan baik. Bank harus melayani secara real time. Bahkan, banyak hal yang bisa diselesaikan dengan satelit, seperti memantau kinerja karyawan misalnya. Namun yang lebih penting dari memiliki satelit sendiri adalah reputasi. Beberapa waktu lalu saat Satelit Telkom-1 bergeser, kami tidak mengalami gangguan yang signifikan sehingga reputasi kami tetap terjaga. Reputasi ujungnya adalah trust. Trust merupakan modal utama bagi industri perbankan. Mimpi saya kalau ada kesempatan, kami bisa menambah satelit lagi sebagai cadangan yang sudah ada di orbit. Kalau sekarang sudah ada yang Ku-Band sama C-Band, saya berharap punya L-Band karena coverage-nya lebih rendah sehingga nanti semua bisnis yang harus dengan teknologi itu bisa lebih maju.

 

Lalu apa target BRI di tahun 2019?

Kami sudah punya milestone, kami mendorong UMKM, teknologi, dan human capital agar lebih bisa beradaptasi dengan perkembangan global. Yang jadi acuan saya adalah global bukan domestik karena kalau mengacu pada domestik akan ketinggalan, tapi kalau mengacu pada perkembangan global, kami bisa selangkah lebih maju dibandingkan dengan yang lain.

 

Bisa dijelaskan langkah strategis BRI ke depan? 

Kami terus menganggarkan belanja modal untuk memperluas bisnis anak usaha, akuisisi, maupun menambah anak usaha. Tahun ini kami menambah tiga anak perusahaan, yakni PT Danareksa Sekuritas, PT Danareksa Investment Management, dan PT Bahana Artha Ventura. Danareksa Sekuritas, kenapa? Karena kami ingin bergerak di bisnis keuangan secara terintegrasi. Karena potensinya luar biasa. Dari nasabah kami saja, banyak yang mau menerbitkan obligasi, Initial Public Offering (IPO), serta right issue. Akhirnya orang lain yang pegang. Setelah kami mengakuisisi Danareksa, banyak sekali potensi yang bisa kami dapatkan. Lagipula jaringan BRI ada di mana-mana. Saya ingin masyarakat Indonesia mengenal saham sesuai kampanye Bursa Efek Indonesia, Yuk Nabung Saham.

 

Dengan adanya BRI dan Danareksa maka masyarakat Indonesia akan mengerti seperti apa pasar modal.  Investment management sangat perlu karena banyak yang akan kami lakukan. Bahkan, untuk asuransi, kami juga akan mempersiapkan perusahaan asuransi syariah untuk melengkapi BRI Syariah. Jadi semuanya terintegrasi dari hulu dan hilir. Kategori nasabah kami  sangat bervariasi, mulai dari swasta  besar, menengah dan kecil. Begitu pula BUMN besar, menengah dan kecil. Dan, mereka belum kami garap semuanya. Kalau modal ventura untuk platform Fintech. Kami juga tengah mempertimbangkan untuk masuk aplikasi remittance di luar negeri agar potensi TKI kita di luar sana tidak diambil oleh yang lain. Kami juga akan terus mendorong kinerja anak-anak perusahaan, baik BRI Syariah, BRI Agroniaga, BRI Multifinance, dan BRI Life.

 

Tahun depan, saya pastikan AGRO dan BRI Syariah statusnya sudah meningkat menjadi bank umum kelompok usaha (Buku) III. BRI Multifance juga akan kami dorong terus. Mudah-mudahan dengan berbagai upaya tadi, Insya Allah, kami bisa berlari kencang ke depan meninggalkan yang lain sehingga bukan hanya menjadi bank domestik kebanggaan Indonesia, tetapi saya ingin bank kebanggaan Indonesia mampu berkiprah di global.

 

Tapi Bapak optismistis?

Insya Allah pasti karena tahapannya sudah kami siapkan matang.

 

Tokoh perbankan yang menjadi inspirator bagi Bapak?

Pendahulu-pendahulu BRI di sini banyak orang hebat, seperti Pak Kamardy Arief, Pak Djoko Santoso Moeljono, termasuk almarhum Pak Rudjito karena saat kita tidak terpikir IPO, beliau masuk di sini ada IPO. Kemudian, Pak Sofyan Basyir dengan naluri dagangnya. Jadi, dia membawa bisnis bank ini seperti orang dagang saja, untung-rugi, untung-rugi, tetapi ternyata cukup tumbuh spektakuler. Pak Sofyan juga terhadap sesuatu cermat dan dia sosok yang sederhana.

 

Menurut Bapak nilai-nilai apa saja yang harus dipegang untuk menjadi bankir andal?

Hal yang dibutuhkan untuk menjadi bankir yang andal dan dipercaya adalah memiliki integritas, keahlian, dan tanggung jawab sosial yang tinggi, serta wawasan yang luas agar mampu melaksanakan manajemen bank secara profesional. Saya selalu berupaya untuk memegang nilai-nilai tersebut. Hal penting lainnya, saya harus menjalani pekerjaan dengan hati yang ikhlas. Kecuali itu, saya tidak pernah berhenti belajar. Itu merupakan salah satu upaya saya untuk mengasah kemampuan. Saya terus belajar untuk merespons setiap perkembangan. Dunia perbankan ini kan berkembang sangat dinamis. Bankir yang andal harus melaksanakan dua hal penting, yaitu dapat menciptakan laba dan menciptakan iklim bisnis perbankan yang sehat. Namun dalam menciptakan laba tersebut, bankir harus tetap terkendali atau hati-hati (prudent).

 

Obsesi Bapak ke depan? 

BRI saat ini sedang melakukan transformasi dan tahun depan transformasi itu sudah on the track. Tentu yang menjadi harapan bukan hanya menjadi bank terbesar di Indonesia, tetapi paling tidak di Asia Tenggara.