Denon B. Prawiraatmadja CEO PT Whitesky Aviation The Pioneer

Oleh: Iqbal Ramdani () - 24 October 2018

Beberapa waktu lalu, Men’s Obsession berkesempatan bertemu Denon B. Prawiraatmadja di kantor PT Whitesky Aviation. Kesan yang didapat selama berbincang hangat bersama ayah tiga anak tersebut, mengingatkan dengan istilah bahasa Inggris kuno yang memiliki arti mendalam, ‘manners maketh man’. Ia tak hanya pandai menjaga penampilan. Namun, juga pandai dalam bersikap serta memiliki falsafah yang dipegangnya hingga kini, yakni untuk selalu menikmati proses. Ia juga memaparkan hal menarik lainnya, seperti kunci suksesnya di usia yang terbilang muda, baik sebagai pebisnis, maupun kepala keluarga hingga obsesinya ke depan. Berikut petikan wawancara dengan pria yang mengidolakan Jack Ma dan tokoh aviasi Indonesia Rusdi Kirana ini:


Di usia yang terbilang muda, Bapak termasuk pebisnis sukses. Adakah keys sucssess-nya?

Kalau orang terlahir dengan pola pikir bagaimana caranya menikmati proses, kesuksesan it’s just a matter of time. Sebab menurut saya, orang yang paling merugi adalah orang yang hanya mau menerima hasil tanpa menikmati prosesnya. Jadi, alangkah bagusnya kalau kita bisa menikmati proses dan hasilnya sekaligus. Kesuksesan adalah garis tangan Tuhan, kalau Tuhan menakdirkan kita sukses ya sukses, kalau tidak ya tidak, yang penting bagaimana caranya kita menikmati proses ini secara ikhlas. Tantangan dan hambatan adalah proses yang akan menaikan kelas kita. Tak kalah penting, cintai apa yang kita kerjakan. Membangun bisnis helikopter ini adalah hobi saya. Sehingga, saya tidak pernah merasa dituntut oleh pekerjaan karena saya menjalankan suatu hal yang saya cinta. Itu juga yang saya tanamkan kepada tim kerja saya.

 

Lantas bagaimana cara Bapak mengelola diri supaya tidak mudah stres dalam bekerja?

Saya seringkali mencontohkan filsafat air. Untuk menghancurkan batu sebesar gajah, tidak mungkin air melakukannya sekali saja. Dengan konsisten dan sabar, lama-lama batu sebesar apapun bisa berlubang. 

 

Pola leadership yang Bapak terapkan dalam membangun perusahaan?

Saya adalah sosok yang perfeksionis dalam bekerja. Sebab, saya menganggap, suatu pekerjaan yang dibuat dengan sistem maka semestinya berjalan lancar sesuai sistem yang ditetapkan. Sistem selalu menganut kesempurnaan, beda dengan manusia, tak ada yang sempurna. Meski begitu, saya bukan sosok otoriter yang anti-kritik. Saya selalu memberi kesempatan bagi semua karyawan Whitesky Aviation untuk berbicara dan menyumbangkan ide-ide segar bagi perusahaan. Saya juga menghargai perbedaan, termasuk karakteristik orang-orang dan saya baru merasa sukses menjadi pemimpin kalau berhasil menanamkan sikap mendahulukan kepentingan perusahaan di atas kepentingan pribadi pada diri setiap karyawan. Untuk bisa memberikan kepercayaan tersebut dibutuhkan proses dan harus dilakukan secara bertahap.

 

Adakah didikan orangtua yang begitu melekat di benak Bapak?

Sejak saya kecil, ayah dan ibu melatih saya communication skill dengan sangat baik. Kebetulan ayah berprofesi sebagai instruktur di Garuda Indonesia, dia sangat pandai berkomunikasi. Skill bisa dipelajari, tapi yang membuat attitude orang menjadi bagus adalah communication yang juga bagus.

 

Menurut Bapak sebagai Ketua Bidang Penerbangan Tidak Berjadwal INACA, langkah apa saja yang harus dilakukan untuk mengembangkan bisnis penerbangan carter di Indonesia?

Peluang bisnis penerbangan carter di Indonesia sangat besar karena merupakan negara kepulauan dengan populasi penduduk terbesar keempat di dunia. Namun, untuk mendukung pengembangan bisnis penerbangan carter, saat ini kami bekerja sama dengan pemerintah. Salah satu regulasi yang ditunggu oleh operator penerbangan carter adalah peraturan terbang malam helikopter secara visual. Aturan terbang malam sebenarnya sudah ada, tetapi hanya berdasarkan instrumet flight rule (IFR). Karena itu, saya bersama dengan Kementerian Perhubungan sedang mengkaji agar helikopter diperbolehkan terbang malam secara visual atau visual flight rule (VFR).Di beberapa negara sudah mengkombinasikan antara IFR dan VFR untuk terbang malam helikopter. Untuk bisa terbang malam, selain regulasi harus sesuai aturan internasional terkait IFR dan VFR, pilot maupun prasarana pendukung helikopter pun harus memenuhi persyaratan.

 

Dengan diperbolehkan terbang malam maka tingkat utilitas helikopter bisa lebih tinggi. Misalnya, saat ini tingkat utilitas helikopter yang dioperasikan Whitesky Aviation untuk penerbangan carter Jakarta dan sekitarnya berkisar 50 jam hingga 60 jam per bulan. Apabila diperbolehkan terbang malam, saya menaksir, tingkat utilitas helikopter bisa menjadi 100 jam hingga 120 jam per bulan. Selain itu, saya juga berharap pembatasan kepemilikan asing pada badan usaha angkutan udara maksimal 49 persen diterapkan dengan benar. Hal tersebut penting untuk dipertegas mengingat besarnya potensi industri jasa penerbangan carter nasional yang semakin dilirik oleh pengusaha mancanegara. Kepemilikan saham lokal itu harus mayoritas 51 persen di carter dan airline. Saya yakin Pak Presiden mempunyai spirit untuk memajukan pemain-pemain lokal di tengah banyaknya orang dari luar negeri melihat bisnis carter ini sebagai kesempatan.

 

Bapak pernah mengatakan akan membuat sekolah akademi pilot untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia (SDM) seiring dengan semakin diminati moda helikopter. Sudah sejauh mana progress-nya?

Saya menyambut baik apa yang sudah disampaikan Pak Menhub Budi Karya Sumadi kepada kami tentang inisiasi untuk mengkonversi para pilot Ab-Initio yang saat ini tercatat sekitar 800 masih menganggur dan akan membuat akademi pilot helikopter di tahun depan. Pilot Ab-Initio adalah pilot yang sudah mengantongi lisensi pilot komersial (commercial pilot lisence). Namun, belum memiliki pengalaman terbang secara komersial, pengalaman terbang yang didapatkan hanya selama menempuh pendidikan di sekolah penerbangan. Saran Menteri Perhubungan bagaimana mengelaborasi sekolah pilot yang ada menjadi sekolah pilot helikopter. Dasar terbang antara pesawat bersayap tetap (fixed wing) dengan pesawat sayap putar (rotary), seperti helikopter berbeda. Jadi, harus dari awal lagi. Ilmu dasar terbangnya sudah ada, tapi harus dari dasar terbang helikopter.

 

Ada lagikahkah obsesi Bapak ke depan?

Target jangka menengah saya adalah membawa Helicity menjadi major player helicopter in the region. Major player yang dimaksud adalah kecepatan pertumbuhan. Sedangkan target jangka panjang, saya ingin terus berekspansi hingga Whitesky memiliki ribuan helikopter di Indonesia. Saya juga ingin mengembangkan pasar di segmen wisata. Saya ingin menawarkan kepada wisawatan nusantara dan mancanegara, pengalaman yang tak terlupakan. Salah satu daerah yang tengah saya lirik adalah Kampung Budaya Paseban, Bogor. Rencananya, kami akan membangun Glamping di sana. Kami sedang melakukan riset dan survei bagaimana wisatawan bisa ke wilayah ini menggunakan helikopter dengan aman dan nyaman.

 

Di tengah kesibukan Bapak, bagaimana membagi waktu antara pekerjaan dengan keluarga?

Dalam menjalankan kehidupan berkeluarga, kita harus balance antara pekerjaan dan keluarga. Bagaimana pun, keluarga ini amanah. Anak-anak harus diajarkan ilmu yang pasti akan jauh lebih terpakai ketimbang warisan harta. Saya akui pekerjaan yang saya geluti di bidang tranportasi ini, membuat saya hampir setiap hari pulang larut bahkan saat tanggal merah atau weekend, saya sering tetap bekerja. Jadi, saya menanamkan kepada istri dan anak-anak, pekerjaan ini merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Terkadang, saya ajak mereka ke kantor agar bisa melihat kesibukan saya. Karena itu, saya tidak pernah mendapat kesulitan membagi waktu.

 

Biasanya apa yang Bapak lakukan bersama keluarga di saat senggang?

Saya selalu mengajak keluarga untuk berlibur terutama ke daerah-daerah di Indonesia. Anak-anak perlu tahu, banyak destinasi wisata yang bagus di Indonesia, bukan hanya Bali. Ada Riau, Malang, dan lainnya. Kalau tidak berlibur, kami makan bersama di akhir pekan. Saya juga memiliki agenda khusus dengan ketiga anak saya, yaitu ‘Bro Day’ dan ‘Daddy Daughter Day’. Jadi, sebulan sekali bersama mereka satu per satu, saya antar-jemput sekolah. Kemudian, kami hangout sampai sore, baru pulang ke rumah. Saya ingin mereka merasa di dalam kesibukan saya, mereka punya quality time dengan saya.